Pembahasan HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

memperhatikan penjelasan guru dan masih ada siswa yang berada diluar kelas. Siswa tidak menunjukan kesadarannya untuk belajar dan mau mengikuti pembelajaran, sama seperti yang dirasakan guru dalam hasil angket bahwa siswa sulit diatur tabel 1.3 dan hasil wawancara guru yang mengatakan bahwa siswa kurang termotivasi untuk belajar lampiran a.1. Peneliti : Apa yang anda rasakan saat melaksanakan pembelajaran di kelas dengan pendekatan saintifik dan metode yang diberikan? Guru : . . . Aktivitas siswa dalam pembelajaran kurang, lebih cenderung main dan ngobrol sehingga tidak maksimal dalam mengomunikasikan atau menanya. Terlihat kurang termotivasi untuk belajar. Permasalahan tersebut sangat bertolak belakang dengan hasil angket siswa tabel 1.4 yang menunjukan bahwa mereka minat dengan matematika. Jika siswa minat dengan matematika maka seharusnya siswa sadar untuk belajar dan mau mengikuti proses pembelajaran. Jika ditinjau dari hasil angket siswa tabel 1.4 no 3 dan wawancara siswa lampiran a.2.1-a.2.5 yang menunjukan bahwa cara guru mengajar menyenangkan dan tidak banyak aturan maka tidak salah jika siswa mengambil sikap untuk tidak mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Peneliti : Apa yang dirasakan selama proses pembelajaran dengan guru kalian tadi? Siswa 1 : Senang mas Peneliti : Senangnya bagaimana? Mungkin bisa dijelaskan Siswa 1 : Ga banyak aturan dan enak Peneliti : Apa yang dirasakan selama proses pembelajaran dengan guru kalian tadi? Siswa 2 : Senang mas Peneliti : Senangnya bagaimana? Siswa 2 : Ga ada halangan, bisa bebas Peneliti : Apa yang dirasakan selama proses pembelajaran dengan guru kalian tadi? Siswa 3 : Senang mas Peneliti : Senangnya bagaimana? Siswa 3 : Gurunya enak Peneliti : Apa yang dirasakan selama proses pembelajaran dengan guru kalian tadi? Siswa 4 : Senang mas Peneliti : Senangnya bagaimana? Siswa 4 : Gurunya asik, lucu Peneliti : Apa yang dirasakan selama proses pembelajaran dengan guru kalian tadi? Siswa 5 : Senang Peneliti : Senangnya bagaimana? Siswa 5 : Guru menyenangkan Jadi peranan guru dalam kegiatan pembuka sangat diperlukan, terlebih dapat mengarahkan siswa secara tegas untuk tetap fokus pada proses belajar dan pembelajaran. Dengan begitu proses pembelajaran yang terjadi diawal akan selaras dengan proses selanjutnya dan sesuai dengan pengertian Miarso 1993 dalam Siregar dan Nara 2010:3-4 bahwa pembelajaran adalah usaha pendidik secara sadar untuk mengendalikan proses pembelajaran sesuai dengan tujuan yang sudah ditetapkan dan mampu membuat siswa belajar. 2. Kegiatan inti Pada kegiatan inti guru melaksanakan proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik. Guru tidak mengalami permasalahan dan merasa yakin dalam pelaksanaannya dan yakin dapat berjalan sesuai tujuan pembelajaran hasli angket guru, tabel PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 1.3. Akan tetapi, berdasarkan hasil observasi dan wawancara siswa menunjukan adanya permasalahan dalam menjalankan tahapan pendekatan saintifik sebagai berikut: a. Permasalahan dalam tahapan mengamati Pada tahapan mengamati, guru menggunakan papan tulis sebagai media untuk menjelaskan materi relasi hasil observasi pembelajaran. Penggunaan media papan tulis terkesan minimal dan menyebabkan siswa kesulitan dalam mengamati dan memilih untuk berbicara dengan teman, ada yang merasa bingung, dan mengantuk hasil wawancara siswa tahapan mengamati. Peneliti : Saat proses pembelajaran tadi, kamu diminta untuk mengamati persoalan yang diberikan, Apakah kamu ikut mengamati? Apa yang kamu rasakan? Siswa 1 : Tidak ikut mas karena ngantuk, lapar belum