Analisis kesulitan belajar siswa kelas VIII dalam pembelajaran Matematika dengan menggunakan pendekatan saintifik di SMPN 15 Yogyakarta.

(1)

vii

Analisis Kesulitan Belajar Siswa Kelas VIII dalam Mengikuti Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Saintifik di SMPN 15 Yogyakarta

Nikolas Damar Pramudya NIM: 111414076

Latar belakang penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMPN 15 Yogyakarta mengalami kesulitan belajar dalam mengikuti pembelajaran matematika dengan pendekatan saintifik yang dikenalkan oleh kemendikbud dalam Kurikulum 2013. Permasalahan tersebut membuat peneliti tertarik melakukan penelitian lebih lanjut. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui penyebab siswa mengalami kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran matematika dengan pendekatan saintifik

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dan kualitatif. Data diperoleh dengan melakukan observasi, penyebaran angket, dan wawancara. Instrumen penelitian yang dipakai adalah angket guru dan siswa, lembar observasi pembelajaran dan aktivitas siswa di kelas, serta pedoman wawancara guru dan siswa.

Hasil penelitian menunjukan bentuk kesulitan belajar siswa kelas VIII yang muncul dalam pembelajaran matematika materi dan penyajian relasi dengan pendekatan saintifik adalah kesulitan dalam memahami diagram panah, kesulitan dalam menanyakan persoalan relasi, kesulitan dalam menentukan diagram panah dua buah himpunan dengan bentuk penalaran, kesulitan dalam mencoba terkait menentukan relasi dalam bentuk penalaran, dan kesulitan dalam menyimpulkan materi dan penyajian relasi yang sudah dipelajari.

Penyebab munculnya kesulitan belajar dalam pembelajaran matematika materi relasi dan penyajian relasi dengan pendekatan saintifik karena kesulitan yang disebabkan oleh guru seperti: (1) guru kurang mengarahkan siswa agar dapat bertanya dan menyimpulkan, (2) guru tidak mempersiapkan pelaksanaan tahapan mengamati dengan baik dengan perolehan persentase 40%, (3) persoalan penalaran yang diberikan terbilang sulit, (4) kurangnya keterampilan dan pemahaman guru dalam menjalankan proses pembelajaran dengan pendekatan saintifik dengan perolehan persentase 40% dan kesulitan yang muncul dari diri siswa sendiri seperti: (1) kurangnya kesadaran siswa untuk belajar dan mau mengikuti proses pembelajaran, (2) perasaan takut yang dominan muncul, (3) siswa mengalami gangguan bahasa, (4) siswa mengalami gangguan mengingat, (5) siswa mengalami gangguan penalaran. Kata Kunci: Pendekatan saintifik, kesulitan belajar, dan pembelajaran matematika


(2)

viii

Analysis Learning Difficulties Grade VIII in Mathematics Learning Following the Scientific Approach in SMPN 15 Yogyakarta

Nikolas Damar Pramudya NIM: 111414076

The background of this research was class VIII SMPN 15 Yogyakarta with learning difficulties in following the teaching of mathematics with a scientific approach introduced by Kemendikbud in Curriculum 2013. Such problems made researchers interested in conducting further research. The purpose of this study to determined the cause of students experiencing difficulties in the learning process of mathematics with a scientific approach

This research was a quantitative and qualitative research. Data obtained by observation, questionnaires, and interviews. The research instrument used was a questionnaire teachers and students, learning and activity observation sheet of students in the classroom, as well as interview guides teachers and students.

The results showed form of learning difficulty eighth grade students who appeared in learning mathematics content and presentation of the relation with the approach of the scientific was the difficulty in understanding the arrow diagram, the difficulty of asked a question of relationships, difficulties in determined the arrow diagram of two sets with this form of reasoning, difficulty in trying related determined relationships in the form of reasoning, and difficulties in concluding the matter and presentation of relationships that have been learned.

The cause of the emergence of learning difficulties in mathematics learning material relations and presenting the relation with the approach of scientific because of the difficulties caused by teachers such as: (1) the teacher wasn’t directing students to ask and concluded, (2)

teachers didn’t prepare the implementation stages observe well with the acquisition of a percentage 40%, (3) the issue of the reasoning given fairly difficult, (4) lack of skills and understanding of teachers in implementing the learning process with the approach of the scientific with the acquisition of a percentage of 40% and the difficulties that arise from the students themselves, such as: (1) lack of awareness of students to learn and willing to follow the learning process, (2) the fear that a dominant appears, (3) students experience language impairments, (4) students impaired recall, (5) students impaired reasoning.


(3)

ANALISIS KESULITAN BELAJAR SISWA KELAS VIII

DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA

DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SAINTIFIK

DI SMPN 15 YOGYAKARTA

S K R I P S I

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh :

Nikolas Damar Pramudya 111414076

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(4)

i

ANALISIS KESULITAN BELAJAR SISWA KELAS VIII

DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA

DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SAINTIFIK

DI SMPN 15 YOGYAKARTA

S K R I P S I

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh :

Nikolas Damar Pramudya 111414076

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(5)

(6)

(7)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain , kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilimiah.

Yogyakarta, 22 Februari 2016 Peneliti,

Nikolas Damar Pramudya


(8)

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma : Nama : Nikolas Damar Pramudya

Nomor Mahasiswa : 111414076

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Uni-versitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

ANALISIS KESULITAN BELAJAR SISWA KELAS VIII DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA

DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SAINTIFIK DI SMPN 15 YOGYAKARTA

Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, me-ngalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal: 22 Februari 2016

Yang menyatakan

Nikolas Damar Pramudya


(9)

vii

Analisis Kesulitan Belajar Siswa Kelas VIII dalam Mengikuti Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Saintifik di SMPN 15 Yogyakarta

Nikolas Damar Pramudya NIM: 111414076

Latar belakang penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMPN 15 Yogyakarta mengalami kesulitan belajar dalam mengikuti pembelajaran matematika dengan pendekatan saintifik yang dikenalkan oleh kemendikbud dalam Kurikulum 2013. Permasalahan tersebut membuat peneliti tertarik melakukan penelitian lebih lanjut. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui penyebab siswa mengalami kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran matematika dengan pendekatan saintifik

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dan kualitatif. Data diperoleh dengan melakukan observasi, penyebaran angket, dan wawancara. Instrumen penelitian yang dipakai adalah angket guru dan siswa, lembar observasi pembelajaran dan aktivitas siswa di kelas, serta pedoman wawancara guru dan siswa.

Hasil penelitian menunjukan bentuk kesulitan belajar siswa kelas VIII yang muncul dalam pembelajaran matematika materi dan penyajian relasi dengan pendekatan saintifik adalah kesulitan dalam memahami diagram panah, kesulitan dalam menanyakan persoalan relasi, kesulitan dalam menentukan diagram panah dua buah himpunan dengan bentuk penalaran, kesulitan dalam mencoba terkait menentukan relasi dalam bentuk penalaran, dan kesulitan dalam menyimpulkan materi dan penyajian relasi yang sudah dipelajari.

Penyebab munculnya kesulitan belajar dalam pembelajaran matematika materi relasi dan penyajian relasi dengan pendekatan saintifik karena kesulitan yang disebabkan oleh guru seperti: (1) guru kurang mengarahkan siswa agar dapat bertanya dan menyimpulkan, (2) guru tidak mempersiapkan pelaksanaan tahapan mengamati dengan baik dengan perolehan persentase 40%, (3) persoalan penalaran yang diberikan terbilang sulit, (4) kurangnya keterampilan dan pemahaman guru dalam menjalankan proses pembelajaran dengan pendekatan saintifik dengan perolehan persentase 40% dan kesulitan yang muncul dari diri siswa sendiri seperti: (1) kurangnya kesadaran siswa untuk belajar dan mau mengikuti proses pembelajaran, (2) perasaan takut yang dominan muncul, (3) siswa mengalami gangguan bahasa, (4) siswa mengalami gangguan mengingat, (5) siswa mengalami gangguan penalaran. Kata Kunci: Pendekatan saintifik, kesulitan belajar, dan pembelajaran matematika


(10)

viii

Analysis Learning Difficulties Grade VIII in Mathematics Learning Following the Scientific Approach in SMPN 15 Yogyakarta

Nikolas Damar Pramudya NIM: 111414076

The background of this research was class VIII SMPN 15 Yogyakarta with learning difficulties in following the teaching of mathematics with a scientific approach introduced by Kemendikbud in Curriculum 2013. Such problems made researchers interested in conducting further research. The purpose of this study to determined the cause of students experiencing difficulties in the learning process of mathematics with a scientific approach

This research was a quantitative and qualitative research. Data obtained by observation, questionnaires, and interviews. The research instrument used was a questionnaire teachers and students, learning and activity observation sheet of students in the classroom, as well as interview guides teachers and students.

The results showed form of learning difficulty eighth grade students who appeared in learning mathematics content and presentation of the relation with the approach of the scientific was the difficulty in understanding the arrow diagram, the difficulty of asked a question of relationships, difficulties in determined the arrow diagram of two sets with this form of reasoning, difficulty in trying related determined relationships in the form of reasoning, and difficulties in concluding the matter and presentation of relationships that have been learned.

The cause of the emergence of learning difficulties in mathematics learning material relations and presenting the relation with the approach of scientific because of the difficulties caused by teachers such as: (1) the teacher wasn’t directing students to ask and concluded, (2)

teachers didn’t prepare the implementation stages observe well with the acquisition of a percentage 40%, (3) the issue of the reasoning given fairly difficult, (4) lack of skills and understanding of teachers in implementing the learning process with the approach of the scientific with the acquisition of a percentage of 40% and the difficulties that arise from the students themselves, such as: (1) lack of awareness of students to learn and willing to follow the learning process, (2) the fear that a dominant appears, (3) students experience language impairments, (4) students impaired recall, (5) students impaired reasoning.


(11)

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN KEASLIAN KARYA ... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILIMIAH... vi

ABSTRAK... vii

ABSTRACT... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI... x

DAFTAR TABEL... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang ... 1

B. Identifikasi masalah ... 5

C. Pembatasan masalah ... 5

D. Rumusan masalah ... 5

E. Tujuan penelitian ... 6

F. Manfaat penelitian... 6

G. Batasan istilah... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Analisis ... 9

B. Belajar dan Pembelajaran ... 10

C. Filosofi dan Paradigma Belajar ... 16

D. Kesulitan Belajar ... 22


(12)

xi

F. Pendekatan Saintifik... 32

G. Relasi ... 35

H. Penelitian Yang Relevan... 38

I. Kerangka Berfikir ... 41

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 43

B. Subjek Penelitian ... 43

C. Objek Penelitian... 43

D. Bentuk Data... 43

E. Teknik Pengumpulan Data... 44

F. Instrumen Penelitian... 45

G. Teknik Analisis Data... 52

H. Prosedur Pelaksanaan Penelitian... 55

I. Penjadwalan Waktu Pelaksanaan Penelitian... 56

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil penelitian ... 57

B. Pembahasan ... 87

C. Keterbatasan peneliti ... 103

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 104

B. Saran ... 105

DAFTAR PUSTAKA ... 108 DAFTAR TABEL


(13)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1: Hasil Observasi Pembelajaran... 111

Tabel 1.2: Hasil Observasi Aktivitas Siswa... 113

Tabel 1.3: Hasil Angket Guru... 114


(14)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A

Transkrip wawancara guru... 116

Transkrip wawancara siswa... 121

LAMPIRAN B Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)... 122

Lembar Kegiatan Siswa (LKS)... 133

LAMPIRAN C Lembar Observasi Pembelajaran dan Angket Guru... 136

Lembar Aktivitas dan Angket Siswa... 140

Pedoman Wawancara Guru dan Siswa... 144

Lembar Validasi... 148 DOKUMENTASI


(15)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sistem kurikulum di Indonesia telah mengalami transisi dari Kurikulum 2006 menjadi Kurikulum 2013, dan prosesnya sudah berjalan selama 3 (2013-2016). Menteri pendidikan saat itu Nuh (2013) menyampaikan bahwa beberapa perubahan mendasar darim kurikulum tahun 2006 ke kurikulum 2013 meliputi penataan pola pikir, pendalaman dan perluasan materi, penguatan proses dan penyesuaian beban. Sedangkan elemen yang berubah antara lain standar kompetensi kulusan, standar isi, standar proses dan standar penilaian. Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah. Pendekatan ilmiah (scientific appoach) dalam pembelajaran sebagaimana dimaksud meliputi mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan membentuk jejaring.

