Daging dibakar dengan formula bumbu, lama, dan jarak pemanasan
menurut rancangan RSM Pisahkan Daging
Sampel dari Tulang Homogenisasi
dengan Food Processor
Ambil 1 g daging
Campurkan dengan 1 mL
NaOH 1 M
Tambahkan dengan Ekstrelut 1.75 g
Masukkan ke dalam Kolom PRS dengan
kapasitas 6 mL
Fraksi PAH diuapkan dengan N
2
Elusi dengan 12 mL Diklorometan: Toluen 5
Larutkan dengan 1 mL n-heksana
Masukkan dalam kolom berisi Silika
gel teraktivasi Elusi dengan 10 mL
n-heksana : diklorometan 60 : 40
PAH diuapkan dengan N
2
Larutkan dalam 1 mL acetonitril Uapkan acetonitril dengan N
2
Larutkan dalam 200 µL standar PAH 2.5 µgmL
Analisis [PAH] dengan HPLC-UV
Gambar 5  Diagram alir ekstraksi PAH dari sampel daging modifikasi Janoszka et al. 2004
27
4. PEMBAHASAN
4.1 Validasi Metode Ekstraksi PAH dengan Tandem SPE dan HPLC
Validasi  metode merupakan salah satu penunjang dalam  mendapatkan data hasil  penelitian  yang  valid.  Hal  ini  dikarenakan  dengan  melakukan  validasi
metode,  atribut-atribut  dalam  suatu  metode  seperti  ketelitian,  ketepatan, sensitivitas,  dan  keterulangan  dapat  terlihat  dan  dapat  dioptimalkan.  Validasi
metode  biasa  dilakukan  apabila  metode  yang  digunakan  dalam  suatu  pengujian atau  penelitian  merupakan  metode  yang  benar-benar  baru  atau  apabila  telah
dilakukan  modifikasi  pada  metode  yang  telah  divalidasi.  Selain  itu,  validasi metode juga dilakukan pada pengujian senyawa dengan konsentrasi trace seperti
PAH untuk melihat validitas dari data yang dilaporkan. Pada  penelitian  ini  dilakukan  modifikasi  pada  metode  ekstraksi  polisiklik
aromatik  hidrokarbon  PAH  yang  telah  dikembangkan  oleh  Janoszka  et  al. 2004.  Modifikasi  dilakukan  pada  jumlah  sampel  yang  digunakan  serta  jumlah
pelarut yang digunakan dimana pada penelitian ini jumlah sampel yang digunakan hanya 1 gram dengan jumlah pelarut yang telah disesuaikan. Selain itu digunakan
instrumen  High  Performance  Liquid  Chromatography  HPLC  dengan  detektor UV  untuk  mendeteksi  keberadaan  PAH,  berbeda  dengan  metode  Janoszka  et  al.
2004  yang  menggunakan  HPLC  dengan  detektor  fluoresens  dan  kromatografi gas dengan detektor mass spectrophotometer. Detektor UV dipilih karena detektor
ini  merupakan  detektor  yang  umum  terdapat  pada  lembaga  pengujian  pangan  di Indonesia  sehingga  metode  ini  diharapkan  dapat  diaplikasikan  oleh  lembaga
pengujian di Indonesia untuk pengukuran PAH dalam pangan. Validasi  metode  yang  dilakukan  pada  penelitian  ini  mengikuti  standar
EURACHEM  1998  yang  meliputi  uji  kesesuaian  sistem,  linieritas,  LOD  dan LOQ instrumen, uji recovery dan uji keterulangan. Hasil validasi metode ekstraksi
PAH dengan menggunakan tandem SPE dan HPLC-UV terdapat pada Tabel 6.