sarapan Peneliti : Saat proses pembelajaran tadi, kamu diminta untuk mengamati persoalan yang diberikan, Apakah kamu ikut mengamati? Apa yang kamu rasakan? Siswa 2 : Ikut mengamati, kadang bingung Peneliti : Saat proses pembelajaran tadi, kamu diminta untuk mengamati persoalan yang diberikan, Apakah kamu ikut mengamati? Apa yang kamu rasakan? Siswa 3 : Ikut mengamati, tapi sulit memahami Peneliti : Saat proses pembelajaran tadi, kamu diminta untuk mengamati persoalan yang diberikan, Apakah kamu ikut mengamati? Apa yang kamu rasakan? Siswa 4 : Ikut mengamati, sempat kesulitan dan bingung Peneliti : Saat proses pembelajaran tadi, kamu diminta untuk mengamati persoalan yang diberikan, Apakah kamu ikut mengamati? Apa yang kamu rasakan? Siswa 5 : Ikut mengamati, sempat kesulitan Permasalahan tersebut disadari oleh guru yang terbukti dari hasil angket guru yang menunjukan bahwa guru merasa tidak mempersiapkan pelaksanaanya secara lengkap dengan perolehan persentase 40 . Jadi dapat disimpulkan bahwa siswa mengalami kesulitan mengikuti proses tahapan mengamati akibat kurangnya persiapan guru dalam pelaksanaannya. Secara aturan tahapan mengamati dalam pendekatan saintifik menjadi dasar siswa untuk membangun pemahaman dari hasil pengamatannya sesuai dengan skema alur tahapan saintifik. Pada tahapan awal pendekatan saintifik siswa diajak untuk mengamati suatu bentuk permasalahan yang ada. Cara dalam mengamati dapat dilakukan dengan mengajak siswa untuk melihat, mendengar, atau meraba. Tujuannya adalah mengajak anak untuk melakukan proses mengolah informasi dari hasil pengamatannya. Jika guru tidak mempersiapkan pelaksanaan tahapan mengamati secara maksimal maka informasi yang diperoleh siswa pun tidak dapat disimpan dengan baik. Secara paradikma tahapan mengamati sesungguhnya menjadi dasar proses pembelajaran agar siswa dapat mengembangkan kemampuan kognitifnya Piaget serta merekonstruksi pengalaman Bogner: 2008 yang dimilikinya, sesuai dengan penjelasan Huda 2014:37-70 terkait paradikma PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI pembelajaran. Selanjutnya, jika pada tahapan mengamati siswa sudah terkendala maka pada tahapan selanjutnya siswa juga akan mengalami kendala, sehingga dalam prosesnya tidak boleh terjadi miss saat mengamati skema alur tahapan saintifik. Permasalahan dalam tahapan mengamati dapat juga muncul dari diri siswa seperti mengalami kesulitan belajar dan tidak tahu gaya belajar yang dimiliki, sehingga dalam proses pembelajaran siswa lebih memilih berbicara dengan temannya. Oleh sebab itu peranan guru dalam mendampingi dan mengarahkan siswa sangat dibutuhkan. b. Permasalahan dalam tahapan menanya Tahapan menanya padas pembelajaran tidak nampak dilakukan oleh guru. Akan tetapi, permasalahan dalam tahapan menanya dapat digali melalui hasil wawancara guru lampiran a.1 yang mengatakan bahwa siswa sulit diarahkan untuk menanya, dengan kata lain siswa mengalami kesulitan dalam menanya. Peneliti : Apa yang anda rasakan saat melaksanakan pembelajaran di kelas dengan pendekatan saintifik dan metode yang diberikan? Guru : Siswa susah diarahkan untuk menanya dengan pertanyaan-pertanyaan yang relevan dengan tujuan pembelajaran . . . Akan tetapi, hal tersebut tidak sesuai dengan hasil angket siswa yang menyatakan bahwa siswa tahu apa yang ingin ditanyakan, tahu cara bertanya, berani bertanya, tidak takut dikatakan bodoh dan merasa paham sehingga tidak bertanya. Jika ditinjau dari hasil wawancara, maka diperoleh pengakuan bahwa sisiwa mengalami kesulitan untuk bertanya karena tidak tahu cara bertanya. Siswa bingung dengan apa yang ingin ditanyakan, siswa takut salah dan takut dipermalukan. Peneliti : Saat proses