2.8.3 Proses Keputusan Pembelian
Proses  keputusan  pembelian  konsumen  tidak  muncul  begitu saja, tetapi melewati beberapa tahapan tertentu. Menurut Kotler 2007
keputusan konsumen melewati lima tahapan yaitu pengenalan masalah, pencarian  informasi,  evaluasi  alternatif,  keputusan pembelian  dan
perilaku pasca pembelian seperti yang terlihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Proses pembelian Kotler, 2005 Proses  pembelian  konsumen  dimulai  ketika  konsumen  mulai
mengenali  masalah  atau  kebutuhan  yaitu  dimana  terdapat  perbedaan antara  keadaan  yang  diinginkan  dan  keadaan  yang  sebenarnya  terjadi.
Untuk  mencapai  kebutuhan  yang  diinginkan  konsumen  harus  mencari informasi mengenai produk yang sesuai  dengan kebutuhan. Konsumen
akan mencari  informasi  yang  disimpan  dalam  ingatan  pencarian internal  atau  mendapatkan  informasi  yang  relevan  dengan  keputusan
dari lingkungan  pencarian  eksternal.
Setelah  itu konsumen
mendapatkan  beberapa  alternatif tentang  beberapa  produk  unggulan yang  sesuai  kebutuhannya  yang  kemudian  dievaluasi  kembali  untuk
mendapatkan  yang  paling  baik,  selanjutnya  memutuskan  untuk membeli  produk  dari  hasil  evaluasi  tersebut.  Tahap  selanjutnya  yaitu
konsumen  mengambil  tindakan  lebih  lanjut  setelah  membeli berdasarkan  pada  rasa  puas  atau  tidak.  Yang  menentukan  pembeli
merasa  puas  atau  tidak terletak  pada  hubungan  antara  harapan konsumen dengan prestasi yang diterima dari produk.
2.9. Definisi Gender
Menurut    Kasali    1998    identitas    gender    merupakan    komponen penting    dalam    pemasaran.  Masyarakat    memiliki    kecendrungan    untuk
menyesuaikan  diri  dengan    tuntutan-tuntutan  budayanya  mengenai  peranan- peranan gendernya. Di suatu masyarakat terdapat nilai-nilai yang membatasi
Pengenalan Kebutuhan
Pencarian Informasi
Evaluasi Alternatif
Keputusan Pembelian
Perilaku Pasca
Pembelian
ruang  gerak  wanita,  sedangkan  di  masyarakat  lainnya  sama  sekali  tidak. Namun pendidikan  dan  pembangunan  ekonomi  secara  perlahan-lahan
merubah  mitos ini. Terdapat beberapa mitos  stereotyping mengenai gender, sebagai berikut Kasali, 1998:
1. Wanita adalah pembelanja Yang benar: Wanita terbiasa dengan small-ticket items, tetapi sekarang,
wanita mulai memiliki  posisi  tawar-menawar  yang  lebih  kuat  dalam rumah tangga.
2.   Pria adalah pengambil keputusan untuk big-ticket items seperti mobil, barang-barang durabel, travel dan sebagainya.
Yang  benar:   Kalau   wanita  lebih   berpendidikan   dan   posisi   tawar- menawarnya lebih kuat, big-ticket items diputuskan bersama-sama.
3. Anak-anak adalah tanggung jawab ibu Yang benar: Tren new man melahirkan pasangan baru yang merawat anak
bersama-sama. 4.   Dunia kerja adalah dunia laki-laki
Yang benar: Wanita diperkotaan cenderung bekerja 5.   Wanita adalah emosional, sedangkan pria adalah rasional
Yang benar: Pria pun bisa emosional bila berhadapan dengan small-ticket items.
Saat berbelanja pria cenderung lebih rasional daripada wanita. Pria lebih sering menggunakan akalnya sebelum memutuskan membeli sesuatu,
sedangkan wanita lebih mengandalkan naluri  dan emosinya. Mitos ini disebabkan oleh kebiasaan kebiasaan barang yang dibeli,
atau  gender- typed  products.  Seperti  dijelaskan  dalam  mitos  sebelumnya, wanita lebih
terbiasa berbelanja kebutuhan-kebutuhan sehari- hari, yang cenderung melibatkan
sentuhan sentuhan
emosional. Iklan-iklan  produk  low-
imvolvement ini  cenderung  emosional. Sedangkan big-ticket items  yang disebut sebagai dunia pria merupakan produk-produk high-imvolvement.
Produk-produk high imvolvement  cenderung  melibatkan  resiko  yang  lebih besar  karena harganya  mahal,  ada  masalah-masalah  teknis  yang  harus
dipelajari dan digunakan untuk waktu yang lebih panjang Kasali, 1998.
2.10. Consumer Decision Model CDM