Pada tahun 2014 pelaksanaan Kurikulum 2013 sempat dihentikan untuk dilakukan evaluasi akibat beberapa pemasalahan. Baswedan (2014) mengatakan bahwa hampir di 208.000 sekolah mengalami masalah, terlebih para guru yang belum siap. Baswedan juga memberitahukan bahwa Kurikulum 2013 masih dalam uji coba, namun beberapa sekolah yang terpilih masih menjalankannya sebagai percontohan. Anies memberitahukan bahwa akan dibentuk tim revisi Kurikulum 2013 (K13)


(16)

untuk SD, SMP dan SMA yang diketuai oleh Suyanto (Guru Besar Universitas Negri Yogyakarta) dengan harapan dapat terselesaikan November 2015.

Pada permasalahan tersebut peneliti tertarik dengan pendekatan baru dalam Kurikulum 2013 yang mengenalkan beberapa tahapan seperti: mengamati, menanya, menalar, mencoba dan membentuk jejaring. Pendekatan tersebut oleh pemerintah (Kemendikbud) dikenalkan dengan nama pendekatan saintifik atau pendekatan ilimiah (scientific approach). Tujuan diberlakukannya pendekatan saintifik agar siswa mampu merumuskan sendiri apa yang dipelajarinya secara mandiri dan mampu mengembangkan sikap keilmuan dalam diri siswa. Seperti yang dijelaskan Nuh bahwa pendidikan yang berjalan akan berbasis science bukan bentuk hapalan lagi. Anak dikenalkan untuk melihat, memperhatikan, bertanya, observasi, sehingga tidak lagi diorientasikan kepada hafalan-hafalan. Selain itu dengan pendekatan saintifik peranan guru dalam proses pembelajaran dapat lebih memberi kekebebasan siswa untuk berpendapat dan mampun menjadi pendamping untuk siswanya. Akan tetapi, perancangan tahapan dalam pendekatan saintifik belum dapat terealisasikan dengan semestinya akibat dari terkendalanya proses yang berjalan di lapangan. Terlebih pendekatan saintifik yang diterapkan ke dalam model pembelajaran matematika. Kendala tersebut ditemukan peneliti ketika melaksanakan PPL di SMP BOPKRI 1 Yogyakarta di tahun 2014.


(17)

Selama pembelajaran matematika dengan pendekatan saintifik berlangsung, peneliti melakukan pengamatan di kelas VII SMP BOPKRI 1 Yogyakarta. Hasil pengamatan di kelas VII SMP BOPKRI 1 Yogyakarta menunjukan keseluruhan siswa kelas VII yang berjumlah 94 siswa mengalami kesulitan saat berproses dengan pendekatan saintifik. Siswa kesulitan mengamati persoalan matematika yang diberikan, siswa kesulitan menanya saat diminta menanyakan sesuatu, siswa kesulitan menalar saat diberi persoalan, siswa kesulitan mencoba persoalan yang diberikan, dan siswa kesulitan menyimpulkan saat diminta untuk membuat kesimpulan dari materi yang diperoleh. Pada akhirnya kendala tersebut menjadi pertanyaan bagi peneliti, apakah permasalahan tersebut muncul akibat dari diri siswa atau dari diri guru yang masih kurang dalam melaksanakan proses pembelajaran. Berbagai refrensi buku tidak menuangkan alasan secara lengkap mengapa kesulitan tersebut bisa terjadi pada siswa sehingga peneliti tertarik untuk meninjau lebih lanjut dengan mengkajinya dengan penelitian lain terkait pendekatan saintifik.

Penelitian yang ditulis oleh Efriana (2014) menunjukan hasil yang bertolak belakang dengan pengamatan peneliti di lapangan. Menurut Efriana proses pembelajaran matematika dengan pendekatan saintifik yang dipadukan dengan model pembelajaan discovery leaning dan menjadikan kelas VII MTsN di Palu Barat sebagai subjek penelitian dapat berjalan baik dan sesuai harapan. Bahkan hasil penelitian tersebut menunjukan adanya peningkatan hasil belajar dan adanya antusias dari siswa selama


(18)

pembelajaran berlangsung. Penelitian Atsnan dan Gazali (2013) juga mengutarakan bahwa penggunaan pendekatan saintifik mampu membuat siswa lebih dapat memaknai proses pembelajaran yang terjadi. Siswa dapat memahami konsep secara utuh terutama sampai pada hal-hal sepele yang biasanya menjadi miskonsepsi.

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah dipaparkan, peneliti melakukan penelitian di SMPN 15 Yogyakarta yang setiap kelasnya dibagi menjadi 7 kelas reguler (Kelas A- Kelas G) dan 3 kelas khusus atau program KMS (Kelas HKelas J). Peneliti menjadikan siswa kelas VIII J SMPN 15 Yogyakarta sebagai subjek penelitian. Alasan dijadikannya siswa kelas VIII J SMPN 15 Yogyakarta sebagai subjek penelitian karena memiliki kendala yang sama dalam pelaksanakan proses pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan saintifik. Siswa mengalami kesulitan belajar saat mengikuti pembelajaran matematika dengan pendekatan saintifik. Informasi tersebut diperoleh dari hasil wawancara singkat dengan salah satu guru matematika yang bersangkutan. Guru mengatakan bahwa siswa kelas khusus kesulitan dalam mengikuti pembelajaran dengan pendekatan saintifik, siswa mengalami kesulitan belajar, dan sulit untuk diatur sehingga guru kesulitan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Guru juga menceritakan bahwa sudah banyak peneliti yang melakukan penelitian di kelas khusus dengan menggunakan berbagai metode pembelajaran, namun hasil yang diperoleh sama. Oleh sebab itu peneliti melakukan penelitian dengan judul Analisis


(19)

Kesulitan Belajar Siswa Kelas VIII dalam Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Saintifik di SMPN 15 Yogyakarta.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang sudah paparkan peneliti membuat identifikasi masalah sebagai berikut:

1. Kemendikbud mengubah kurikulum yang digunakan dari Kurikulum 2006 (KTSP) menjadi Kurikulum 2013.

2. Guru kesulitan dalam melaksanakan pembelajaran matematika dengan pendekatan saintifik sesuai aturan Kurikulum 2013.

3. Siswa kesulitan dalam mengikuti pembelajaran matematika dengan pendekatan saintifik.

4. Siswa mengalami kesulitan belajar pada saat tahapan mengamati, menanya, menalar, mencoba dan membuat jejaring.

C. Pembatasan masalah

Penelitian ini dibatasi permasalahan seputar kesulitan belajar siswa kelas VIII dan penyebabnya dalam pembelajaran matematika materi relasi dan penyajiannya.

D. Rumusan masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang sudah diuraikan peneliti membuat rumusan masalah sebagai berikut:


(20)

1. Apa bentuk kesulitan belajar siswa kelas VIII yang muncul dalam pembelajaan matematika materi relasi dan penyajiannya dengan pendekatan saintifik?

2. Apa yang menyebabkan munculnya kesulitan belajar siswa kelas VIII dalam pembelajaran matematika materi relasi dan penyajiannya dengan pendekatan saintifik?

E. Tujuan penelitian

Tujuan yang ingin peneliti capai dari penelitian yang dilakukan yakni mendeskripsikan kesulitan belajar yang muncul dan penyebab munculnya kesulitan belajar siswa kelas VIII SMPN 15 Yogyakarta dalam pembelajaran matematika materi relasi dan penyajiannya dengan pendekatan saintifik.

F. Manfaat penelitian 1. Manfaat bagi peneliti:

Memacu penelitian lebih lanjut, peneliti semakin mengerti situasi yang dialami oleh siswa kelas VIII di SMPN 15 Yogyakarta disaat mengikuti proses pembelajaran matematika materi relasi dan penyajiannya dengan menggunakan pendekatan saintifik. Selain itu peneliti mendapatkan ilmu terkait cara menjadi guru yang baik dan ideal saat melaksanakan proses pembelajaran dengan pendekatan saintifik. Selanjutnya peneliti dapat melakukan pengembangan pembelajaran matematika dengan pendekatan saintifik.


(21)

2. Manfaat bagi sekolah:

Sekolah dapat memahami kesulitan belajar yang dialami oleh siswa dalam mengikuti proses pembelajaran matematika materi dan penyajian relasi dengan menggunakan pendekatan saintifik. Pihak sekolah dapat memberikan fasilitas penunjang proses pembelajaran matematika untuk guru agar pelaksanaannya di kelas berjalan sesuai tujuan. Guru yang terlibat pun kedepannya dapat memperbaiki proses pembelajaran matematika dengan pendekatan saintifik lebih baik lagi, mengembangkan secara mandiri, dan dapat berinovasi.

G. Batasan Istilah

1. Analisis adalah suatu kegiatan atau proses memahami informasi dari suatu hasil pengamatan pada suatu permasalahan di lapangan dengan menggunakan suatu metode tersendiri.

2. Belajar adalah suatu proses atau kegiatan yang dilakukan manusia untuk membangun suatu pemahaman dari apa yang dialaminya selama hidup.

3. Pembelajaran adalah penunjang proses belajar manusia yang melibatkan pengalaman atau pendidik sebagai pendamping dalam pengembangan diri individu menjadi pribadi yang dapat merekonstruksi pengalaman, berkongnitif, berinteraksi, memperkuat diri, membangun gaya belajar dan mengontrol diri.


(22)

4. Kesulitan belajar adalah permasalahan individu dalam proses belajar akibat dari kondisi fisik atau psikologis sejak lahir dan proses pembentukan individu selama proses pembelajaran.

5. Kesulitan belajar matematika adalah kesulitan belajar yang dialamai oleh anak didik karena kesalahan proses pembelajaran matematika yang berlangsung dan keterbatasan yang ada dalam diri siswa untuk memahami matematika.

6. Pendekatan saintifik adalah suatu metode atau pendekatan yang digunakan dalam proses pembelajaran dengan melibatbatkan tahapan terurut di dalamnya, yakni: mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan menyimpulkan.

7. Relasi adalah hubungan antara dua himpunan A ke himpunan B, dalam urutan tertentu melalui perkalian skalar A X B yang dapat disajikan dengan berbagai bentuk.