pembelajaran tadi, jika kamu diminta untuk bertanya dari persoalan yang diberikan, apa yang kamu rasakan? Siswa 1 : Tidak tau mas Peneliti : Tapi kamu bisa bertanya? Siswa 1 : Bisa kalau tau Peneliti : Saat proses pembelajaran tadi, jika kamu diminta untuk bertanya dari persoalan yang diberikan, apa yang kamu rasakan? Siswa 2 : Bingung mau tanya apa. Peneliti : Tapi kamu tahu cara bertanya? Siswa 2 : Tau mas, dengan angkat tangan kan mas maksudnya? Peneliti : Betul itu cara kalau kamu mau bertanya, tapi apakah kamu berani bertanya? Siswa 2 : Takut sebetulnya Peneliti : Apa yang buat kamu takut? Siswa 2 : Malu mas kalau salah Peneliti : Saat proses pembelajaran tadi, jika kamu diminta untuk bertanya dari persoalan yang diberikan, apa yang kamu rasakan? Siswa 3 : Ragu-ragu, takut pertanyaannya salah, malu Peneliti : Tapi kamu tahu cara bertanya? Siswa 3 : Tau mas Peneliti : Cara membuat pertanyaan dengan kalimat tanya apakah juga tahu? Siswa 3 : Tahu mas Peneliti : Apa yang buat kamu tidak bertanya? Siswa 3 : Malu mas, takut kalau salah Peneliti : Saat proses pembelajaran tadi, jika kamu diminta untuk bertanya dari persoalan yang diberikan, apa kamu bisa bertanya? Apa yang kamu rasakan? Siswa 4 : Tidak bisa tanya, rasanya deg-degan, takut dikira bodoh tu lho mas Peneliti : Tapi kamu tahu cara bertanya? Siswa 4 : Tau mas, cuma bingung Peneliti : Cara membuat pertanyaan dengan kalimat tanya apakah juga tahu? Siswa 4 : Tahu mas Peneliti : Apa yang buat kamu tidak bertanya? Siswa 4 : Cuma bingung mas Peneliti : Saat proses pembelajaran tadi, jika kamu diminta untuk bertanya dari persoalan yang diberikan, apa kamu bisa bertanya? Apa yang kamu rasakan? Siswa 5 : Tidak bisa tanya, takut salah Peneliti : Tapi kamu tahu cara bertanya? Siswa 5 : Tau mas Peneliti : Cara membuat pertanyaan dengan kalimat tanya apakah juga tahu? Siswa 5 : Tahu mas Peneliti : Apa yang buat kamu tidak bertanya? Siswa 5 : Tidak tahu mau tanya apa Siswa 1 yang merasa tidak tahu cara bertanya dan bingung dengan apa yang ingin ditanyakan adalah siswa yang pada saat tahapan mengamati mengalami miss dalam mengamati karena pada saat tahapan mengamati tidak ikut mengamati. Peneliti : Saat proses pembelajaran tadi, kamu diminta untuk mengamati persoalan yang diberikan, Apakah kamu ikut mengamati? Apa yang kamu rasakan? Siswa 1 : Tidak ikut mas . . . Secara skema alur pendekatan saintifik, siswa yang tidak maksimal dalam mengamati tidak menyimpan sebuah pemahaman atau konsep secara utuh. Dalam Smith 2013: 75-83 kesulitan menanya yang dialami siswa juga papat disebabkan karena siswa mengalami gangguan bahasa. Gangguan bahasa yang dialami siswa berupa kesulitan untuk menentukan kata yang benar serta kemampuan untuk menentuk berkomunikasi secara efektif Gibbs dan Cooper:1989. Untuk menanggulangi permasalahan yang dihadapi siswa saat kesulitan menanya adalah dengan menjadikan guru sebagai pendamping sekaligus pengarah bagi siswa, agar kedepannya siswa dapat bertanya, berani dan terampil. Dari hasil angket guru menunjukan bahwa guru merasa sudah melakukan pengarahan untuk siswa, tetapi bagi peneliti pengarahan yang diberikan tidak nampak. c. Permasalahan dalam tahapan menalar Pada tahapan menalar peneliti menemukan permasalahan bahwa siswa kesulita untuk melakukan penalaran terkait permasalahan yang diberikan oleh guru. Siswa diminta untuk menambahkan tanda panah yang menunjukan relasi A ke B. Berdasarkan hasil observasi, siswa tidak merespon permasalahan yang diberikan oleh guru. Selanjutnya guru meminta siswa yang terpilih untuk maju menyelesaikan permasalahan. Guru membantu siswa dalam membuat panah sehingga siswa dapat A B Satu kurangnya Dari dua kali A

