Observasi Higiene Sanitasi Makanan Jajanan

64 BAB V PEMBAHASAN

5.1 Observasi Higiene Sanitasi Makanan Jajanan

Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan pada penjual makanan jajanan yang menjajakan dagangannya di sekitar Sekolah Dasar SD Negeri Kelurahan Timbang Deli Kecamatan Medan Amplas mengenai higiene sanitasi makanan jajanan, secara keseluruhan tidak memenuhi syarat kesehatan sesuai dengan Kepmenkes RI No. 942MenkesSKVII2003. 1. Penjamah Makanan Jajanan Persyaratan penjamah makanan jajanan yang dilakukan oleh penjual makanan jajanan di sekitar Sekolah Dasar SD Negeri Kelurahan Timbang Deli Kecamatan Medan Amplas belum memenuhi syarat kesehatan, seluruh penjamah makanan jajanan tidak memakai celemek dan tidak mencuci tangan setiap kali hendak menjamah makanan jajanan dengan alasan karena sudah mandi dan mencuci tangan dari rumah sebelum menjajakan makanan jajanan. Menurut Yuliarti 2007 menyentuh makanan tanpa mencuci tangan dengan sabun terlebih dahulu dapat menyebabkan makanan tersebut terkontaminasi oleh berbagai jenis mikroorganisme penyebab diare. Terdapat 7 orang penjamah makanan jajanan yang tidak menutup luka dan tidak memakai penutup kepala saat menjamah makanan jajanan. Menurut mereka bila luka tersebut hanya tersayat pisau tidak terlalu mengganggu aktivitas, jika ditutup maka luka tersebut akan bengkak dan berair, jadi lebih baik bila tidak ditutup. Terdapat 6 orang penjamah makanan jajanan yang memiliki tangan dan kuku tidak Universitas Sumatera Utara bersih ketika menjamah makanan jajanan. Kuku mereka memang rata-rata pendek tetapi tidak bersih. Ada 3 orang penjamah makanan jajanan yang menderita penyakit mudah menular, menggaruk anggota badan dan memakai pakaian tidak bersih ketika menjamah makanan jajanan. Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan, penjamah makanan jajanan tersebut sedang menderita batuk dan pilek, meskipun sedang sakit mereka akan tetap berjualan selagi masih sanggup. Padahal hal ini sebenarnya tidak boleh dilakukan karena mereka dapat menularkan penyakit yang dideritanya kepada orang lain melalui bakteri yang secara tidak sengaja masuk lewat percikan ludah atau tangan mereka. Penjamah menggaruk anggota badan seperti tangan dan kepala saat menjamah makanan jajanan karena tidak sadarsecara refleks melakukannya. Dari 10 orang penjamah makanan jajanan hanya 1 orang yang tidak memakai alatperlengkapan dan merokok ketika menjamah makanan jajanan. Tidak memakai alatperlengkapan ketika menjamah makanan jajanan dengan alasan agar lebih cepat dan mudah karena banyak siswa yang membeli dagangannya, padahal jika tidak menggunakan alatperlengkapan ketika menjamah makanan jajanan maka makanan jajanan tersebut akan berisiko terkontaminasi bakteri. Penjamah merokok saat menjamah makanan jajanan karena sudah biasa dan untuk mengisi waktu agar tidak bosan. Hal ini terjadi karena kurangnya pengetahuan penjamah makanan mengenai higiene sanitasi makanan dan minuman. Bila penjamah makanan tidak menjaga kebersihan tangan, kuku dan menggaruk anggota badan ketika menjamah makanan Universitas Sumatera Utara jajanan, maka makanan tersebut akan mudah terkontaminasi bakteri, karena bakteri tersebar luas di lingkungan sekitar manusia dan dapat dijumpai di udara, air, tanah, dalam usus binatang, tumbuhan, permukaan tubuh, mulut maupun hidung Gaman dkk, 1992. 2. Peralatan Terdapat 6 orang penjual makanan jajanan yang tidak mengeringkan peralatan yang sudah dicuci dengan alat pengeringlap yang bersih dan tidak menyimpan peralatan yang sudah bersih di tempat yang bebas pencemaran, sehingga peralatan tersebut mudah terkontaminasi debu, bakteri ataupun serangga. Ada 2 orang penjual makanan jajanan yang menggunakan kembali peralatan yang hanya untuk sekali pakai, peralatan yang mereka pakai berupa botol minuman kemasan untuk tempat saus. Kebersihan peralatan makan yang kurang baik sangat mempunyai peranan penting dalam pertumbuhan dan penyebaran kuman penyakit serta keracunan. Untuk itu peralatan makanan haruslah dijaga kebersihannya, supaya terhindar dari kontaminasi kuman patogen salah satunya adalah Escherichia coli serta zat pencemar lainnya Pohan S, 2009. 