Konsep Pendidikan Nilai Kajian tentang Pendidikan Nilai

21 global, dan nilai nasionalisme. Untuk mencapai pendidikan yang efektif dengan nilai-nilai dasar tersebut maka sudah seharusnya pendidikan nilai kembali dihidupkan agar ketujuh nilai dasar dapat dimiliki dan dijiwai dalam kehidupan sehari-hari.

3. Konsep Pendidikan Nilai

Pendidikan dikatakan berhasil manakala pendidikan telah menghasilkan lulusan yang cerdas, kreatif, dan memiliki nilai-nilai luhur dalam diri pribadinya. Nilai sangat dibutuhkan oleh semua orang karena nilai adalah pedoman untuk mengatur perilaku sosial manusia. Nilai yang melekat dalam diri pribadi seseorang sama halnya dengan karakter yang tidak dapat terbentuk secara instan dan tanpa adanya kesadaran pada diri pribadi siswa. Nilai berkembang melalui tahapan perkembangan siswa. Setiap manusia mempunyai hak untuk mengembangkan potensi jiwanya. Oleh karena itu, sebaiknya pendidikan nilai diberikan pada siswa sejak dini. Pendidikan nilai menurut Mulyana 2004: 119 didefinisikan sebagai pengajaran atau bimbingan kepada peserta didik agar dapat menyadari nilai kebenaran, kebaikan, dan keindahan melalui proses pertimbangan nilai yang tepat dan pembiasaan bertindak yang konsisten. Melalui pendidikan nilai, peserta didik mendapatkan arahan dan bimbingan untuk membendakan nilai yang kemudian menyadari hal positif dalam proses mempertimbangkan nilai. Selanjutnya nilai itu menjadi kebiasaan dalam bertindak sesuai nilai positif tersebut. Kesadaran akan nilai tidak timbul dengan sendirinya akan tetapi melalui suatu proses pertimbangan dan pembiasaan terhadap nilai. 22 Theodore Bramelt menyatakan salah satu konsep filosofi pendidikan nilai bahwa pendidikan harus dapat menjadi agen dalam menanamkan nilai-nilai yang ada dalam jiwa stakeholder Elmubarok, 2009: 15. Dalam buku yang sama, Driyarkara menyebutkan juga bahwa mendidik mengandung makna memasukkan anak ke dalam alam nilai-nilai, atau memasukkan nilai-nilai ke dalam jiwa anak. Kedua pendapat tersebut adalah dasar etika pendidikan nilai. Pendidikan nilai berperan penting dalam menanamkan nilai dari pendidik kepada anak atau peserta didik. Sementara itu, Sanjaya 2006: 274 menjelaskan bahwa pendidikan nilai pada dasarnya adalah proses penanaman nilai kepada peserta didik yang diharapkan oleh karenanya siswa dapat berperilaku sesuai dengan pandangan yang dianggap baik dan tidak bertentangan dengan norma-norma yang berlaku. Dengan demikian, kegiatan pendidikan selalu berkaitan dengan pendidikan nilai. Elmubarok 2009: 16 mengatakan bahwa pendidikan nilai bukan hanya menyediakan sumber daya manusia dalam sektor ekonomi tanpa kehilangan keutuhannya. Akan tetapi pendidikan nilai juga membentuk manusia-manusia yang dapat mengatasi masalah dan krisis yang rumit. Sejatinya pendidikan nilai mengandung inti bahwa “educate the head, the heart, and the hand”. Mendidik kepala, hati, dan tangan yang dimaksud di sini yaitu mendidik manusia untuk berpikir dengan cerdas, mempunyai hati atau perasaan yang baik, dan menggunakan tangan untuk melakukan hal-hal kebaikan. Adanya kesatuan pikiran, perasaan, dan perbuatan manusia yang selalu menuju ke arah nilai yang positif. Pendidikan nilai adalah suatu proses dimana seseorang menemukan 23 maknanya sebagai pribadi pada saat dimana nilai-nilai tertentu memberikan arti pada jalan hidupnya Elmubarok, 2009: 23. Pendidikan nilai merupakan salah satu model pembelajaran yang dikemas dan dikembangkan untuk mencapai tujuan penanaman dasar mengenai keyakinan dan pembentukan sikap peserta didik dalam kehidupan sebagai manusia dalam masyarakat dan warganegara yang baik Al-Lamri dan Ichas: 2006: 54-55. Keyakinan terhadap suatu nilai akan berproses dalam membentuk