41 kerja, 2 kejelasan dan penerimaan atas penjelasan peran seorang pekerja,
3 tingkat motivasi pekerjaan. Hasibuan 1994 dalam Aminullah2010 menyatakan bahwa prestasi
kerja seorang pegawai merupakan gabungan dari tiga faktor penting yaitu: 1 kemampuan dan minat seseorang pekerja, 2 kemampuan dan
penerimaan atas penjelasan delegasi tugas dan peran, 3 serta tingkat motivasi seorang pekerja. Semakin tinggi ketiga faktor tersebut maka
semakin besar prestasi kerja pegawai. Dari beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi kerja tersebut dan
berdasarkan pengamatan di perusahaan, maka ketiga faktor tersebut akan dibahas dan diulas terhadap kinerja karyawan PT. Bank BNI Syariah.
F. Bank Syariah
Salah satu faktor penting dalam melakukan sebuah usaha baik di bidang produksi maupun distribusi adalah keberadaan modal. Dalam praktiknya
dalam memperoleh modal dapat dilakukan melalui banyak cara seperti dari tabungan sendiri, meminjam dari keluarga atau kerabat lainnya. Namun jika
tidak tersedia atau karena keperluan modal relatif besar maka peran lembaga keuangan menjadi sangat penting dalam membantu penyediaan modal bagi
orang yang ingin berusaha. Terdapat lima C prinsip dalam perkreditan konvensional yaitu : Siamat,
2010. a. Character: Penilaian karakter nasabah perlu dilakukan untuk mengetahui
sejauh mana iktikad baik dan kejujuran calon debitu dalam membayar
42 kredit yang telah diterima. Penilaian ini meliputi aspek moral, sifat-sifat,
kehidupan pribadi, perilaku, serta tanggung jawab. b. Capacity: Penilaian kapasitas calon debitur dilakukan guna mengetahui
kemampuan debitur dalam mengembalikan pokok pinjaman beserta bunganya. Penilaian ini berkaitan dengan kegiatan usaha dan kemampuan
pengelolaan atas usaha yang dibiayai oleh kredit. c. Capital: Dalam melakukan penilaian atas jumlah modal yang dimiliki
debitur perlu dilihat pakah debitur memiliki modal sendiri yang memadai dalam menjalankan usahanya. Semakin besar modal sendiri dalam usaha
yang dibiayai semakin menunjukkan keseriusan debitur dalam menjalankan usahanya.Idealnya jumlah kredit yang diberikan tidak lebih
besar daripada modal sendiri seorang debitur. d. Collateral Jaminan: Penilaian terhadap jaminan digunakan untuk
mengetahui sejauhmana resiko kegagalan pengembalian kewajiban- kewajiban debitur. Jaminan dapat berupa Letter of Guarantee, jaminan
probadi, rekomendasi, avalist letter of comfort. e. Condition: Peniaian terhadap kondisi ekonomi seperti politik, sosial
ekonomi pada saat dan dalam kurun waktu pemberian kredit yang dimungkinkan dapat mempengaruhi usaha debitur. Termasuk pola
kebijakan pemerintah. Menurut syariah, hubungan pinjam meminjam tidak dilarang bahkan
dianjurkan agar terjadi hubungan saling menguntungkan. Dalam Lembaga Keuangan Syariah, sebenarnya penggunaan kata “pinjam meminjam” kurang
43 tepat digunakan, disebabkan dua hal. Pertama, pinjaman merupakan salah
satu metode hubungan finansial dan masih banyak metode lainnya, seperti jual beli, bagi hasil, sewa dan sebagainya. Kedua, pinjam meminjam adalah
akad sosial bukan akad komesial. Artinya, jika seseorang meminjam sesuatu tidak boleh diisyaratkan untuk memberikan tambahan atas pokok
pinjamannya. Setiap pinjaman yang menghasilkan manfaat atau bunga menurut pandangan syariat adalah riba, sedangkan riba adalah haram. Oleh
karena itu dalam lembaga pembiayaan syariah, pinjaman tidak disebut kredit tapi pembiayaan Financing.
Dalam menyalurkan pembiayaan, lembaga keuangan syariah harus memperhatikan faktor-faktor penilaian kreditpembiayaan menyangkut
kagiatan calon mudharib sebagai upaya untuk melaksanakan prinsip kehati- hatian yaitu : Siamat, 2010
1. Aspek Pemasaran: Penilaian ini menyangkut kemampuan daya beli masyarakat purchasing power, kompetisi, pangsa pasar, kualitas produksi
dan sebagainya. Analisis pemasaran ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana prospek usaha di masa yang akan datang.