3. Air Berdasarkan hasil penelitian, terdapat 6 orang penjual makanan jajanan yang menggunakan air isi ulang sebagai air minum dan 4 orang menggunakan sumur atau PAM sebagai sumber air bersih untuk diminum. Menurut Kepmenkes RI No. 942MenkesSKVII2003 tentang Pedoman Persyaratan Higiene Sanitasi Makanan Jajanan, air yang digunakan dalam penanganan makanan jajanan harus air yang Universitas Sumatera Utara memenuhi standar dan persyaratan higiene sanitasi yang berlaku bagi air bersih atau air minum. Air bersih yang digunakan untuk membuat minuman harus dimasak sampai mendidih. Menurut Fardiaz 1992 dalam Dharma dkk 2003, air bersih dikatakan memenuhi syarat fisik jika tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa. Warna air dapat terjadi karena adanya bahan-bahan terlarut. Air berbau bisa disebabkan adanya bahan-bahan kimia, plankton, bahan organik dan mikroorganisme anaerobik yang ada di dalam air. Secara keseluruhan penjual makanan jajanan sudah menggunakan air bersih yang tidak berwarna, tidak berbau dan tidak berasa, serta air bersih yang digunakan untuk minuman sudah dimasak sampai mendidih. Hal ini berarti air yang digunakan oleh penjual makanan jajanan sudah memenuhi syarat kesehatan. 4. Bahan Makanan Dan Bahan Tambahan Makanan Berdasarkan hasil penelitian, seluruh penjual makanan jajanan menggunakan bahan yang baik mutunya, segar tidak busuk; bahan olahan dalam kemasan yang akan diolah menjadi makanan jajanan tidak bercacatrusak; bahan makanan bahan tambahan makanan jajanan siap saji disimpan terpisah dan bahan makanan yang cepat rusakmembusuk disimpan di tempat yang terpisah. Terdapat 1 orang penjual makanan jajanan yang menggunakan bahan olahan dalam kemasan yang tidak memiliki tanggal kadaluwarsa dan tidak terdaftar di Depkes RI yaitu Somboi. Universitas Sumatera Utara 5. Penyajian Terdapat 4 orang penjual makanan jajanan yang tidak menggunakan tempatalat perlengkapan yang bersih dan aman bagi kesehatan. Penjual makanan jajanan tersebut menggunakan peralatan yang hanya untuk sekali pakai dan ada yang menggunakan peralatan yang sudah gompel. Menurut Kepmenkes RI 2003 seharusnya tidak menggunakan peralatan yang dirancang hanya untuk sekali pakai, sedangkan menurut Permenkes RI 2011 keadaan peralatan yang digunakan harus utuh, tidak cacat, tidak retak, tidak gompal dan mudah dibersihkan. Ada 2 orang penjual makanan jajanan yang tidak menjajakan makanan jajanan dalam keadaan terbungkustertutup dan menggunakan pembungkustutup yang tidak bersih dan dapat mencemari makanan jajanan. Menurut Permenkes RI No. 1096MenkesPerVI2011, setiap jenis makanan menggunakan wadah yang tertutup agar tidak terjadi kontaminasi silang dan dapat memperpanjang masa saji makanan sesuai dengan tingkat kerawanan makanan. 6. Sarana Penjaja Seluruh sarana penjaja makanan jajanan tidak tersedia sarana air bersih, makanan jajanan yang dijajakan tidak terhindar dari debupencemaran dan tidak tersedia tempat untuk mencuci peralatan, tangan ataupun bahan makanan. Ada 8 orang penjual makanan jajanan yang tidak menyediakan tempat untuk membuang sampah dan tidak menyediakan tempat untuk menyimpan bahan makanan jajanan. Terdapat 7 orang penjual makanan jajanan yang tidak menyediakan tempat untuk menyimpan peralatan. Universitas Sumatera Utara Sesuai dengan Syarat Higiene Sanitasi Makanan Jajanan, maka makanan jajanan yang dijajakan di sekitar Sekolah Dasar SD Kelurahan Timbang Deli Kecamatan Medan Amplas belum memenuhi syarat kesehatan. Menurut Kepmenkes RI 2003 higiene sanitasi merupakan upaya untuk mengendalikan faktor makanan, orang, tempat dan perlengkapannya yang dapat atau mungkin dapat menimbulkan penyakit atau gangguan kesehatan. Mengingat pentingnya makanan bagi tubuh, maka sangat perlu diperhatikan aspek higiene dan sanitasi makanan tersebut, dengan adanya higiene dan sanitasi makanan yang baik, maka akan dihasilkan makanan dengan kualitas baik juga Utami dkk, 2011.