(23)

9

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian analisis

Menurut Rangkuti (2009: 14-16) analisis adalah kegiatan memahami seluruh informasi yang terdapat pada suatu kasus untuk mengetahui permasalahan apa yang sedang terjadi, lalu memutuskan tindakan apa yang harus segera dilakukan untuk memperoleh penyelesaian atau pemecahan masalah. Rangkuti juga menambahkan untuk melakuakan suatu analisis diperlukannya kerangka analisis kasus seperti:

1. Memahami situasi dan informasi yang ada

2. Memahami permasalahan yang terjadi. Baik masalah bersifat umum maupun spesifik.

3. Menciptakan atau memberikan berbagai alternatif penyelesaian. 4. Evaluasi pilihan alternati dan pilih yang terbaik serta

memberikan berbagai kemungkinan yang terjadi.

Selanjutnya Miles dan Huberman (1992: 73) berpendapat bahwa dalam melakukan suatu analisis dibutuhkan suatu metode agar kedepannya sangat bermanfaat selama proses pengumpulan data berlangsung terlebih dalam penelitian kualitatif. Metode yang digunakan bertujuan untuk mempermudah peneliti lapangan untuk


(24)

mengumpulkan informasi dalam bentuk catatan-catatan lapangan yang ditulis tangan, didekte, atau rekaman-rekaman audio tentang peristiwa di lapangan. Para peneliti kualitatif biasanya akan menyajikan hasil informasi dalam bentuk teks naratif berupa catatan lapangan tertulis.

Analisis adalah suatu kegiatan atau proses memahami informasi dari suatu hasil pengamatan pada suatu permasalahan di lapangan dengan menggunakan suatu metode tersendiri.

B. Belajar dan Pembelajaran

Belajar merupakan bagian yang melekat pada diri manusia sebagai interaksi langsung dengan apa yang dialaminya selama hidup. Pencapaian yang dihasilkan dari proses belajar tersebutlah yang selanjutnya dinamakan dengan pembelajaran sehingga belajar dan pembelajaran dapat dikatakan satu kesatuan pemahaman yang saling terkait. Hal tersebut serupa dengan pemikiran Daryanto dan Raharjo (2012: 211) sekaligus menegaskan bahwa belajar dan pembelajaran merupakan konsep yang saling terkait. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku akibat interaksi dengan lingkungan. Proses perubahan tersebut menjadi salah satu upaya pembelajaran yang dilakukan secara sadar berdasarkan pengalaman ketika berinteraksi. Pola tingkah laku yang terbentuk selama proses pembelajaran pun dapat dilihat dalam bentuk perbuatan reaksi dan sikap secara mental maupun fisik.


(25)

Lain halnya dengan Siregar dan Nara (2010: 3- 4) yang mencoba memilah pengertian belajar dan pembelajaran berdasarkan cirinya. Mereka berpendapat bahwa pengertian belajar merupakan proses yang kompleks yang didalamnya terkandung beberapa aspek, seperti: bertambahnya pengetahuan, adanya kemampuan mengingat dan mereproduksi, adanya penerapan pengetahuan, menyimpulkan, menafsirkan, dan perubahan sebagai pribadi. Dari pengertian tersebut mereka mencirikan proses belajar sebagai berikut:

1. Adanya kemampuan baru atau perubahan berupa pengetahuan, keterampilan, dan sikap.

2. Perubahan itu tidak berlangsung sesaat, melainkan menetap atau dapat disimpan,

3. Perubahan itu tidak terjadi begitu saja melainkan harus dengan usaha.

4. Perubahan tidak semata-mata disebabkan oleh pertumbuhan fisik, kelelahan, atau pengaruh obat-obatan.

Selanjutnya pengertian pembelajaran menurut Siregar dan Nara merangkum pendapat Miarso (1993) bahwa pembelajaran adalah usaha pendidik yang dilaksanakan secara sengaja, dengan tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu sebelum proses dilaksanakan, serta pelaksanaannya terkendali. Dari pengertian tersebut mereka juga mencirikan proses pembelajaran sebagai berikut:


(26)

1. Merupakan upaya sadar dan disengaja.

2. Pembelajaran seharusnya membuat siswa belajar. 3. Memiliki tujuan yang sudah ditetapkan

4. Pelaksanaan terkendali

Bila ditinjau dari hal yang mempengaruhi, Daryanto dan Raharjo (2012: 212-213) berpendapat bahwa proses belajar dan pembelajaran yang terjadi pada diri individu dapat dipengaruhi oleh dua faktor, yakni:

1. Faktor internal

Terkait proses belajar, pengaruh ini muncul dari dalam diri individu seperti kecerdasan yang dimiliki, bakat, keterampilan, minat, motivasi, kondisi fisik dan mental. Sedangkan dalam proses pembelajaran, pengaruh ini muncul dari dalam diri fasilitator belajar (orang tua, guru, teman sebaya, masyarakat, peristiwa, alam). Contohnya pada lingkungan sekolah, peserta didik semakin mengalami kesulitan belajar karena guru tidak memiliki kemahiran dalam menjelaskan materi atau orang tua tidak berpengetahuan.

2. Faktor Eksternal

Terkait proses belajar, pengaruh ini muncul dari luar individu, seperti lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Sedangkan dalam proses pembelajaran pengaruh ini muncul dari


(27)

luar diri fasilitator belajar. Contohnya guru sedang tertimpa masalah sehingga berdampak pada proses belajar.

Slameto (2010: 54-72) lebih memperinci faktor-faktor yang mempengaruh proses belajar, yakni:

1. Faktor internal

a. Faktor jasmani: kesehatan dan cacat tubuh.

b. Faktor Psikologi: inteligensi, perhatian, minat, bakat,motif, kematangan dan kesiapan.

c. Faktor kelelahan: banyak aktifitas atau badan terasa capek.

2. Faktor eksternal

a. Faktor Keluarga: cara orang tua mendidik, relasi antar keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, latar belakang kebudayaan.

b. Faktor sekolah: metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi antar siswa, aturan sekolah, alat peraga, waktu sekolah, dan tugas rumah.

c. Faktor Masyarakat: kegiatan dalam masyarakat, media massa, teman bergaul, bentuk kehidupan masyarakat.

Dari definisi dan faktor yang mempengaruhi proses belajar dan pembelajaran menjelaskan bahwa permasalahan dalam belajar dan pembelajaran memiliki kompleksitas yang tinggi. Banyak hal yang mempengaruhi proses belajar dan pembelajaran baik dari sudut


(28)

pandang anak didik maupun pendidik. Akan tetapi, untuk konteks pembelajaran di kelas dibutuhkan pendidik yang kompeten dalam mempersiapkan pembelajaran agar anak didik mampu terbangun keinginan untuk belajar dan mampu mengikuti proses pembelajaran dengan mudah. Untuk mempermudah memahami permasalahan tersebut, berikut penjelasannya secara skema:

PROSES PEMBELAJARAN DI KELAS

Gambar 2.1: Skema Proses Pembelajaran Di Kelas

Secara skema proses pembelajaran di kelas menjelaskan bahwa pembelajaran di kelas dapat terjadi bila ada pendidik sebagai pembawa atau pendamping proses pembelajaran dan ada anak didik sebagai peserta pembelajaran. Selanjutnya dalam proses pembelajaran dapat dibagi menjadi dua wilayah, yakni wilayah pendidik dan wilayah anak didik. Pada wilayah pendidik peranan seorang pendidik adalah sebagai berikut:

PENDIDIK ANAK DIDIK

Permasalahan Internal Pemimpin/ Pendamping/

yang membawa/ pembuat proses pembelajaran

Yang mengikuti proses pembelajaran

Permasalahan Eksternal Menanggulangi

INPUT

BELAJAR

Profesionalitas

OUTPUT Pengetahuan Keterampilan Sikap


(29)

1. Memberikan input kepada anak didik dengan metode yang dibawa.

2. Mampu membantu siswa dalam menjalankan proses belajar dengan saling berinteraksi.

3. Menjadikan anak didik sebagai tempat belajar berinteraksi dan perbaikan diri.

4. Metode yang dibawa mampu menanggulangi permasalahan interen siswa secara profesional.

5. Mampu membawa proses pembelajaran secara profesional agar siswa tidak mengalami permasalahan eksternal berupa permasalahan yang muncul akibat pendidik.

6. Membantu anak didik dalam mengembangkan diri sehingga outputnya menghasilkan pribadi yang idel, yakni pribadi yang berkembang dalam hal pengetahuan, keterampilan dan sikap.

Belajar adalah suatu proses atau kegiatan yang dilakukan manusia untuk membangun suatu pemahaman dari apa yang dialaminya selama hidup. Penunjang tercapainya belajar tersebutlah yang selanjutnya dinamakan dengan pembelajaran, sehingga belajar dan pembelajaran dapat dikatakan sebagai satu kesatuan pemahaman yang saling terkait.


(30)

C. Filosofi dan Paradigma Pembelajaran

Pembelajaran sering disalahartikan oleh para pendidik, sehingga proses pembelajaran yang diberikan kepada anak didik dapat salah dimengerti atau tidak diterima pada semestinya. Ini disebabkan oleh pemahaman pendidik tentang pembelajaran yang tidak terbangun secara utuh. Semestinya pemahaman tersebut didasari pengetahuan akan filosofi, dan paradigma pembelajaran.

1. Filosofi Pembelajaran

Landasan filosofi secara pemahaman dikemukakan oleh Schunk (2012: 6-10) bahwa pembelajaran mengacu pada studi tentang asal mula, karakteistik, batasan, dan metode pengetahuan. Studi tersebut berisikan cara belajar sesuatu yang baru, mencari sumber pengetahuan, serta ilustrasi cara belajar manusia. Studi tersebut juga mempelajari keterkaitan dengan lingkungan yang dikenal dengan istilah rasionalisme dan empirisme. Rasionalisme mengacu pada gagasan bahwa pengetahuan diperoleh dari akal tanpa panca indra, contohnya manusia mampu membayangkan konsep abstrak seperti bangun datar dan sebagainya yang ada dalam matematika. Berbeda dengan empirisme yang berkebalikan dengan rasionalisme, empirisme lebih mengacu pada pengalaman merupakan sumber pengetahuan. Contohnya manusia memperoleh pengetahuan melalui hasil pengamatan yang dialamainya.