1. 2.

3. 4. .1 .2 .3 .4 .5 .7 .8 Gambar 4.10: Soal penalaran menyelesaikan dan memahami permasalahan yang diberikan. Permasalahan yang diberikan guru terbilang sulit untuk siswa, karena relasi yang digunakan melibatkan operasi pengurangan dan perkalian. Siswa sulit untuk memahami dan membayangkan maksud dari relasi yang diberikan. Secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa siswa mengalami kesulitan dalam menalar. Kesulitan menalar yang dialami siswa disebabkan karena masalah daya ingat Swanto dkk. 1990 dalam Smith. Dari gambar 4.5 dapat dilihal bahwa soal penalaran yang diberikan melibatkan pemahaman terkait bilangan dan seharusnya siswa dapat mengingat pemahaman terkait bilangan, dengan kata lain siswa mengalami masalah daya ingat atau masalah memori sehingga tidak dapat mengingat pemahaman yang pernah dipelajari. Smith juga mengatakan bahwa siswa mengalami gangguan kognisi sehingga sulit dalam melakukan analisis masalah, membuat perencanaan dan pengaturan yang diperlukan bagi solusi masalah tersebut secara sadar. Jika mengambil contoh persoalan gambar 4.5 dengan relasi “satu kurangnya dari dua kali A”, maka diperoleh juga kesulitan siswa dalam memahami maksud dari relasi “satu kurangnya dari dua kali A”, sehingga dapat dikatakan juga bahwa siswa mengalami kesulitan dalam memahami bahasa Mulyadi. Jadi siswa mengalami kesulitan menalar karena gangguan dalam diri siswa berupa gangguan bahasa, memahami dan kemampuan kognitif, sehingga peranan guru dalam mendampingi siswa sangatlah penting. d. Permasalahan dalam tahapan mencoba Pada tahapan mencoba, guru meminta siswa untuk berdiskusi dalam kelompok. Hal tersebut sudah sesuai dengan paradikma pembelajaran bahwa dengan melakukan diskusi kelompok siswa dapat berinteraksi dan mengembangkan pengetahuannya Wenger: 1998 dalam Huda. Menjadi permasalahan ketika guru tidak mengelompokkan siswa secara acak, sehingga kelompok yang terbentuk tidak kondusif untuk mencoba permasalahan dalam LKS yang diberikan. Kondisi kelompok yang tidak kondusif menjadi penyebab kesulitan siswa dalam tahapan mencoba. Ditinjau dari hasil angket siswa diperoleh kesimpulan bahwa siswa tidak mengalami kesulitan saat menoba, namun dari hasil wawancara diperoleh informasi bahwa siswa tidak menyelesaikan permasalahan pada LKS sampai. Siswa merasa kesulitan saat diminta untuk menentukan relasi dari no iii dan iv pada LKS. Peneliti : Saat proses pembelajaran tadi, kamu diminta untuk mencoba persoalan yang diberikan, Apakah kamu ikut mencoba? Apa yang kamu rasakan? Siswa 4 : Ikut mencoba Peneliti : Lalu apa yang kamu rasakan saat mencoba mengerjakan? Siswa 4 : Merasa susah no iii dan iv Peneliti : Saat proses pembelajaran tadi, kamu diminta untuk mencoba persoalan yang diberikan, Apakah kamu ikut mencoba? Apa yang kamu rasakan? Siswa 5 : Ikut mencoba Peneliti : Lalu apa yang kamu rasakan saat mencoba mengerjakan? Siswa 5 : Merasa susah no iii dan iv Gambar 4.11: Persoalan dalam LKS Pada gambar 4.6 kesulitan siswa dalam mencoba saat menemukan permasalahan terkait bilangan seperti pada no iii dan iv. Permasalahan no i dan ii terlihat mudah karena tidak jauh dari kehidupan sehari-hari. Berbeda dengan no iii dan iv yang perlu mengkaitkan dengan pemahaman tentang bilangan. Siswa tidak mampu mengingat materi bilangan berbangkat dan kelipatan suatu bilangan yang pernah dipelajari. Siswa mengalami permasalahan dalam memahami persoalan yang disajikan. Pada tahapan mencoba siswa menunjukan sikap berani untuk bertanya secara mandiri hasil observasi aktivitas siswa. Ada indikasi bahwa permasalahan pada tahapan menanya cukup terjawab pada tahapan mencoba. Siswa lebih nyaman bertanya bukan saat sesi bertanya. Jadi dari permasalahan tersebut siswa mengalami kesulitan mencoba