5.2 Kandungan Bakteri Escherichia coli pada Makanan Jajanan

Dokumen yang terkait

Tinjauan Sanitasi Makanan Jajanan Di Dijalan Pagaruyung Kelurahan Petisah Tengah Kecamatan Medan Petisah Tahun 2000

1 28 71

Higiene Sanitasi Pengelolaan Makanan dan Pemeriksaan Escherichia coli pada Peralatan Makan di Instalasi Gizi Rumah Sakit Umum Mayjen H.A.Thalib Kabupaten Kerinci Tahun 2011

36 161 102

Analisa Bakteri Escherichia coli dan Kandungan Zat Pewarna Rhodamin B Pada Makanan Jajanan di Kantin dan Luar Sekolah di Sekolah Dasar Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang Pada Tahun 2017

0 1 15

Analisa Bakteri Escherichia coli dan Kandungan Zat Pewarna Rhodamin B Pada Makanan Jajanan di Kantin dan Luar Sekolah di Sekolah Dasar Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang Pada Tahun 2017

0 0 2

Analisa Bakteri Escherichia coli dan Kandungan Zat Pewarna Rhodamin B Pada Makanan Jajanan di Kantin dan Luar Sekolah di Sekolah Dasar Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang Pada Tahun 2017

0 0 9

Analisa Bakteri Escherichia coli dan Kandungan Zat Pewarna Rhodamin B Pada Makanan Jajanan di Kantin dan Luar Sekolah di Sekolah Dasar Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang Pada Tahun 2017

0 0 33

Analisa Bakteri Escherichia coli dan Kandungan Zat Pewarna Rhodamin B Pada Makanan Jajanan di Kantin dan Luar Sekolah di Sekolah Dasar Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang Pada Tahun 2017 Chapter III VI

0 0 43

Analisa Bakteri Escherichia coli dan Kandungan Zat Pewarna Rhodamin B Pada Makanan Jajanan di Kantin dan Luar Sekolah di Sekolah Dasar Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang Pada Tahun 2017

0 1 3

Analisa Bakteri Escherichia coli dan Kandungan Zat Pewarna Rhodamin B Pada Makanan Jajanan di Kantin dan Luar Sekolah di Sekolah Dasar Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang Pada Tahun 2017

0 0 23

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Fungsi Makanan - Higiene Sanitasi serta Pemeriksaan Escherichia coli dan Rhodamin B pada Makanan Jajanan di Sekolah Dasar (SD) Kelurahan Timbang Deli Kecamatan Medan Amplas Tahun 2013

0 0 35