(31)

2. Paradigma Pembelajaran

Paradigma pembelajaran menjadi dasar pemikiran dalam menjalankan proses pembelajaran yang ideal. Paradigma ini dijelaskan oleh Huda (2014: 37-70) menjadi beberapa paradikma teoritis sebagai berikut:

a. Pembelajaran sebagai rekonstruksi pengalaman

Diambil dari Bogner (2008: 1) yang merangkum pemikiran Dewey tentang pembelajaran dengan mengatakan bahwa pembelajaran dapat didefinisikan sebagai rekonstruksi pengalaman yang dapat memberikan nilai lebih pada makna pengalaman tersebut dan meningkatkan kemampuan untuk mengarahkan pengalaman selanjutnya. Dalam hal tersebut Bogner menjabarkan menjadi beberapa pemahaman sederhana bahwa pembelajaran merupakan proses alamiah yang distimulasi oleh suatu problemik, pembelajaran merupakan proses aktif, pembelajaran merupakan proses refleksi, pembelajaran melibatkan kemampuan untuk membentuk hubungan-hubungan antar gagasan, dan pembelajaran merupakan aktivitas mental.

b. Pembelajaran sebagai perkembangan kognitif

Menurut Piaget, pembelajaran mampu mempengaruhi kemampuan kognitif anak berdasarkan tahapan usia. Prinsip dasarnya bahwa apa yang dialami anak dikembangkannya melalui


(32)

proses asimilasi dan akomodasi. Tahap asimilasi muncul ketika ada kesan baru yang sesuai dengan skema kognitif seorang anak. Sedangkan tahap akomodasi muncul ketika seorang anak mengubah skema kognitif yang dimiliki sehimgga pembelajaran menjadi meningkat ke yang lebih tinggi.

c. Pembelajaran sebagai konstruksi sosiokultural

Teori ini didasari pembelajaran yang terkait konstruksi pengetahuan yang terjalin antar individu dan masyarakat. Menurut Vygotsky, sejak lahir individu merupakan makhluk sosial sehingga sangat bergantung pada kondisi sekitarnya. Saat berada di dalam keluarga, orang tua menjadi pembimbing utama dalam proses pembelajaran agar dapat lebih memahami ilmu yang diperoleh. Setiap ilmu yang diterimanya sebagai informasi dapat diolahnya tanpa bantuan guru dan meminta bantuan orang tua. Bila bantuan yang diberikan orang tua masih dirasa kurang dapat meminta bantuan teman yang lebih kompeten.

d. Pembelajaran sebagai pembelajaran ekologis

Menurut Bronfenbrenner (1979) komponen-komponen ekologis mencakup beragam aspek yang dapat mempengaruhi proses belajar manusia. Teori pembelajaran Bronfenbrenne menekankan pada analisis proses perkembangan yang kompleks dan dinamis. Bronfenbrenne pun juga mendefinisikan proses


(33)

ekologis sebagai sesuatu yang progresif dari suatu adaptasi timbal-balik antara perkembangan individu dan lingkungan yang mengitarinya seperti keluarga, sekolah, agama, tetangga, kondisi politik atau media masa.

e. Pembelajaran sebagai kolaborasi individu-individu

Wenger (1998) menyatakan bahwa interaksi dengan orang lain dapat membantu individu menjalani proses pembelajaran yang lebih positif. Artinya, individu dapat mengembangkan pengetahuannya lebih luas melalui interaksi. Sehingga dalam proses pembelajaran formal, terkadang dilakukan metode pembelajaran dengan cara diskusi kelompok agar terjalin interaksi dan lebih mudah mengembangkan pengetahuan tiap individu.

f. Pembelajaran sebagai representasi gaya belajar individu

Suatu kasus membuktikan bahwa gaya belajar antara individu satu dengan yang lainnya berbeda, seperti cara belajar anak yang satu perlu kondisi yang tenang sedangkan anak yang lain butuh suasana dengan alunan musik. Hal tersebut menjadi tuntutan guru agar mampu memahami gaya belajar siswanya. Menurut Schiering (1999) gaya belajar demikian merupakan campuran karakteristik kognitif, afektif dan perilaku psikologis yang menjadi indikator kondisi belajar siswa.


(34)

g. Pembelajaran sebagai perkembangan efektifitas diri

Bandura (1977) menyatakan secara khusus membahas berbagai faktor yang mempengaruhi perkembangan seseorang saat berada dalam kondisi tertentu. Efektifitas diri membawa individu untuk terus berjuang mengontrol peristiwa-peristiwa yang berpengaruh terhadap kehidupannya. Hal tersebut dapat dipicu oleh tingkat motivasi, keyakinan dan kepercayaan yang dimiliki.

h. Pembelajaran sebagai pemberdayaan

Pemahaman pemberdayaan disini terkait cara individu untuk memperkuat diri dari peristiwa-peristiwa yang terjadi, bagaimana kebutuhan dan minat individu dapat tercapai. Dalam hal ini guru diminta untuk berusaha menempatkan siswa dalam situasi yang memungkinkan mereka agar memiliki semangat dan kepercayaan diri.

Berdasarkan dua pemahaman diatas yang diambil dari sudut pandang filosofis dan paradigmanya, pembelajaran memiliki artian bahwa setiap individu memiliki cara tersendiri untuk berproses dalam pembelajaran dan membangun pemahamannya sendiri baik secara rasional, empiris, atau metodelogi yang berlaku. Selanjutnya pemahaman yang terbangun dapat meningkatkan kemampuan individu, seperti:


(35)

1. Kemampuan untuk mengkaitkan antar pengalaman yang pernah dialami secara reflektif dan merekonstruksinya menjadi pemahaman baru untuk mengarahkan pengalaman selanjutnya. 2. Kemampuan kongnitif yang lebih berkembang secara asimilasi dan

akomodasi.

3. Kemampuan untuk berinteraksi dengan masyarakat dengan pengetahuan yang dimiliki.

4. Kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan sekitar.

5. Kemampuan untuk berinteraksi dengan orang lain.

6. Kemampuan untuk membangun gaya belajar yang dimiliki individu 7. Kemampuan untuk mengontrol diri atas peristiwa-peristiwa yang

dialami sehingga individu dapat mengelola permasalahannya. 8. Kemampuan untuk memperkuat diri dari peristiwa-peristiwa yang

terjadi sehingga kebutuhan dan minat individu dapat tetap tercapai.

Pembelajaran adalah penunjang suatu proses belajar manusia yang melibatkan pengalaman atau pendidik sebagai pendamping dalam pengembangan diri individu menjadi pribadi yang dapat merekonstruksi pengalaman, berkongnitif, berinteraksi, memperkuat diri, membangun gaya belajar dan mengontrol diri.


(36)

D. Kesulitan Belajar

Seorang pendidik dalam memberikan pembelajaran kepada anak didiknya sering menemukan masalah dalam diri anak didik seperti kesulitan dalam memahami suatu informsi baik secara lisan ataupun tulisan yang diterimanya sehingga anak didik mengalami hambatan dalam perkembangan pengetahuannya. Hal tersebut menimbulan pertanyaan dari berbagai ahli baik dalam bidang pendidikan, psikologi maupun kedokteran. Para ahli berkeyakinan bahwa hal tersebut menjadi masalah dasar dalam proses belajar yang dialami oleh seorang individu, sehingga untuk selanjutnya permasalahan tersebut dikenal dengan istilah kesulitan belajar.

Secara definisi, Jamaris (2014: 3-6) menjelaskan bahwa kesulitan belajar dapat disebut dengan istilah learning disability, yakni suatu kelainan pada individu yang mengalami kesulitan dalam melakukan proses pembelajaran secara efektif. Jamaris berpendapat bahwa faktor yang menyebabkan kesulitan belajar tersebut sulit untuk dipecahkan karena bersifat komplek. Akan tetapi, Jamaris meyakini bahwa kesulitan belajar tidak berhubungan langsung dengan tingkat inteligensi dari individu, namun individu tersebut kesulitan dalam menguasai keterampilan belajar dan mengalami disfungsi otak.

Tidak jauh berbeda dengan Abdurrahman (2012: 4-5) yang meyakini bahwa kesulitan belajar terjadi akibat adanya disfungsi neorologis, kesulitan-kesulitan dalam tugas akademik, kesenjangan


(37)

antara prestasi dan potensi, dan pengeluaran dari penyebab lain. Dari akibat-akibat tersebut jelaskannya bahwa kesulitan belajar disebabkan karena adanya gangguan fungsi neurologis pada otak yang mengalami kelainan, kesulitan belajar dapat berwujud sebagai kekurangan dalam suatu bidang akademik tertentu, dan dapat berwujud penyesuaian sosial seperti keterampilan kehidupan sehari-hari.

DePorter dan Hernacki (2010) berpendapat sekaligus menambahkan bahwa kesulitan belajar juga terjadi karena individu tidak tahu bagaimana cara belajar (1-14), gaya belajar yang tidak sesuai (109-118), dan terkendala dalam mencatat informasi yang diterimanya. Dengan kata lain, kesulitan yang dialami oleh anak didik tidak selalu karena kondisi fisik maupun psikologis, melainkan juga dapat disebabkan oleh ketidaktahuan individu terkait cara belajar, gaya belajar, dan cara mencatat. Contohnya seorang anak memiliki potensi baik, cara guru mengajar materi di sekolah baik, tetapi sesampai dirumah dia tidak belajar karena tidak tahu cara belajar dari catatannya sendiri.

Lain halnya dengan Smith (2013: 75-83) yang mendefinisikan kesulitan belajar secara pengakuan pemerintah federal bahwa kesulitan belajar merupakan gangguan psikologis dasar yang meliputi gangguan bahasa, lisan atau tulisan, mendengar, berfikir, berbicara, membaca, menulis mengeja, atau melakukan perhitungan matematis. Gangguan-gangguan tersebut bersifat internal dan diperkirakan penyebabnya


(38)

adalah tidak berfungsinya sistem saraf pusat. Selanjutnya Smith menjabarkan gangguan tersebut sesuai hasil penelitian para ahli sebagi berikut:

1. Masalah-masalah bahasa

Penelitian (Gibbs dan Cooper: 1989) pada siswa sekolah dasar, ditemukan bahwa hampir 90% dari 242 siswa yang telah diklasifikasikan sebagai berkesulitan belajar ternyata mempunyai kesulitan bahasa pada tingkat ringan sampai dengan sedang. (Terrel: 1990) mengungkapkan hasil penelitiannya bahwa hambatan bahasa mampu mempengaruhi prestasi akademis seorang siswa. Masalah-masalah bahasa seringkali menyangkut kesulitan dalam memahami orang lain, berbicara dengan jelas, menentukan kata yang benar untuk mengungkapkan ide dan kurangnya kemampuan dalam mengatur bahasa untuk berkomunikasi secara efektif.

2. Masalah-masalah perhatian dan aktivitas

Para psikolog perkembangan telah mencatat bahwa kemampuan anak-anak memfokuskan perhatiannya akan bertambah seiring dengan usianya. Anak-anak yang masih kesil tidak dapat diharapkan memfokuskan perhatiannya pada suatu benda, peristiwa atau orang dalam waktu yang lama. Mereka mudah terganggu oelh setiap stimulus yang baru. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Zukier dan Hagen (1978),


(39)

anak-anak lebih mampu untuk mengabaikan informasi yang kurang menonjol dan berkonsentrasi pada tugas yang dipelajari. Oleh sebab itu guru yang efektif harus memiliki kepekaan terhadap sifat anak-anak. Selain itu Epstein (1985) mengungkap bahwa pada umumnya para siswa dengan kategori berkesulitan belajar mempunyai masalah perhatian dan meyakini permasalahan tersebut akan mengalami kontroversial yang terus berlanjut.

3. Masalah-masalah daya ingat

Penelitian Swanson dkk. (1990) terkait masalah daya ingat ditemukan bahwa dari hasil tes kemampuan memori ditemukan siswa yang mempunyai hambatan belajar dan yang tidak. Siswa yang mengalami hambatan belajar menunjukan berkurangnya fungsi memori dengan tidak adanya strategi memori yang efektif. Ketika anak diberikan angka untuk dihafalkan, anak berkesulitan belajar tidak dapat secara spontan melakukan strategi-strategi untuk mengingan.

