80
3. Evaluasi dan Tindak Lanjut Pembelajaran Siswa Lamban Belajar
Guru melakukan sistem penilaian yang sama pada ketiga anak lamban belajar di kelas II ini. Menurut Nani Triani dan Amir 2013: 54-55, sistem
penilaian dalam setting pendidikan inklusif memang mengacu pada model pengembangan kurikulum yang dipergunakan yang salah satunya, yaitu
apabila anak berkebutuhan khusus mengikuti kurikulum umum yang berlaku untuk peserta didik pada umumnya di sekolah, maka penilaiannya
menggunakan sistem penilaian yang berlaku di sekolah tersebut. Begitu pula dengan sistem laporan hasil belajar raport pada peserta didik yang
menggunakan kurikulum umum, maka model raportnya menggunakan model umum yang berlaku. Namun, menurut Lay Kekeh Marthan 2007: 152,
dalam pendidikan inklusif, evaluasi dilakukan berdasarkan secara berbeda sesuai dengan perkembangan kemampuan masing-masing anak sebagai
peserta didik. Program khusus untuk siswa lamban belajar yang terdapat di kelas II SD
N Jlaban ini adalah tambahan waktu menyelesaikan tugas sepulang sekolah dan pertemuan wali murid ABK yang diselenggarakan dua kali dalam satu
semester. Selain itu, guru juga melakukan komunikasi individual baik dengan siswa maupun wali siswa. untuk GPK sendiri tidak ikut serta mendampingi
siswa dalam program tambahan waktu sepulang sekolah. Anak lamban belajar selain memiliki masalah tentang tingkat kepahaman dengan sebuah materi,
81
anak tersebut juga memiliki masalah yang berkenaan dengan konsentrasi. Sehingga anakakan membutuhkan waktu yang semakin lama dalam
mengerjakan suatu tugas. Hal terebut sejalan dengan pendapat Rashmi Rekha Borah 2013: 140, yakni anak lamban belajar memiliki masalah dalam
pengelolaan waktu dikarenakan perhatian dan konsentrasi yang buruk. Dedy Kustawan 2013: 151 juga menyatakan bahwa peserta didik berkebutuhan
khusus memerlukan tambahan waktu dalam mengerjakan ulangan, ujian, tes, dan tugas lain.
Komunikasi individual dengan siswa lamban belajar sangatlah penting dilakukan. Hal tersebut dilakukan selain untuk menganalisis karakteristik
siswa lamban belajar beserta segala permasalahannya juga akan membantu siswa dalam meningkatkan motivasi belajarnya. Selain itu, komunikasi
dengan wali siswa lamban belajar juga akan sangat efektif dilakukan untuk mendukung progresivitas belajar siswa yang bersangkutan. Hal tersebut
sejalan dengan pendapat Dedy Kustawan 2013: 19 yang menyatakan bahwa komunikasi dengan orang tua siswa perlu untuk dilakukan secara intensif. Hal
tersebut akan membantu orang tua memahami cara memotivasi peningkatan belajar anaknya yang disesuaikan dengan kebutuhan khususnya. Pendapat
tersebut sejalan dengan Lay Kekeh Marthan 2007: 196-197 yang menyatakan bahwa kerja sama antara guru dan orang tua sangat dibutuhkan
82
dalam memantau kemajuan belajar anak berkebutuhan khusus. Pihak sekolah hendaknya memfasilitasi hubungan komunikasi antara guru dan orang tua.
Di kelas II ini, tidak terjadi program remedial untuk siswa lamban belajar. Padahal kegiatan remedial akan membantu siswa lamban belajar untuk l
e
bih memahami materi pembelajaran dan ketuntasan belajar. Lay Kekeh Marthan
2007: 104 menyatakan bahwa program perbaikan atau remedial dimaksudkan agar anak mencapai ketuntasan belajar atau menguasai 75
tujuan pembelajaran. Sedangkan menurut Safrudin Aziz 2015: 131 salah satu strategi efektif yang bisa digunakan dalam proses pembelajaran anak
berkebutuhan khusus termasuk lamban belajar salah satunya adalah program remedial.
Dilihat dari berbagai aspek pelaksanaan pembelajaran siswa lamban belajar, peneliti menyimpulkan bahwa SD N Jlaban menggunakan kerangka
sistem pendidikan inklusi tipe sekolah reguler dan kelas reguler tanpa dukungan. Menurut Safrudin Aziz 2015: 114, penjelasandari tipe sekolah
tersebut adalah bahwa dalam sekolah ini, anak berkebutuhan khusus secara penuh berada di kelas reguler. Layanan pendidikan yang diperoleh oleh anak
yang bersangkutan sama seperti yang diperoleh anak lainnya pada umumnya. Anak berkebutuhan khusus, yang pada hal ini adalah anak lamban belajar
harus mengikuti standar yang berlaku bagi anak bukan berkebutuhan khusus dalam hal kurikulum, evaluasi, dan dalam penggunaan fasilitas. Pada
83
kenyataannya, ketiga anak lamban belajar masih sulit untuk mengikuti standar pembelajaran yang sama dengan siswa lainnya.
Sedangkan menurut istilah Lay Kekeh Marthen 2007: 118, tipe tersebut di atas disebut sebagai bentuk keterpaduan penuh. Bentuk ini memberi
kesempatan kepada anak berkebutuhan khusus untuk belajar di kelas biasa secara penuh dengan menggunakan kurikulum yang sama. Metode dan
penilaian pembelajaran yang digunakan pada umumnya tidak berbeda dengan yang digunakan di kelas reguler pada umumnya. Menurut Lay Kekeh Marthan
2007: 122, kelemahan pendidikan inklusi memang akan mengharuskan anak berkebutuhan khusus memenuhi kurikulum yang sama dengan anak reguler
lainnya. Hal ini akan membuat anak harus belajar keras dengan anak pada umumnya karena harus menerima pelajaran yang sama.
84
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan tentang pelaksanaan pembelajaran siswa lamban belajar kelas II SD N Jlaban
sebagai berikut. Ditinjau dari indikator perencanaan pembelajaran, guru menganalisis karakteristik siswa lamban belajar dengan cara melakukan
komunikasi individual secara intensif dan berdasar pada evaluasi proses pembelajaran. Seluruh komponen pembelajaran yang tercantum dalam RPP
media, metode, penilaian, sumber, materi, strategi untuk siswa lamban belajar adalah sama dengan siswa lainnya.
Ditinjau dari indikator pelaksanaan pembelajaran, guru melakukan apersepsi dengan cara tanya jawab tentang kegiatan siswa atau keadaan lingkungan sekitar
siswa. Guru menimbulkan motivasi awal dengan cara bernyanyi atau tepuk. Guru terkadang menyampaikan pokok-pokok materi secara lisan atau ditulis di papan
tulis. Guru melakukan apersepsi dengan cara tanya jawab tentang kegiatan siswa atau keadaan lingkungan sekitar siswa. Guru menimbulkan motivasi awal dengan
cara bernyanyi atau tepuk. Guru terkadang menyampaikan pokok-pokok materi secara lisan atau ditulis di papan tulis. Guru menyimpulkan pembelajaran dengan
cara tanya jawab secara klasikal. Tidak ada evaluasi khusus di akhir