sikap peserta didik. Melalui pendidikan nilai diharapkan seseorang dapat menjadi manusia yang baik. Baik dalam nilai ini disesuaikan dengan keyakinan dan patokan yang ada di lingkungannya. Secara konseptual, pendidikan nilai merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari proses pendidikan secara keseluruhan. Hal tersebut sebagaimana tujuan akhir dari pendidikan yang dinyatakan dalam UU RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal 3 yang menyatakan bahwa untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Substansi pendidikan nilai melekat dalam semua dimensi tujuan pendidikan tersebut. Konsep pendidikan nilai berkaitan dengan kebaikan yang ada di dalam suatu objek-subjek Darmadi, 2009: 4. Sesuatu objek-subjek itu baik akan tetapi tidak mempunyai nilai bagi seseorang dalam konteks peristiwa tertentu. Kebaikan terhadap nilai dipengaruhi oleh peristiwa yang terjadi. Sehingga kebaikan itu lebih 24 melakat pada objek atau konteksnya, sedangkan nilai lebih menunjukkan pada sikap seseorang terhadap sesuatu yang baik. Pendidikan nilai menurut Darmadi 2009: 7 merupakan upaya memanusiakan manusia. Dalam pendidikan, manusia hanya akan menjadi manusia apabila manusia berbudi luhur, berkehendak baik serta mampu mengaktualisasikan diri dan mengembangkan budi dan kehendaknya secara jujur, baik di lingkungan keluarga, dimasyarakat, dan lingkungan keberadaannya. Sejalan dengan pendapat yang dikemukanan oleh Darmadi di atas, Samani dan Hariyanto 2016: 45-46 menyatakan bahwa untuk dapat menjadi manusia yang seutuhnya yaitu manusia yang berkarakter dalam dimensi hati, pikiran, raga, dan rasa, serta karsa maka dilakukan proses pemberian tuntunan kepada peserta didik. Proses tersebut merupakan bagian dari pendidikan karakter. Pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, dan pendidikan watak. Kesemua pendidikan tersebut mempunyai tujuan yang sama yaitu untuk mengembangkan kemampuan peserta didik untuk dapat memberikan keputusan mengenai baik dan buruk, memelihara dan mewujudkan kebaikan dalam kehidupan dengan penuh kesadaran. Dengan demikian, pendidikan nilai sama maksudnya dengan pendidikan karakter. Berdasarkan tujuan pendidikan yang ingin diwujudkan yaitu membentuk manusia yang cerdas dan baik, maka pendidikan karakter mengakomodasikan peran dan fungsi pendidikan nilai Zubaedi, 2011: 33. Pendidikan karakter mempunyai peran dalam membantu pengembangan karakter peserta didik. Hal tersebut dikarenakan adanya keterlibatan empat proses yaitu pengenalan inti nilai 25 sosial dan pribadi, penyelidikan secara rasional dan filosofis terhadap inti nilai- nilai dari stimulus yang diterima, respon afektif dan motif terhadap nilai tersebut, dan pengambilan keputusan terhadap hakikat nilai-nilai berdasarkan penyelidikan dan tanggapan terhadap nilai-nilai yang ada pada dirinya. Inti sasaran dalam pendidikan nilai adalah menanamkan nilai-nilai luhur ke dalam diri peserta didik. Berdasarkan uraian di atas mengenai pendidikan nilai menurut beberapa ahli dapat ditarik benang merah bahwa pendidikan nilai merupakan bagian dari proses dan tujuan pendidikan di Indonesia. Pendidikan nilai adalah upaya untuk menanamkan nilai-nilai kebenaran, kebaikan, dan keindahan serta membentuk manusia agar dapat mengatasi permasalahan yang dihadapi. Pendidikan nilai berkaitan dengan mendidik untuk berpikir, menyadari, dan bertidak sesuai dengan nilai-nilai positif yang telah dipilih dan diyakinin sesuai dengan patokan normatif. Dengan pendidikan nilai akan terbentuk generasi yang berkepribadian baik dan mengembangkan potensi serta menjadi manusia yang berkarakter. Pendidikan nilai mengandung maksud yang sama dengan pendidikan karakter.

4. Tujuan Pendidikan Nilai