4. Masalah-masalah kognisi

Istilah kognisi digunakan dalam menggambarkan proses analisis masalah, membuat perencanaan, dan pengaturan yang diperlukan bagi solusi masalah tersebut. Anak-anak berkesulitan belajar sering memunculkan sikap di dalam kelas yang menunjukan kurang kemampuan dalam menganalisis, membuat


(40)

perencanaan dan pengaturan suatu masalah. Mereka cenderung tergesa-gesa dan sangat tidak menyadari pentingnya suatu perencanaan, menganalisis dan pengaturan. Kesadaran yang membentuk suatu strategi tersebut dinamakan metakognisi. Reid dan Hresko (1981) berpendapat bahwa tidak adanya kesadaran tersebut merupakan ciri utama sebagai penyandang kesulitan belajar.

5. Masalah sosial dan emosi

Menurut Pearl (1992) siswa berkesulitan belajar ada pada resiko memiliki permasalahan sosial dan emosional. Licht (1987) menemukan pengalaman kegagalan yang berulang menciptakan suatu hubungan di mana si anak mengembangkan kepercayaan dirinya yang mengarah pada perilaku adaptasi yang salah.

Kesulitan belajar yang dialami individu adalah akibat dari kondisi fisik atau psikologis sejak lahir dan proses pembentukan individu selama proses pembelajaran. Permasalahan fisik dan psikolgis sejak lahir menyebabkan individu mengalami kendala dalam keterampilan dan kesulitan dalam memahami materi yang diberikan.

Kesulitan belajar adalah permasalahan individu dalam proses belajar akibat dari kondisi fisik atau psikologis sejak lahir dan proses pembentukan individu selama proses pembelajaran


(41)

E. Kesulitan Belajar Matematika

Matematika menjadi salah satu bidang studi yang peranannya sangat penting dalam kehidupan karena dalam matematika diajak untuk memahami suatu permasalahan yang dapat berupa pola, keterkaitan teori satu dengan yang lain dan penalaran. Tujuan dari mempelajari matematika pun jelas, yakni mendorong siswa agar dapat memecahkan masalah secara kritis, logis dan rasional. Akan tetapi, proses pembelajaran matematika yang berlangsung dirasa sulit untuk dipahami sehingga banyak siswa yang mengalami kesulitan belajar matematika.

Runtukahu dan Kandou (2014: 52-55) berpendapat bahwa penyebab kesulitan belajar matematika yang dialami anak SD dan SMP karena bentuk pemahaman matematika yang terstruktur. Setiap pemahaman merupakan suatu prasyarat untuk pemahaman berikutnya. Contohnya sebelum belajar operasi hitung bilangan bulat, prasyarat yang harus sudah dipahami ialah mampu berhitung dan berbahasa. Pra konsep bilangan antara lain simbol-simbol bilangan, menghitung maju, menghitung mundur, menghitung dua-dua atau lima-lima, dan menghitung sambil menganalisis. Jika anak tidak dapat menjumlahkan, maka ia akan mengalami kesukaran dalam perkalian dan seterusnya. Sebagai dampaknya, anak mengalami stres karena kemampuannya tidak sama dengan teman sekelasnya. Guru sering kali


(42)

kurang memperhatikan konsep matematika sewaktu mengajar dan sekedar memberikan konsep sebagai bentuk hapalan.

Oleh sebab itu Jamaris (2014: 177-179) berpendapat bahwa dalam pembelajaran perlu mempertimbangkan hal-hal seperti: menekankan temuan bukan hapalan, mengeksplorasi pola, dan merumuskan hasil pengamatan. Dengan demikian siswa dapat memilih dan menerapkan berbagai strategi terkait matematika dan maknanya. Terkait makna pembelajaran matematika, Jamaris juga berpendapat bahwa matematika bukan hanya belajar aritmatik saja melainkan juga melatih cara berfikir ilimiah dan sebagai sarana kehidupan sehari-hari. Matematika memiliki cara berfikir yang bersifat deduktif, keterkaitan antar konsep, dan dalam penerapannya di kehidupan dapat digunakan untuk memecahkan masalah.

Tidak berbeda jauh dengan Mulyadi (2010: 174-178) yang menjelaskan bahwa kesulitan belajar matematika atau disebut juga diskalkulia (dyscaculis) (Lerner: 1981). Istilah diskalkulia memiliki konotasi medis, yang memandang adanya keterkaitan dengan gangguan system saraf pusat, sehingga menyebabkan ketidakmampuan dalam melakukan keterampilan matematika yang diharapkan untuk kapasitas intelektual dan kapasitas seseorang. Mulyadi menambahkan, menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders bahwa ketidakmampuan terkait keterampilan matematika dikelompokkan menjadi empat, yaitu: (1) keterampilan


(43)

Linguistik (berhubungan dengan mengerti istilah matematika), (2) keterampilan perseptual (kemampuan mengenali dan mengerti simbol dan mengurutkan angka), (3) keterampilan matematika (penambahan, pengurangan, perkalian, pembagian, dan urutan operasi dasar), (4) keterampilan atensional (menyalin angka dan mengamati simbol dengan benar). Disamping itu beberapa peneliti telah mengklarisifikasikan permasalahan dalam matematika menjadi beberapa kategori, yaitu: (1) kesulitan belajar menghitung dengan arti, (2) kesulitan menguasai sistem kardinal dan ordinal, (3) kesulitan melakukan operasi aritmatika, (4) kesulitan dalam membayangkan objek. Menurut Lerner ada beberapa karakteristik anak berkesulitan belajar yaitu:

1. Gangguan hubungan keruangan

Hubungan keruangan seperti depan-belakang, atas-bawah, tinggi-rendah, awal-akhir, dan jauh dekat seharusnya sudah dikuasai oleh anak pada saat belum masuk SD. Hubungan keruangan tersebut diperoleh dari pengalaman mereka dalam berkomunikasi dengan lingkungan sosial atau melalui permainan. Permasalahan lain muncul ketika anak mengalami kesulitan dalam berkomunikasi dan lingkungan sosial juga tidak memberi dukungan untuk terselenggaranya suatu situasi kondusif agar dapat terjadi situasi. Gangguan fungsi otak dapat juga menjadi salah satu penyebab terjadinya gangguan dalam memahami


(44)

hubungan keruangan, sehingga dapat mengganggu pemahaman anak tentang sistem bilangan. Contohnya seorang anak yang tidak tahu bahwa angka 3 lebih dekat ke angka 4.

2. Abnormalitas Persepsi Visual

Kesulitan persepsi visual adalah kesulitan untuk melihat berbagai objek dalam hubungannya dengan kelompok atau set. Anak yang mengalami kesulitan tersebut merupakan salah satu gejala adanya abnormalitas persepsi visual. Contohnya seorang anak yang kesulitan ketika mereka diminta untuk menjumlahkan dua kelompok benda yang masing-masing terdiri dari lima dan empat anggota. Mereka akan menghitung satu-persatu anggota pada tiap kelompok terlebih dahulu sebelum menjumlahkannya. Anak yang mengalami abnormalitas persepsi visual juga sering tidak mampu membedakan bentuk-bentuk geometri.

3. Asosiasi visual-motor

Kesulitan belajar matematika karena tidak dapatnya anak untuk menghitung benda-benda secara berurutan sambil menyebut bilangannya. Contohnya saat proses menghitung, anak baru memegang benda keempat tetapi telah mengucapkan “enam”. Permasalahan tersebut terkesan hanya menghafal bilangan tanpa memahami maknanya.


(45)

4. Kesulitan mengenali dan memahami simbol

Anak berkesulitan belajar matematika sering mengalami kesulitan dalam mengenal simbol dan menggunakan simbol-simbol matematika seperti =, -, +, <, > dan sebagainya. Kesulitan seperti ini dapat disebabkan oleh gangguan memori tetapi juga dapat disebabkan oleh adanya gangguan persepsi visual.

5. Kesulitan dalam bahasa dan membaca

Gangguan bahasa dan membaca berpengaruk terhadap kemampuan anak saat memecahkan permasalahan matematika berbentuk cerita, sehingga berpengaruh di bidang matematika.

6. Performance IQ lebih rendah daripada skor verbal IQ

Berdasarkan hasil tes intelegensi dengan menggunakan WISC (Wechsler Intelligence Scale for Children) menunjukan bahwa anak berkesulitan belajar matematika memiliki skor PIQ (Performance Intelligence Quotien) yang jauh lebih rendah daripada skor VIQ (Verbal Intellegence Quotient). Tes intelegensi memiliki dua subtes, tes verbal dan tes kinerja. Hasil tes yang diperoleh menunjukan adanya kesulitan dalam memahami konsep keruangan, gangguan persepsi visual, adanya gangguan asosiasi visual-motor.

kesulitan belajar matematika adalah kesulitan belajar yang dialamai oleh anak didik karena kesalahan proses pembelajaran


(46)

matematika yang berlangsung dan keterbatasan yang ada dalam diri siswa untuk memahami matematika.

F. Pendekatan saintifik

Pendekatan saintifik atau pendekatan ilimiah (scientific approach) adalah pendekatan yang ada di dalam Kurikulum 2013 dan disarankan oleh pemerintah (Kemendikbud 2013) untuk menerapkannya ke dalam pembelajaran. Berikut kriteri dalam menjalankan pembelajaran dengan saintifik:

1. Materi pembelajaran berbasis pada fakta yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu, bukan sebatas kira-kira. 2. Penjelasan guru, respon peserta didik, dan interaksi edukati

guru-peserta didik terbebas dari penyimpangan berfikir logis.

3. Mendorong siswa berfikir kritis, analitis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memecahkan masalah, dan mengaplikasikannya. 4. Mendorong siswa agar dapat melihat perbedaan atau kesamaan dari

permasalahan yang ada.

5. Mendorong siswa agar mampu memahami, menerapkan dan mengembangkan pola berfikir yang rasional dan objektif dalam merespon materi pembelajaran

6. Berbasis pada konsep, teori dan fakta empiris yang dapat dipertanggung jawabkan.


(47)

7. Tujan pembelajaran dirumuskan secara sederhana, jelas, dan menarik dalam penyajiannya.

Berdasarkan kriteria yang ada, pendekatan ilmiah dilaksanakan melalu kegiatan atau tahapan mengamati (observasing), menanya (questioning), menalar (associating), mencoba (experimenting), dan membentuk jejaring (networking).

Peraturan dari Kemendikbud nomor 103 tahun 2014 (lampir B hal 27) menjelaskan bahwa tahapan dalam pendekatan ilimiah terdiri dari:

1. Mengamati (Peserta didik diajak untuk mengamati dengan indra seperti melihat, mendengar atau meraba terkait materi pembelajaran yang disajikan dengan atau tanpa alat peraga)

2. Menanya (Peserta didik diajak untuk membuat dan mengajukan pertanyaan, tanya jawab, berdiskusi tentang informasi yang belum dipahami, informasi tambahan yang ingin diketahui, atau sebagai klarifikasi.)