untuk kasus-kasus tertentu seperti persoalan yang membutuhkan penalaran seperti contoh no iii dan iv. e. Permasalahan dalam tahapan menyimpulkan Saat peneliti melakukan observasi, guru tidak menampakkan tahapan menyimpulkan dalam proses pembelajarannya. Guru tidak melibatkan siswa untuk membuat kesimpulan dari materi yang sudah dipelajari. Berdasarkan RPP lampiran RPP hal 18 yang dibuat oleh guru, tahapan menyimpulkan tidak dituliskan pada kegiatan inti dan digantikan dengan tahapan mengasosiasi dan mengkomunikasikan. Pada pelaksanaannya guru melaksanakan tahapan mengomunikasikan dengan meminta siswa untuk maju menjelaskan hasil diskusi lampiran RPP no urut 8 hal 18. Pada RPP tahapan menyimpulkan dituliskan dalam kegiatan penutup lampiran RPP no urut 1 hal 18. Selanjutnya peneliti menggunakan hasil wawancara siswa untuk menggalinya. Saat wawancara, peneliti meminta siswa untuk menyimpulkan terkait materi yang sudah dipelajari. Hasil yang diperoleh siswa tidak mampu menyimpulkan karena lupa dan bingung dengan materi yang sudah dipelajari lampiran a.2.2, a.2.3, dan a.2.5. Peneliti : Saat proses pembelajaran tadi, kalian diminta untuk menyimpulkan persoalan yang sudah diberikan, Apa yang kalian rasakan? Apakah kamu bisa menyimpulkan? Siswa 2 : Bisa mas Peneliti : Kira-kira apa yang sudah kamu pelajari barusan? Coba simpulkan. Siswa 2 : Apa ya mas, bingung Peneliti : Saat proses pembelajaran tadi, kalian diminta untuk menyimpulkan persoalan yang sudah diberikan, Apa yang kamu rasakan? Apakah kamu bisa menyimpulkan? Siswa 3 : Sulit menyimpulkan, bingung mau menyimpulkan apa Peneliti : Saat proses pembelajaran tadi, kalian diminta untuk menyimpulkan persoalan yang sudah diberikan, Apa yang kamu rasakan? Siswa 5 : Tidak tahu, bingung Ada juga siswa yang tidak memperhatikan dari awal sehingga tidak mengerti dan tidak dapat memberi kesimpulan dari apa yang sudah dipelajari lampiran a.2.1. Peneliti : Saat proses pembelajaran tadi, kalian diminta untuk menyimpulkan persoalan yang sudah diberikan, Apa yang kamu rasakan? Coba simpulkan. Siswa 1 : Apa ya mas. Tidak bisa menyimpulkan karena tidak memperhatikan. Siswa merasa berani dan dapat menyimpulkan, tetapi ada juga siswa yang merasa takut saat guru meminta mereka untuk menyimpulkan lampiran a.2.2, a.2.3, a.2.4, dan a.2.5. Peneliti : Tetapi kamu berani membuat kesimpulan bila diminta gurumu menyimpulkan? Siswa 2 : Ga berani mas, bingung, malu kalau salah Peneliti : Tetapi kamu berani membuat kesimpulan bila diminta gurumu menyimpulkan? Siswa 3 : Tidak berani, susah memberi kesimpulan Siswa 4 : Bisa menyimpulkan tetapi tidak berani Peneliti : Apa yang membuat kamu tidak berani bertanya? Siswa 4 : Takut salah Peneliti : Tetapi kamu berani menyimpulkan? Siswa 5 : Berani Peneliti : Apa yang membuat kamu tidak menyimpulkan? Siswa 5 : Takut saja, nanti salah Pernyataan siswa merasa bingung dengan bentuk kesimpulan yang akan disampaikan sesuai dengan Smith bahwa siswa mengalami masalah bahasa sehingga sulit untuk menentukan kata yang benar untuk mengungkapkan ide dan kurangnya kemampuan dalam mengatur bahasa untuk berkomunikasi secara efektif. Jadi dapat disimpulkan bahwa siswa mengalami kesulitan menyimpulkan karena masalah atau gangguan bahasa serta ditambahnya rasa takut yang muncul dalam diri siswa. 3. Kegiatan penutup Pada kegiatan penutup peranan guru dalam berinteraksi dengan siswa tidak terlalu terlihat karena keterbatasan waktu. Guru terkesan terburu-buru dalam memberikan kesimpulan, melakukan refleksi, dan evaluasi hasil observasi pembelajaran. Ada siswa yang menanggapi kesimpulan yang disampaikan oleh guru tetapi hanya sebagian. Selanjutnya proses pembelajaran ditutup dengan tugas terkait fungsi dan bukan fungsi, serta membagikan hasil UTS.

C. Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan penelitian terkait observasi, angket, serta pelaksanaan wawancara guru dan siswa sehingga hasil dan pembahasan yang dipaparkan oleh peneliti tidak sepenuhnya menjawab permasalahan. Pada saat observasi hanya menggunakan satu orang sebagai observer yakni peneliti sendiri sehingga ada kemungkinan terjadi bias saat observasi berlangsung. Keterbatasan angket terletak pada bentuk kuisioner yang disajikan. Jawaban pada kuisioner terbatas pada jawaban sangat setuju, setuju, tidak setuju dan, sangat tidak setuju. Pada wawancara guru peneliti tidak dapat leluasa menggali informasi dan menanyakan tiap pertanyaan yang sudah dibuat karena keterbatasan waktu. Saat wawancara guru hanya tersedia waktu 15 menit dan terasa terburu-buru karena guru mempersiapkan waktu pembelajaran selanjutnya. Untuk wawancara siswa hanya tersedia waktu 25 menit untuk 5 siswa sehingga tidak dapat menanyakan lebih dalam penyebab kesulitan belajar yang mereka alami, terlebih proses yang berlangsung terasa terburu-buru karena siswa harus segera mengikuti jam pelajaran selanjutnya. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 104

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan dapat disimpulkan bahwa bentuk kesulitan belajar siswa kelas VIII yang muncul dalam pembelajaran matematika materi dan penyajian relasi dengan pendekatan saintifik adalah kesulitan dalam memahami diagram panah, kesulitan dalam menanyakan persoalan relasi, kesulitan dalam menentukan diagram panah dua buah himpunan dengan bentuk penalaran, kesulitan dalam mencoba terkait menentukan relasi dalam bentuk penalaran, dan kesulitan dalam menyimpulkan materi dan penyajian relasi yang sudah dipelajari. Penyebab munculnya kesulitan belajar siswa kelas VIII dalam pembelajaran matematika materi relasi dan penyajian relasi dengan pendekatan saintifik karena kesulitan yang disebabkan oleh guru seperti: 1 guru kurang mengarahkan siswa agar dapat bertanya dan menyimpulkan, 2 guru tidak mempersiapkan pelaksanaan tahapan mengamati dengan baik dengan perolehan persentase 40, 3 persoalan penalaran yang diberikan terbilang sulit, 4 kurangnya keterampilan dan pemahaman guru dalam menjalankan proses pembelajaran dengan pendekatan saintifik dengan perolehan persentase 40, dan kesulitan yang muncul dari siswa sendiri seperti: 1 kurangnya kesadaran siswa untuk belajar dan mau mengikuti proses pembelajaran, 2 perasaan takut yang dominan muncul, 3 siswa mengalami gangguan bahasa, 4 siswa mengalami gangguan mengingat, 5 siswa mengalami gangguan penalaran.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan peneliti memberikan saran untuk guru, siswa, dan peneliti lebih lanjut agar kesulitan belajar yang muncul dan penyebabnya dalam pembelajaran matematika materi dan penyajian relasi dengan pendekatan saintifik dapat teratasi. 1. Saran untuk guru Pada pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan saintifik perlu dipersiapkan segala penunjang proses pembelajaran. Guru sudah mulai memperhitungkan hal apa saja yang dapat diberikan untuk siswa dan bagaimana cara agar siswa dapat terbangun keinginannya untuk belajar. Tugas guru bukan hanya menjalankan proses pembelajaran, melainkan juga memikirkan apa yang dapat diberikan untuk siswa. Guru sebaiknya membuat suatu inovasi seperti menggunakan alat peraga, film, atau suatu permaianan agar siswa terbangun keingintahuannya dan siswa merasa tertarik untuk mengamati. Pada tahapan menanya, menalar, mencoba dan menyimpulkan, guru sebaiknya mampu memposisikan dirinya sebagai pendamping untuk siswa. Contohnya pada tahapan menanya, guru dapat mendampingi dan mengarahkan siswa secara bertahap, mengarahkan siswa terkait cara membuat pertanyaan dari hasil