Tabel 6  Hasil validasi metode ekstraksi PAH dengan tandem SPE dan HPLC-UV Kriteria
Nilai untuk BAP Nilai Untuk DBA
Linearitas  injeksi  standar  PAH murni  R
2
,  range  konsentrasi 0.05-10 µgmL
0.999 0.999
Linearitas  metode  dengan  standar adisi  dalam  sampel  R
2
,  range spiking 0.1-10 µgg sampel
0.968 0.960
Uji Kesesuaian Sistem RSD  2 - RSD luas area
- RSD waktu retensi 0.78
1.44 0.57
1.60 Limit Deteksi LOD
7.4 ngg sampel 6.6 ngg sampel
Limit Kuantifikasi LOQ 24.7 ngg sampel
22.0 ngg sampel Rekoveri
dengan spiking
5 µgg sampel 104.21
101.18 Repeatability atau Presisi
23.66 20.85
Hasil uji
kesesuaian sistem
untuk benzoapiren
BAP dan
dibenzoa,hantrasen  DBA  ditunjukkan  pada  Tabel  6.  Rata-rata  waktu  retensi untuk  BAP  dan  DBA  masing-masing  adalah  11.448  menit  dan  13.232  menit
dengan  RSD  di  bawah  2.  Sementara  rata-rata  luas  area  BAP  dan  DBA  adalah 179.5855  dan  347.9346  dengan  RSD  di  bawah  2.  Hasil  ini  sesuai  dengan
standar RSD yang disarankan oleh JECFA untuk prosedur analisis trace. Kromatogram  hasil  analisis  PAH  dapat  dilihat  pada  Gambar  6.  Peak  dari
BAP  tampak  pada  12.634  menit  dan  DBA  pada  13.511  menit.  Peak  dari  kedua jenis  PAH  ini  tampak  sebagai  peak  yang  terpisah  sehingga  analisis  dari  kedua
PAH dapat dilakukan secara simultan. Uji  linearitas  dilakukan  dengan  injeksi  standar  benzoapiren  dan
dibenzoa,hantrasen ke dalam sampel  ikan rebus. Hasil uji  linearitas untuk BAP dan  DBA  ditunjukkan  pada  Tabel  6.  Luas  area  peak  meningkat  secara
proporsional  seiring  dengan  meningkatnya  konsentrasi  BAP  dan  DBA  yang  di- spike  ke  dalam  matriks  sampel  daging  ikan  rebus.  Hasil  uji  linearitas  metode
analisis  BAP  dan  DBA  dengan  adisi  standar  ke  dalam  sampel  pada  range konsentrasi spike 0.1-10 µgg sampel memiliki nilai koefisien determinasi R
2
di bawah 0.990. Sementara koefisien regresi injeksi langsung standar BAP dan DBA
di atas 0.990. Nilai uji linearitas injeksi langsung standar PAH sesuai dengan yang disarankan EURACHEM 1998, yaitu nilai koefisien determinasi R
2
0.990. Hasil  uji  LOD  dan  LOQ  PAH  menunjukkan  nilai  LOD  dari  HPLC  untuk
BAP  adalah  7.4  ngg  sampel  dan  untuk  DBA  6.6  ngg  sampel.  Sementara  nilai LOQ  untuk  BAP  adalah  24.7  ngg  sampel  dan  untuk  DBA  adalah  22.0  ngg
sampel.  Nilai  ini  lebih  kecil  dibandingkan  yang  dilaporkan  oleh  Farhadian  et  al. 2011  dan  Janoszka  et  al.  2004  untuk  analisis  BAP  menggunakan  HPLC
dengan  detektor  fluoresens.  Nilai  LOD  yang  dihasilkan  peneliti  ini  untuk  BAP adalah  0.01-0.03  ngg.  Hal  ini  menunjukkan  detektor  fluoresens  lebih  sensitif
untuk  deteksi  PAH  dalam  sampel .