3. Menalar (Peserta didik diajak untuk menalar dengan cara berfikir dan mengkaitkan antar konsep atau teori terkait persoalan yang sudah disajikan)

4. Mencoba (Peserta didik diajak untuk mencoba mengerjakan persoalan secara mandiri atau kelompok)


(48)

5. Mengkomunikasikan (Peserta didik diajak untuk menyimpulkan secara materi yang sudah dipelajari, menyusun laporan atau menyajikan laporan)

Secara skema tahapan dalam pendekatan saintifik dapat digambarkan alur pelaksanaanya di dalam proses pembelajaran matematika. Berikut skema yang dapat dibentuk:

Gambar 2.2: Skema alur tahapan Pendekatan Saintifik

Pada tahapan awal, anak didik diajak untuk mengamati suatu permasalahan yang ada. Anak didik menggali informasi dari permasalahan tersebut dan akan diolah sekaligus disimpannya menjadi sebuah pemahaman atau konsep. Berdasarkan hasil pengamatan dan pemahaman yang diperoleh, anak didik diharapkan dapat mengajukan pertanyaan pada tahapan kedua dan jawaban dari pertanyaan tersebut akan disimpannya dan direkonstruksi menjadi sebuah pemahaman baru. Selanjutnya pada tahapan ketiga anak didik diajak untuk menalar dari kasus yang tidak jauh dari permasalahan yang diamati. Saat

ANAK DIDIK 1.Mengamati PERMASALAHAN

PEMAHAMAN/

KONSEP 2.Menanya 3.Menalar 4.Mencoba 5.Menyimpulkan

KASUS BERTINGKAT


(49)

menalar anak didik diharapkan mampu menggunakan pemahaman yang sudah diketahuinya. Pada tahapan keempat anak didik diajak untuk mencoba mengerjakan latihan baik secara mandiri maupun kelompok. Selanjutnya di tahapan terakhir siswa diajak untuk menyimpulkan dari apa yang sudah diamati, dipelajari dan dipahami.

Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa pendekatan saintifik adalah suatu metode atau pendekatan yang digunakan dalam proses pembelajaran dengan melibatbatkan tahapan terurut di dalamnya, yakni: mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan menyimpulkan.

G. Relasi

Wibisono (2008: 87) menjelaskan pemahaman suatu relasi dalam sebuah gambaran ada tidaknya interaksi atau koneksi antar elemen-elemen dari dua atau lebih himpunan dalam urutan tertentu. Secara definisi sebuah relasi melalui perkalian skalar pada koordinat cartesian dimana sumbu-x mewakili variabel x dan sumbu-y mewakili variabel y. Misalkan variabel x dan y adalah bilangan real dalam interval tertutup, atau misalkan himpunan X={x1,x2} dan Y={y1,y2} maka perkalian skalar yang dapat diperoleh:

X x Y = {(x1,y1), (x1,y2), (x2,y1), (x2,y2)} Y x X = {(y1,x1), (y1,x2), (y2,x1), (y2,x2)} X x X = {(x1,x1), (x1,x2), (x2,x1), (x2,x2)}


(50)

Y x Y = {(y1,y1), (y1,y2), (y2,y1), (y2,y2)}

Sama halnya dengan Guritman dan Supriyo (2004: 61-62) yang mendefinisikan relasi sebagai hubungan dari himpunan A ke himpunan B dengan sembarang subhimpunan A x B dengan notasi:

A x B = {(a, b) | a A, b B}

Setiap anggota dari A x B, misalnya (a, b), disebaut sebagai pasangan terurut, kemudian a dan b disebut sebagai komponen pertamam dan kedua dari (a, b). Untuk secara umum suatu relasi dapat disimbolkan dengan R dimana x berada dalam R dengan y bila dan hanya bila terdapat suatu fungsi F(x, y). Jadi dapat dituliska sebagai berikut:

xRy F(x, y)

Untuk memaparkan suatu relasi Wibisono (2008: 77-78) membuatnya ke dalam bentuk koordinat, matrik, dan pemetaan. Berikut contoh paparan yang disajikan dengan R={(Microsoft, Windows), (IBM, Os/2), (Macintosh, MacOS)}.


(51)

1. Koordinat

Tanda titik pada gambar menjelaskan bahwa pasangan tersebut terdapat relasi yang menghubungkan kedua anggota himpunan.

2. Matrik

Nilai 1 menunjukan bila adanya relasi antara dua pasangan terurut dan 0 menujukan tidak adanya relasi antara dua elemen terurut.


(52)

3. Pemetaan

Relasi adalah hubungan antara dua himpunan A ke himpunan B, dalam urutan tertentu melalui perkalian skalar A x B yang dapat disajikan dengan berbagai bentuk.

H. Penelitian yang relevan

Untuk menunjang penelitian lebih lanjut terkait proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik, peneliti menggunakan jurnal dan makalah sebagai dasar kajian penelitian yang relevan, seperti penelitian:

a. Efriana (2014)

Tujuan peneliti melakukan penelitian tersebut untuk memperoleh deskripsi tentang penerapan pendekatan scientific yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII MTsN Palu Barat pada materi keliling dan luas daerah layang-layang. Penulis memadukan pendekatan scientific dengan model pembelajaran discovery learning sebagai alternatif pembelajaran agar kedepannya siswa akan merasakan proses pembelajaran yang lebih


(53)

berkesan dan bermakna. Jenis penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah penelitian tindakan kelas (PTK) sesuai dengan pengembangan yang dilakukan oleh Kemmis dan Mc. Taggart. Subjek penelitian yang dilakukan adalah seluruh siswa kelas VII MTsN Palu Barat yang berjumlah 34 siswa yang terdaftar pada tahun 2013/2014.

Teknik pengumpulan data pada penelitian yang dilakukan penulis dengan melakukan observasi, wawancara, catatan lapangan, dan tes akhir tindakan yang dianalisis dengan mengacu pada analisis data kualitatif model Miles dan Huberman (Sugiyono, 2012: 92–99), yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Penelitian ini dikatakan berhasil, jika aktivitas guru dalam mengelolah pembelajaran di dalam kelas dan aktivitas seluruh siswa selama mengikuti proses pembelajaran melalui lembar observasi yang dianalisis minimal pada kategori baik, serta meningkatnya hasil belajar siswa. Pada siklus I dan siklus II, hasil belajar dikatakan meningkat apabila peneliti dalam menyajikan materi keliling dan luas daerah layang-layang dapat dipahami oleh siswa, yang ditandai dengan sebagian besar siswa dapat menyelesaikan soal keliling dan luas daerah layang-layang dengan benar.

Dalam pembahasan dikatakan bahwa proses pembelajaran matematika dengan pendekatan saintifik yang dipadukan dengan


(54)

model pembelajaan discovery leaning dan kelas VII MTsN, Palu Barat, dapat berjalan baik dan sesuai harapan. Peran Guru dalam mengelola proses pembelajaran dan aktivitas siswa dalam mengikuti proses pembelajaran terbilang baik. Bahkan dari hasil penelitian tersebut menunjukan adanya peningkatan hasil belajar dan adanya antusias dari siswa selama berproses pembelajaran. Siswa dapat menyelesaikan soal keliling dan luas daerah layang-layang dengan benar.

b. Atsnan dan Gazali (2013).

Dalam jurnal yang ditulis oleh Astnan dan Gazali berisikan penerapan pendekatan secara teoritis dan praksisnya dalam pembuatan LKS (Lembar Kegiatan Siswa). Secara teoritis dikatakan bahwa penerapan pendekatan saintifik pada pembelajaran matematika perlu melibatkan kerjasama antar disiplin ilmu, seperti matematika dengan ilmu pengetahuan lainnya. Hal tersebut bertujuan untuk mengembangkan pembelajaran ke arah belajar yang komprehemsif dan multidimensional mengenai isi dan konsep matematika. Selanjutnya dengan pendekatan saintifik diharapka siswa dapat lebih tertarik untuk mempelajari matematika. Secara praksisnya Atsnan dan Gazali menuangkannya dalam bentuk LKS yang sudah dikaji secara teoritis agar dalam pelaksanaannya tidak menimbulkan miskonsepsi atau ambiguitas, sehingga siswa lebih tertarik mempelajari matematika.


(55)

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Efriana dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan proses pembelajaran dengan pendekatan saintifik dapat meningkatkan antusias siswa selama proses belajar, serta sesuai dengan penelitian yang dilakuakn oleh Astnan dan Gazali bahwa siswa lebih tertarik mempelajari matematika dengan LKS yang dipersiapkan.

I. Kerangka berfikir

Kesulitan belajar yang dialami siswa kelas VIII SMPN 15 Yogyakarta dalam pembelajaran matematika dengan pendekatan saintifik menjadi permasalahan yang ingin digali lebih dalam untuk dicari faktor apa saja yang menyebabkan siswa mengalami kesulitan belajar saat mengikuti pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik. Penyebab tersebut dapat ditinjau dari bebagai faktor, yaitu faktor dari dalam diri siswa dan dari luar siswa, sehingga siswa mengalami kendala selama mengikuti pembelajaran di kelas. Untuk meninjau permasalahan tersebut peneliti melakukan penelitian dengan melakukan pengamatan atau observasi pembelajaran di kelas dan observasi aktivitas siswa di kelas. Untuk menggali lebih dalam permasalahan tersebut, peneliti melakukan penyebaran angket dan dilanjut dengan wawancara guru dan siswa. Penyebaran angket dan wawancara guru dilakukan untuk menggali kendala apa saja yang di alamai saat melaksanakan proses pembelajaran. Penyebaran angket


(56)

dan wawancara siswa dilakukan untuk menggali kendala dari dalam diri siswa.

Tahap terakhir peneliti melakukan analisis dari hasil observasi, angket dan wawancara berupa persentase dan informasi sesuai dengan indikator. Hasil analisis yang diperoleh dikelompokan untuk dilihat permasalahan yang sering nampak dan dikaitkan dengan teori yang terkait. Pemilahan hasil analisis dilakukan secara sistematis dan dikelompokkan berdasarkan permasalahan yang serupa. Keseluruhan hasil analisis dapat dibuat kesimpulan terkait apa yang menyebabkan siswa kelas VIII SMPN 15 Yogyakarta mengalami kesulitan belajar dalam mengikuti pembelajaran matematika materi dan penyajian relasi dengan pendekatan saintifik.


(57)

43

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis penelitian

Penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian deskriptif kualitatif dengan cara melakukan observasi proses pembelajaran dan aktivitas siswa di kelas, memberikan angket kepada siswa dan guru, serta melakukan wawancara guru dan siswa.

B. Subjek penelitian

Subjek penelitian adalah siswa kelas VIII J di SMPN 15 Yogyakarta yang berasal dari masyarakat menengah kebawah (program KMS).

C. Objek penelitian

Objek yang menjadi penelitian adalah pendekatan saintifik dan kesulitan belajar siswa dalam mengikuti proses pembelajaran.

D. Bentuk data

Bentuk data yang disajkan adalah kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif berupa hasil lembar observasi proses pembelajaran, aktivitas siswa dikelas, hasil angket siswa dan angket guru. Data kualitatif berupa hasil wawancara guru dan wawancara siswa.


(58)

E. Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan melakukan observasi proses pembelajaran dan aktivitas siswa dikelas, penyebaran angket di akhir pembelajaran untuk guru dan siswa, serta wawancara guru dan siswa.

1. Observasi proses pembelajaran

Observasi ini dilakukan untuk memperoleh data dilapangan terkait proses pembelajaran matematika yang terjadi di dalam kelas dengan menggunakan pendekatan saintifik. Pengumpulan data observasi ini akan dibantu dengan instrumen penelitian yang sudah disediakan.

