Cara Penularan Infeksi Menular Seksual

2.5. Diagnosis Infeksi Menular Seksual

Cara mendiagnosis IMS ini sama seperti menegakkan diagnosis penyakit lainnya, yaitu berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan laboratorium Daili, 2011. Anamnesis pada pasien dengan dugaan IMS meliputi: - Keluhan dan riwayat penyakit saat ini. - Keadaan umum yang dirasakan. - Pengobatan yang telah diberikan, baik topikal ataupun sistemik, dengan penekanan pada antibiotik. - Riwayat seksual: i. Kontak seksual, baik di dalam maupun di luar pernikahan berganti- gantian pasangan atau banyak kontak seksual. ii. Kontak seksual dengan pasangannya setelah mengalami gejala penyakit. iii. Frekuensi dan jenis kontak seksual homo- atau heteroseksual. iv. Cara melakukan hubungan seksual genito-genital, orogenital, anogenital. v. Apakah pasangannya juga merasakan keluhangejala penyakit. - Riwayat penyakit dahulu yang berhubungan dengan IMS atau penyakit di daerah genital lainnya. - Riwayat penyakit lainnya. - Riwayat keluarga: pada dugaan IMS yang ditularkan lewat ibu kepada bayinya. - Keluhan lain yang mungkin berkaitan dengan komplikasi IMS, nyeri perut bagian bawah, gangguan haid, kehamilan dan hasilnya. - Riwayat alergi obat. Menurut Murtiastutik 2008, dalam melalukan pemeriksaan pada pasien dengan gejala IMS, diharapkan agar tenaga kesehatan senantiasa berhati-hati. Pada pemeriksaan fisik terdapat perbedaan antara anatomi laki-laki dan perempuan, oleh karena itu pemeriksaan fisik pada pasien IMS dibagikan pada dua kategori yaitu: i. Pemeriksaan pasien laki-laki dengan gejala IMS. Pemerikasaan dilakukan dalam pemeriksaan khusus yang terjaga privasinya. Untuk melakukan pemeriksaan pasien dimintakan melepas celana dan menurunkannya hingga ke lutut. Pasien boleh dalam keadaan berdiri atau baring semasa melakukan pemeriksaan. Pertama inspeksi genitalia eksterna pasien, yang dilihat adalah: - Ulkus; tukak atau luka terbuka pada permukaan kulit atau selaput lendir. - Erosi; luka pada kulit yang sangat dangkal, hanya mengenai epidermis dan mengeluarkan serum - Vesikel; lepuh kecil kantong kecil berisi cairan - Kondiloma; benjolan - Duh tubuh uretra, bila tidak tampak adanya duh tubuh uretra dapat dilakukan pemijatan selanjutnya dilihat apakah tampak duh tubuh uretra yang purulen, mukopuluren, dan serous. Selain itu, dilakukan palpasi apakah terdapat pembesaran kelenjar. Dilakukan palpasi pada skrotum, raba bagian-bagiannya seperti testis, epididimis dan saluran sperma. ii. Pemeriksaan pasien perempuan dengan gejala IMS. Sebelum dilakukan pemeriksaan, pasien diminta untuk membuka pakaian dari dada kebawah dan kemudian berbaring di tempat tidur. Jika bagian tubuh yang tidak diperiksa ditutup dengan kain khusus. Pemeriksaan lebih aman bila pasien dalam posisi litotomi, menekuk lutu dan membuka pahanya, selanjutnya melakukan inspeksi pada vagina, anus, dan daerah perineum. Seterusnya palpasi daerah inguinal untuk menentukan apakah ada pembengkakan kelenjar inguinal dan bubo. Ketika palpasi dinding perut dan daerah pelvis sebaiknya lembut dan secara hati-hati tanpa menyakiti pasien dan selanjutnya periksa ada atau tidaknya duh tubuh vagina, ulkus, bubo, kondiloma dan lain-lain Murtiastutik, 2008.