Penyebab  lainnya  adalah  tidak  digunakannya kolom  khusus  untuk  analisis  PAH  seperti  yang  dilakukan  oleh  kedua  peneliti
tersebut.  Kolom  khusus  PAH  merupakan  kolom  yang  berisi  C
18
dan  ultra-high purity  silika  yang  khusus  dibuat  untuk  kolom  PAH.  Silika  ini  memiliki
kemampuan  sangat  baik  untuk  mereduksi  adsorpsi  dari  molekul  polar  sehingga jumlah senyawa pengganggu interferens sedikit dan resolusi pemisahan masing-
masing PAH menjadi lebih baik. Upaya  yang dilakukan untuk meningkatkan deteksi  metode pada penelitian
ini  adalah  dengan  adisi  standar  pada  tahap  akhir  ekstraksi  PAH.  Dalam  metode yang  dikembangkan  oleh  Janoszka  et  al.  2004,  pada  tahap  akhir  residu  yang
mengandung PAH dilarutkan dalam 200 µL Acetonitril :  Air 80:20. Modifikasi dilakukan  dengan  mengganti  penambahan  Acetonitril  :  Air  dengan  standar  PAH
BAP  dan  DBA  dengan  konsentrasi  2.5  µgmL  sebanyak  200  µL.  Dengan melakukan  adisi  standar  PAH  pada  ekstraksi  jumlah  PAH  yang  terdeteksi  akan
masuk ke dalam limit deteksi dari sistem HPLC yang digunakan pada penelitian. Hasil  uji  recovery  dan  uji  keterulangan  untuk  analisis  BAP  dan  DBA
ditunjukkan pada Tabel 6. Konsentrasi standar BAP dan DBA yang di-spiking ke dalam  matriks  sampel  ikan  rebus  adalah  5  µgg  sampel.  Hasil  uji  recovery  pada
standar  BAP  bervariasi  antara  69.32-128.61  dengan  rata-rata  recovery  adalah 104.21.  Sementara  hasil  uji  recovery  pada  standar  BAP  bervariasi  antara
59.54-121.23 dengan rata-rata recovery adalah 101.19. Nilai ini sesuai dengan
nilai  yang  direkomendasikan  oleh  EURACHEM  1998  yaitu  80-110  untuk analisis  kandungan  trace  dalam  sampel  dengan  konsentrasi  5  µgmL.  Nilai
recovery  yang  dihasilkan  pada  penelitian  ini  lebih  baik  dibandingkan  hasil penelitian  Riverra  et  al.  1996  yang  menggunakan  tandem  SPE  dan  HPLC-UV
untuk analisis PAH. Peneliti ini melaporkan nilai recovery untuk analisis BAP dan DBA  pada  matriks  sampel  daging  bakar  masing-masing  sebesar  47  dan  64.
Selain  nilai  recovery  yang  lebih  baik,  penggunaan  sampel  dalam  jumlah  rendah merupakan keunggulan dari metode analisis yang diterapkan dalam penelitian ini.
Hasil  uji  keterulangan  analisis  PAH  ditunjukkan  oleh  nilai  RSD  dari masing-masing  analisis  PAH.  Nilai  keterulangan  untuk  BAP  adalah  23.66
sedangkan untuk DBA adalah 20.85. Nilai ini di atas batas keberterimaan yang disarankan  oleh  AOAC  untuk  analisis  trace  yait
u  nilai  RSD  ≤  15.  Untuk mengatasi  hal  ini  optimasi  proses  ekstraksi  SPE  dapat  dilakukan  dengan
menggunakan  vacuum  chamber  yang  dapat  mengatur  laju  alir  pelarut  yang digunakan.  Riverra  et  al.  1996  menyebutkan  bahwa  laju  alir  yang  optimum
untuk mendapatkan recovery yang baik adalah 0.5 mLmenit.
Gambar 6   Kromatogram  analisis  PAH  dengan  HPLC-UV  pada  sampel  yang dispike  standar  campuran  BAP  dan  DBA  masing-masing
1 µgg sampel.
4.2 Analisis Respon Optimasi Pembakaran
Hasil pengukuran respon pada percobaan proses pembakaran ikan dan ayam panggang diperlihatkan pada Tabel 7 dan Tabel 8. Hasil dari uji coba pendahuluan
digunakan  sebagai  faktor  percobaan  dalam  desain  percobaan  Box-Behnken  pada
BAP DBA