2. Observasi aktivitas siswa

Observasi ini dilakukan untuk memperoleh data dilapangan terkait aktivitas siswa di kelas selama proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan pendekatan saintifik. Pengumpulan data observasi ini dibantu dengan instrumen penelitian yang sudah disediakan. Data yang dicari lebih berfokus pada kesulitan siswa dalam mengikuti tahapan pendekatan saintifik.

3. Angket guru

Pengumpulan data dengan angket guru ini bertujuan untuk memperoleh data secara personal terkait peranan dan kendalanya


(59)

dalam membuat perangkat pembelajaran dan permasalahan saat melakukan proses pembelajaran.

4. Angket siswa

Pengumpulan data dengan angket siswa ini bertujuan untuk memperoleh data masing-masing siswa terkait kesulitan yang dihadapi sebagai siswa dalam mengikuti proses pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan saintifik.

5. Wawancara guru

Pengumpulan data dengan melakukan wawancara guru bertujuan untuk menggali data lebih dalam dari angket yang diberikan. Bentuk data yang disajikan berupa transkrip wawancar guru.

6. Wawancara siswa

Pengumpulan data dengan melakukan wawancara siswa bertujuan untuk menggali data lebih dalam dari angket siswa yang diberikan. Akan dipilih 5 siswa untuk diwawancarai secara acak hasil observasi aktivitas siswa dikelas. Bentuk data yang diperoleh berupa transkrip wawancara siswa.

F. Instrumen penelitian

Instrumen penelitian yang dipersiapkan oleh penulis berupa lembar observasi proses pembelajaran dan aktivitas siswa dikelas,


(60)

lembar angket untuk guru dan siswa, serta lembar wawancara guru dan siswa.

1. Lembar observasi

Lembar observasi yang disediakan berbentuk behavioral checklist dengan memberikan keterangan mengenai muncul atau tidaknya perilaku yang diobservasi dengan memberikan tanda cek (√), sesuai dengan ide (Herdiansyah: 136). Lembar observasi ini dibagi menjadi dua, yakni:

a. Lembar observasi pembelajaran

Lembar observasi proses pembelajaran dibuat berlandaskan kisi-kisi yang berisikan aspek yang akan diamati sesuai dengan indikator yang ada. Dari indikator tersebut dijabarkan menjadi butir-butir kegiatan yang dilakukan oleh guru selama proses pembelajaran. Setiap butir akan diberikan tanda cek (√) pada kolom yang tersedia yang menandakan muncul atau tidaknya dari hasil pengamatan. Berikut kisi-kisi yang disediakan:

Tabel 3.1: Kisi-kisi lembar observasi proses pembelajaran

No Aspek yang

diamati

Indikator No

Butir

1. Kegiatan

Pembuka

a. Mengucapkan salam kepada

siswa

1

b. Melakukan absensi siswa 2

c. Mengatur situasi kelas 3

d. Melakukan kegiatan

apersepsi

4

e. Memberi motivasi kepada

siswa

5


(61)

pembelajaran

2 Kegiatan inti

a. Menjalankan tahapan

mengamati

7 b. Mendampingi siswa dalam

mengamati

8

c. Menjalankan tahapan

menanya

9

d. Mendampingi siswa agar

dapat bertanya

10

e. Menjalankan tahapan

menalar

11

f. Mendampingi siswa dalam

menalar

12

g. Menjalankan tahapan

mencoba

13 h. Mendampingi siswa dalam

mencoba

14

i. Menjalankan tahapan

menyimpulkan

15

j. Mendampingi siswa dalam

menyimpulkan

16 k. Menarik kesimpulan seluruh

siswa

17

3 Kegiatan penutup

a. Membuat rangkuman

keseluruhan materi

18

b. Membuat evaluasi 19

c. Melakukan refleksi 20

d. Melakukan tindak lanjut

untuk pertemuan selanjutnya 21

e. Memberikan tugas untuk

siswa

22

4 Pelaksanaan RPP Melakukan pembelajaran sesuai RPP 23

b. Lembar observasi aktivitas siswa

Lembar observasi aktivitas siswa dibuat berlandaskan kisi-kisi yang berisikan aspek yang akan diamati sesuai dengan indikator yang ada. Dari indikator tersebut dijabarkan menjadi butir-butir kegiatan yang dilakukan oleh siswa selama proses pembelajaran. Setiap butir akan diberikan tanda cek (√) pada


(62)

kolom yang tersedia yang menandakan muncul atau tidaknya dari hasil pengamatan. Berikut kisi-kisi yang disediakan:

Tabel 3.2: Kisi-kisi lembar observasi aktivitas siswa

No Aspek yang

diamati

Indikator No

Butir

1 Kegiatan

pembuka

Kesiapan pembelajaran 1-4

2 Kegiatan inti Tahap mengamati

a. Mengikuti proses

mengamati.

5-7 b. Permasalahan dalam proses

mengamati.

8 Tahap menanya

a. Keterlibatan dalam

menanya persoalan.

9, 11 b. Permasalahan dalam

menanya.

10 Tahap menalar

Permasalahan dalam menalar 12, 13

Tahap mencoba

a. Keterlibatan dalam

mencoba persoalan.

14-15 b. Permasalahan dalam

mencoba.

16 Tahap menyimpulkan

Permasalahan dalam menyimpulkan 18-19

2. Angket

Angket yang dibuat merupakan angket berstruktur dengan jawaban tidak bebas. Pengisian angket berdasarkan dengan kesesuaian pernyataan yang sudah di validasi oleh validator dan memberikan tanda centang pada kolom jawaban Sangat Tidak Setuju (STS), Tidak Setuju (TS), Setuju (S), Sangat Setuju (SS).


(63)

a. Angket guru

Lembar angket guru dirancang sesuai dengan kisi-kisi yang disediakan dengan indikator sebagai dasar pernyataan. Selanjutnya pernyataan tersebut menjadi penilaian diri guru terkait tidakan yang dilakukan, kesesuaian dengan perasaan atau ide yang ada. Berikut kisi-kisi angket guru:

Tabel 3.3: Kisi-kisi angket guru

No Indikator No Butir

1 Kesiapan RPP

a. Mempersiapkan RPP 1,4

b. Kesesuaian RPP dengan Kurikulum 2013 2

c. Permasalahan dalam pembuatan RPP dengan

pendekatan saintifik

3

2 Pendekatan saintifik

a. Pandangan pendekatan saintifik bila

diterapkan untuk siswa

5

b. Hasil yang dicapai dalam pembelajaran

dengan menggunakan pendekatan saintifik dan metode lain.

6

3 Kegiatan pembuka

a. Mengucapkan salam di awal pembelajaran 7

b. Mengkondisikan kelas 8

c. Melakukan absensi 9

d. Melakukan apersepsi 10

e. Memotivasi siswa 11

4 Kegiatan Inti

a. Pengamatan terkait kesulitan siswa dalam

mengamati

12

b. Pendampingan siswa saat proses mengamati 13

c. Peranan diri dalam mendampingi siswa 14

d. Memberikan contoh cara bertanya 15

e. Pengamatan terkait kesulitan siswa dalam

bertanya

16

f. Relasi dan interaksi dengan siswa 17,

19-22

g. Persiapan diri dalam melaksanakan

pembelajaran

18, 21 h. Pendampingan siswa saat tahap mencoba

persoalan yang diberikan

23

i. Pendampingan siswa saat menyimpulkan

materi yang telah dipeljari


(64)

5 Kegiatan Penutup

a. Membuat rangkuman 25

b. Melakukan evaluasi 26

c. Melakukan refleksi bersama 27

d. Memberitahukan pembelajaran selanjutnya 28

e. Memberikan tugas untuk siswa 29

b. Angket siswa

Lembar angket siswa dirancang sesuai dengan kisi-kisi yang disediakan dengan indikator sebagai dasar pernyataan. Selanjutnya pernyataan tersebut menjadi penilaian diri siswa terkait tidakan yang dilakukan, kesesuaian dengan perasaan atau ide yang ada. Berikut kisi-kisi angket siswa:

Tabel 3.4: Kisi-kisi angket siswa

No Indikator No Butir

1 Minat siswa

a. Ketertarikan dengan matematika 1

b. Penyebab ketertarik dengan matematika 2, 3, 5

c. Pendapat tentang matematika 4

2 Tahapan dalam pendekatan saintifik

a. Permasalahan dalam tahapan mengamati 6, 8, 9

b. Sikap yang diambil dalam tahapan mengamati 7

c. Permasalahan dalam tahapan menanya 10-15,

17

d. Sikap yang diambil saat tahapan menanya 16

e. Permasalahan dalam tahapan mencoba 20, 22,

21

f. Sikap yang diambil saat tahapan mencoba 18, 19

g. Permasalahan dalam tahapan menyimpulkan 25, 26

h. Sikap yang diambil dalam tahapan

menyimpulkan

24, 27

3 Cara guru mengajar 23

3. Pedoman wawancara

Pedoman wawancara yang disediakan berbentuk terstruktur sesuai dengan pemahaman (Herdiansyah: 121-122). Daftar


(65)

pertanyaan sudah dipersiapkan dan telah divalidasi, kecepatan wawancara terkendali, dan tidak ada improvisasi selama proses wawancara.

a. Wawancara guru

Lembar wawancara guru dibuat sesuai dengan kisi-kisi yang sudah dirancang dengan indikator yang ada sebagai landasan dalam mengajukan pertanyaan. Berikut kisi-kisinya: Tabel 3.5: Kisi-kisi pedoman wawanara guru

No Indikator No

Butir

1 Persiapan RPP 1

2 Pelaksanaan proses pembelajaran dengan pendekatan

saintifik

2

3 Pendapat terkait keterlibatan siswa dalam proses

pembelajaran

3-4

4 Upaya dan hasil sebagai guru 6

5 Masukan untuk para guru dan pemerintah 7

b. Wawancara siswa

Lembar wawancara guru dibuat sesuai dengan kisi-kisi yang sudah dirancang dengan indikator yang ada sebagai landasan dalam mengajukan pertanyaan. Berikut kisi-kisinya:

Tabel 3.6: Kisi-kisi pedoman wawanara siswa

No Indikator No

Butir

1 Pendapat terkait proses pembelajaran yang dibawakan

guru

1,2

2 Keterlibatan dan kesulitan siswa dalam mengamati 3-4

3 Kesulitan siswa dalam bertanya 5,6

4 Kesulitan siswa dalam mencoba 7


(66)

G. Teknik analisis data

Teknik analisis data akan dilakukan secara bertahap, yakni (1) melakukan observasi proses belajar dan aktifitas siswa di kelas, (2) memberikan angket kepada guru dan siswa, dan (3) melakukan wawancara guru dan siswa.