2. Aspek Teknis. Penilaian ini meliputi aspek kelancaran produksi, kapasitas produksi,mesin-mesin dan peralatan, ketersediaan bahan baku dan kaulitas
tenaga kerja. 3. Aspek Manajemen: Dalam penilaian aspek manajemen, hal-hal yang perlu
diperhatikan adalah struktur organisasi dan kemampuan anggota yang terlibat dalam manajemen.
44 4. Aspek Yuridis: Penilaian aspek yuridis meliputi status hokum badan
usaha, legalitas usaha, legalitas barang jaminan. 5. Aspek sosial ekonomi: Penilaian pada aspek ini pada dasarnya untuk
mengetahui apakah usaha yang dibiayai oleh bank tersebut mempunyai dampak yang positif dan diterima oleh lingkungan masyarakat.
6. Aspek Finansial: Penilaian aspek keuangan meliputi keadaan keuangan perusahaan yang akan dibiayai. Hal-hal yang diperlukan guna melakukan
penilaian keuangan adalah laporan keuangan, arus dana, produksi, realisasi produksi, pembelian dan penjualan.
Secara teoritis, ada tiga hal yang menjadi penciri pembiayaan syariah, yaitu 1 bebas bunga interest free, 2 berprinsip bagi hasil dan risiko
profit loss sharing, dan 3 perhitungan bagi hasil dilakukan pada saat transaksi bagi hasil. Hal ini berarti pembagian bagi hasil dilakukan setelah
ada keuntungan riil, bukan berdasar pada asumsi bahwa besarnya keuntungan usaha yang akan diperoleh di atas bunga kredit.
Anonim 2010 mengemukakan bahwa perbedaan paling mendasar antara bank lembaga pembiayaan syariah dan bank konvensioanal adalah
eksistensi bunga. Pada bank konvensional prinsip perhitungan kerja samanya didasarkan pada bunga, sementara pada bank syariah didasarkan pada
pembagian keuntungan atau bagi hasil.Sistem bagi hasil ini dinilai lebih realistis dan sesuai dengan iklim bisnis yang memang berpotensi untung dan
rugi Muhammad, 2011. Boediono, 2010 mengungkapkan bahwa disejumlah negara maju welfare state prinsip profit- sharing dan juga model
45 employee participation lebih menjamin ketenangan, ketentraman serta
keberlanjutan usaha. Menurut Antonio 2010 baik sistem bunga maupun bagi hasil
mempunyai kesamaan yaitu memberikan keuntungan bagi pemilik modal bank. Di luar aspek ini, keduanya mempunyai perbedaan yang sangat nyata.
Secara ringkas perbedaan diantara keduanya dapat dijelaskan dalam tabel.
Tabel 2.2 Perbedaan Bunga dengan Bagi Hasil
SISTEM BUNGA BAGI HASIL
1. Penentuan biaya ditentukan pada
waktu akad dengan asumsi harus selalu untung
1. Penentuan besarnya rasionisbah
bagi hasil dibuat pada waktu akad dengan berpedoman pada
kemungkinan untung rugi.
2. Biasanya persentase berdasarkan
pada jumlah uang modal yang dipinjamkan
2. Biasanya rasio bagi hasil berdasarkan pada jumlah keuntungan yang
diperoleh
3. Pembayaran bunga tetap seperti
yang dijanjikan tanpa pertimbangan apakah proyek yang
dijalankan oleh pihak nasabah untung atau rugi
3. Bagi hasil tergantung pada
keuntungan proyek yang dijalankan. Bila usaha merugi
kerugian akan ditanggung bersama oleh kedua belah pihak
4. Jumlah pembayaran bunga tidak
meningkat sekalipun jumlah keuntungan berlipat atau keadaan
ekonomi sedang “ boming” 4. Jumlah pembagian laba meningkat
sesuai dengan peningkatan jumlah pendapatan
5. Eksistensi bunga diragukan kalau
tidak dikecam oleh semua agama termasuk Islam
5. Tidak ada yang meragukan
keabsahan bagi hasil Sumber : Muhammad Safi’I Antonio, 2010.
46
G. Penelitian Terdahulu