Dokumen yang terkait

ANALISIS PENYELESAIAN MASALAH MATEMATIKA PADA PEMBELAJARAN YANG MENGGUNAKAN PENDEKATAN SAINTIFIK DI KELAS VII C SMPN 11 MALANG

0 6 19

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISTIK DENGAN MULTIMEDIA KOMPUTER DITINJAU DARI AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS VIII SMPN KOTA SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2008 2009

0 8 237

EKSPERIMEN PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DAN PENDEKATAN SAINTIFIK TERHADAP HASIL BELAJAR Eksperimen Pembelajaran Matematika Dengan Pendekatan Kontekstual dan Pendekatan Saintifik Terhadap Hasil Belajar Matematika Ditinjau Dari Mo

0 2 13

EKSPERIMEN PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DAN PENDEKATAN SAINTIFIK Eksperimen Pembelajaran Matematika Dengan Pendekatan Kontekstual dan Pendekatan Saintifik Terhadap Hasil Belajar Matematika Ditinjau Dari Motivasi Siswa Kelas VIII

0 2 16

ANALISIS KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 1 Analisis Kesulitan Belajar Matematika Siswa Kelas VIII Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Sambi Tahun Ajaran 2013/2014.

0 2 16

PENINGKATAN KEAKTIFAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SAINTIFIK Peningkatan Keaktifan siswa Dalam Pembelajaran Matematika Dengan Menggunakan pendekatan Saintifik(PTK Pada Siswa Kelas VII C Semester Genap SMP Al-Irsyad Al

0 1 10

MOTIVASI BELAJAR SISWA SISWA DI SMPN 15 YOGYAKARTA.

0 1 104

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PENDEKATAN SAINTIFIK PADA MATERI LINGKARAN UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMP KELAS VIII.

5 14 168

STUDI KOMPARASI MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK DAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DITINJAU DARI KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP.

0 1 64

EFEKTIVITAS PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SMPN 1 KRIAN SKRIPSI

0 0 16