1. Analisis hasil observasi proses pembelajaran dan akvifitas siswa di kelas

Tahapan ini dilakukan pertama kali dengan tujuan untuk memperoleh data berupa hasil pengamatan selama proses belajar dan hasil pengamatan terkait aktifitas di kelas. Hasil pengamatan akan sesuai dengan lembar observasi yang sudah dibuat penelit. Indikator dari lembar observasi proses pembelajaran berupa pelaksanaan RPP yang dibuat oleh guru, kesiapan guru dalam memberikan pembelajaran matematika kepada siswa, dan cara guru dalam menerapkan pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan saintifik. Indikator dari lembar observasi aktivitas siswa berupa antusias siswa selama proses pembelajaran di kelas, dan respon siswa terkait tahapan dalam pendekatan saintifik yang sudah dipersiapkan guru. Setiap indikator pada kedua lembar observasi terdapat suatu pernyataan dan jika pernyataan tersebut terlaksana maka akan diberikan tanda (√) pada kolom pilihan “ya” dan “tidak”. Selanjutnya untuk pilihan “ya” akan diberikan skor 1 dan “tidak” akan diberi skor 0. Seluruh skor


(67)

pada tiap pilihan pernyataan akan ditotal dan dicari persentase rata-ratanya. Berikut rumusan yang digunakan untuk analisis kedua hasil observasi:

Rata-rata =

Persentase ketercapaian = x 100%

Persentase ketercapaian yang diperoleh menunjukan banyaknya indikator yang terlaksana dalam proses observasi pembelajaran dan aktivitas siswa di kelas dalam bentuk persentase. Contohnya, jika hasil persentase menunjukan mendekati 100% maka dapat dikatakan indikator yang terlaksana terbilang ideal atau jika hasil persentase menunjukan kurang dari 50% maka dapat dikatakan indikator yang terlaksana terbilang kurang.

2. Analisis hasil angket guru dan siswa

Dalam analisis hasil angket guru dan siswa, peneliti menggunakan Skala Likert sebagai alat ukur jawaban dari suatu pernyataan pada indikator yang sudah ditentukan secara spesifik. Setiap jawaban mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif dengan tingkat skor tersendiri sesuai dengan Sugiyono (2011: 136-138), contohnya:


(1)

Peneliti : Tetapi kamu berani membuat kesimpulan bila diminta gurumu menyimpulkan?

Siswa 3 : Tidak berani, susah memberi kesimpulan Siswa 4 : Bisa menyimpulkan tetapi tidak berani Peneliti : Apa yang membuat kamu tidak berani

bertanya? Siswa 4 : Takut salah

Peneliti : Tetapi kamu berani menyimpulkan? Siswa 5 : Berani

Peneliti : Apa yang membuat kamu tidak menyimpulkan?

Siswa 5 : Takut saja, nanti salah

Pernyataan siswa merasa bingung dengan bentuk kesimpulan yang akan disampaikan sesuai dengan Smith bahwa siswa mengalami masalah bahasa sehingga sulit untuk menentukan kata yang benar untuk mengungkapkan ide dan kurangnya kemampuan dalam mengatur bahasa untuk berkomunikasi secara efektif.

Jadi dapat disimpulkan bahwa siswa mengalami kesulitan menyimpulkan karena masalah atau gangguan bahasa serta ditambahnya rasa takut yang muncul dalam diri siswa.

3. Kegiatan penutup

Pada kegiatan penutup peranan guru dalam berinteraksi dengan siswa tidak terlalu terlihat karena keterbatasan waktu. Guru terkesan terburu-buru dalam memberikan kesimpulan, melakukan refleksi, dan evaluasi (hasil observasi pembelajaran). Ada siswa yang menanggapi kesimpulan yang disampaikan oleh guru tetapi hanya


(2)

sebagian. Selanjutnya proses pembelajaran ditutup dengan tugas terkait fungsi dan bukan fungsi, serta membagikan hasil UTS.

C. Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan penelitian terkait observasi, angket, serta pelaksanaan wawancara guru dan siswa sehingga hasil dan pembahasan yang dipaparkan oleh peneliti tidak sepenuhnya menjawab permasalahan. Pada saat observasi hanya menggunakan satu orang sebagai observer yakni peneliti sendiri sehingga ada kemungkinan terjadi bias saat observasi berlangsung. Keterbatasan angket terletak pada bentuk kuisioner yang disajikan. Jawaban pada kuisioner terbatas pada jawaban sangat setuju, setuju, tidak setuju dan, sangat tidak setuju. Pada wawancara guru peneliti tidak dapat leluasa menggali informasi dan menanyakan tiap pertanyaan yang sudah dibuat karena keterbatasan waktu. Saat wawancara guru hanya tersedia waktu 15 menit dan terasa terburu-buru karena guru mempersiapkan waktu pembelajaran selanjutnya. Untuk wawancara siswa hanya tersedia waktu 25 menit untuk 5 siswa sehingga tidak dapat menanyakan lebih dalam penyebab kesulitan belajar yang mereka alami, terlebih proses yang berlangsung terasa terburu-buru karena siswa harus segera mengikuti jam pelajaran selanjutnya.


(3)

104

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan dapat disimpulkan bahwa bentuk kesulitan belajar siswa kelas VIII yang muncul dalam pembelajaran matematika materi dan penyajian relasi dengan pendekatan saintifik adalah kesulitan dalam memahami diagram panah, kesulitan dalam menanyakan persoalan relasi, kesulitan dalam menentukan diagram panah dua buah himpunan dengan bentuk penalaran, kesulitan dalam mencoba terkait menentukan relasi dalam bentuk penalaran, dan kesulitan dalam menyimpulkan materi dan penyajian relasi yang sudah dipelajari.

Penyebab munculnya kesulitan belajar siswa kelas VIII dalam pembelajaran matematika materi relasi dan penyajian relasi dengan pendekatan saintifik karena kesulitan yang disebabkan oleh guru seperti: (1) guru kurang mengarahkan siswa agar dapat bertanya dan menyimpulkan, (2) guru tidak mempersiapkan pelaksanaan tahapan mengamati dengan baik dengan perolehan persentase 40%, (3) persoalan penalaran yang diberikan terbilang sulit, (4) kurangnya keterampilan dan pemahaman guru dalam menjalankan proses pembelajaran dengan pendekatan saintifik dengan perolehan persentase 40%, dan kesulitan yang muncul dari siswa sendiri seperti: (1) kurangnya kesadaran siswa untuk belajar dan mau mengikuti proses pembelajaran, (2) perasaan takut yang


(4)

dominan muncul, (3) siswa mengalami gangguan bahasa, (4) siswa mengalami gangguan mengingat, (5) siswa mengalami gangguan penalaran.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan peneliti memberikan saran untuk guru, siswa, dan peneliti lebih lanjut agar kesulitan belajar yang muncul dan penyebabnya dalam pembelajaran matematika materi dan penyajian relasi dengan pendekatan saintifik dapat teratasi.

1. Saran untuk guru

Pada pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan saintifik perlu dipersiapkan segala penunjang proses pembelajaran. Guru sudah mulai memperhitungkan hal apa saja yang dapat diberikan untuk siswa dan bagaimana cara agar siswa dapat terbangun keinginannya untuk belajar. Tugas guru bukan hanya menjalankan proses pembelajaran, melainkan juga memikirkan apa yang dapat diberikan untuk siswa. Guru sebaiknya membuat suatu inovasi seperti menggunakan alat peraga, film, atau suatu permaianan agar siswa terbangun keingintahuannya dan siswa merasa tertarik untuk mengamati. Pada tahapan menanya, menalar, mencoba dan menyimpulkan, guru sebaiknya mampu memposisikan dirinya sebagai pendamping untuk siswa. Contohnya pada tahapan menanya, guru dapat mendampingi dan mengarahkan siswa secara bertahap, mengarahkan siswa terkait cara membuat pertanyaan dari hasil


(5)

pengamatan, memotivasinya, sehingga kedepannya siswa menjadi pribadi yang lebih percaya diri untuk bertanya.

2. Saran untuk siswa

Siswa dapat membangun kesadaran terkait pentingnya belajar dan mengikuti proses pembelajaran di kelas, sehingga tugas guru di kelas tidak terlalu terbuang untuk mengingatkan siswa yang tidak memperhatikan. Pada saat mengikuti proses pendekatan saintifk siswa sebaiknya ikut mengamati permasalahan yang diberikan oleh guru, siswa lebih memberanikan diri untuk bertanya dan menyimpulkan tanpa memikirkan salah atau malu terlebih dahulu, siswa lebih giat dalam mencoba persoalan dan pantang menyerah, jika tidak bisa maka bertanyalah pada guru.

3. Saran untuk peneliti selanjutnya

Penelitian ini pada tahap observasi peneliti hanya menggunakan satu observer sehingga untuk penelitian lebih lanjut observer yang diberikan minimal 3 observer. Bentuk kuisioner yang disajikan juga terbatas pada jawaban sangat setuju, setuju, tidak setuju, dan sangat tidak setuju sehingga untuk penelitian lebih lanjut dapat lebih variatif seperti menggunakan jawaban selalu, sering, kadang-kadang atau yang lainnya. Pada tahap wawancara peneliti hanya menggunakan seorang guru dan 5 siswa kelas VIII J di SMPN 15 Yogyakarta sebagai narasumber. Untuk penelitian lebih lanjut peneliti dapat


(6)

menambahkan jumlah guru sebagai narasumber dan jumlah siswa dengan sampel yang lebih beragam lagi. Pelaksanaan wawancara guru dan siswa juga terbatas oleh waktu sehingga untuk penelitian lebih lanjut dapat lebih mempersiapkan dan mempertimbangkan waktu untuk pelaksanaan wawancara. Selanjutnya peneliti dapat meneruskan penelitian ini terkait kesimpulan yang dihasilkan dengan melakukan pengembangan atau pengkajian lebih mendalam lagi.


Dokumen yang terkait

ANALISIS PENYELESAIAN MASALAH MATEMATIKA PADA PEMBELAJARAN YANG MENGGUNAKAN PENDEKATAN SAINTIFIK DI KELAS VII C SMPN 11 MALANG

0 6 19

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISTIK DENGAN MULTIMEDIA KOMPUTER DITINJAU DARI AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS VIII SMPN KOTA SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2008 2009

0 8 237

EKSPERIMEN PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DAN PENDEKATAN SAINTIFIK TERHADAP HASIL BELAJAR Eksperimen Pembelajaran Matematika Dengan Pendekatan Kontekstual dan Pendekatan Saintifik Terhadap Hasil Belajar Matematika Ditinjau Dari Mo

0 2 13

EKSPERIMEN PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DAN PENDEKATAN SAINTIFIK Eksperimen Pembelajaran Matematika Dengan Pendekatan Kontekstual dan Pendekatan Saintifik Terhadap Hasil Belajar Matematika Ditinjau Dari Motivasi Siswa Kelas VIII

0 2 16

ANALISIS KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 1 Analisis Kesulitan Belajar Matematika Siswa Kelas VIII Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Sambi Tahun Ajaran 2013/2014.

0 2 16

PENINGKATAN KEAKTIFAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SAINTIFIK Peningkatan Keaktifan siswa Dalam Pembelajaran Matematika Dengan Menggunakan pendekatan Saintifik(PTK Pada Siswa Kelas VII C Semester Genap SMP Al-Irsyad Al

0 1 10

MOTIVASI BELAJAR SISWA SISWA DI SMPN 15 YOGYAKARTA.

0 1 104

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PENDEKATAN SAINTIFIK PADA MATERI LINGKARAN UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMP KELAS VIII.

5 14 168

STUDI KOMPARASI MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK DAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DITINJAU DARI KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP.

0 1 64

EFEKTIVITAS PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SMPN 1 KRIAN SKRIPSI

0 0 16