BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Hasil Penelitian Terdahulu
a. Widjaja dengan Judul Pengaruh Tingkat Suku Bunga, Nilai Tukar
Rupiah dan Jumlah Ekspor Terhadap Tingkat Kredit Perbankan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa indicator makro seperti ekspor, tingkat
suku bunga dan nilai tukar rupiah memberikan dampak yang berbeda- beda terhadap kredit dan juga tiga jenis kredit yang terdiri dari kredit
modal kerja, kredit investasi, dan kredit konsumsi. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa jumlah ekspor berjalan searah dengan
jumlah kredit dan ketiga jenis macamnya dimana jika ekspor mengalami kenaikan maka seluruh macam kredit juga mengalami kenaikan. Tingkat
suku bunga bergerak berlawanan terhadap jumlah kredit, sama dengan pengaruh tingkat suku bunga, pengaruh nilai tukar terhadap jumlah kredit
dan ketiga jenis kredit lainnya berpengaruh secara berlawanan. b.
Kusnarto dan Ignatia Martha, yang berjudul Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Kredit di Jawa Timur. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa secara simultan dana bank umum, tingkat suku bunga kredit investasi dan investor berpengaruh secara nyata terhadap penyaluran
kredit investasi di Jawa Timur.
11
12
Penelitian yang dilakukan sekarang dengan judul Pengaruh Tingkat Suku Bunga, Nilai Tukar Rupiah, Dan Jumlah Ekspor, Terhadap Tingkat
Kredit Pada Sektor Perbankan jika dibandingkan dengan penelitian terdahulu terdapat perbedaan, yaitu mengenai obyek, variabel Tingkat Suku
Bunga, Nilai Tukar Rupiah, Dan Jumlah Ekspor, Tingkat Kredit dan periode waktu penelitian yang dilakukan.
2.2. Landasan Teori
2.2.1. Bank
2.2.1.1. Pengertian Bank
Bank merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang keuangan, artinya usaha perbankan selalu berkaitan dengan masalah keuangan. Jadi
dapat disimpulkan bahwa usaha perbankan meliputi tiga kegiatan utama yaitu : a.
Menghimpun dana b.
Menyalurkan dana dan c.
Memberikan jasa Bank lainnya Kegiatan menghimpun dan menyalurkan dana merupakan kegiatan pokok
perbankan. Sedangkan kegiatan memberikan jasa – jasa Bank lainnya hanyalah merupakan pendukung. Pengertian menghimpun dana maksudnya adalah
mengumpulkan atau mencari dana dengan cara membeli dari masyarakat dalam bentuk simpanan giro, tabungan dan deposito. Pembelian dana dari masyarakat
yang dilakukan oleh Bank dengan cara memasang berbagai strategi agar masyarakat mau menanamkan dananya. Kasmir, 2004: 12
13
Strategi Bank dalam menghimpun dana adalah dengan memberikan rangsangan berupa balas jasa yang menarik dan menguntungkan. Balas jasa
tersebut dapat berupa bunga bagi Bank yang berdasarkan prinsip konvensional dan bagi hasil, bagi Bank yang berdasarkan prinsip syariah. Kemudian
rangsangan lainnya dapat berupa cindera mat, hadiah, pelayanan atau balas jasa lainnya. Semakin beragam dan menguntungkan balas jasa yang diberikan, akan
menambah minat masyarakat untuk menyimpan uangnya. Oleh karena itu pihak perbankan harus memberikan berbagai rangsangan dan kepercayaan sehingga
masyarakat berminat untuk menanamkan dananya di Bank. Pengertian menyalurkan dana adalah melemparkan kembali dana yang
diperoleh lewat simpanan giro, tabungan dan deposito ke masyarakat dalam bentuk pinjaman kredit bagi Bank yang berdasarkan prinsip konvensional atau
pembiayaan bagi Bank yang berdasarkan prinsip syariah. Kegiatan penyaluran dana ini juga dikenal dalam perbankan dengan istilah Lending. Dalam
pemberian kredit disamping dikenakan bunga Bank juga mengenakan jasa pinjaman kepada penerima kredit debitur dalam bentuk biaya administrasi
serta biaya provisi dan komisi. Sedangkan bagi Bank yang berdasrkan prinsip syariah berdasarkan bagi hasil atau penyertaan modal. Kasmir, 2004: 12 – 13
Besar kecilnya bunga kredit sangat dipengaruhi oleh besar kecilnya bunga simpanan. Semakin besar atau semakin mahal bunga simpanan, maka
semakin besar pula bunga pinjaman dan demikian pula sebaliknya. Disamping bunga simpanan pengaruh besar kecilnya bunga pinjaman juga dipengaruhi oleh
14
keuntungan yang diambil, biaya operasi yang dikeluarkan, cadangan resiko kredit macet, pajak serta pengaruh lainnya.
2.2.1.2. Jenis – Jenis Bank
Praktik perbankan di Indonesia saat ini yang diatur dalam Undang – Undang Perbankan memiliki beberapa jenis Bank. Di dalam Undang –
Undang Perbankan nomor 10 tahun 1998 dengan sebelumnya yaitu Undang – Undang nomor 14 tahun 1967, terdapat beberapa perbedaan jenis perbankan.
Kasmir, 2004: 20 Perbedaan jenis perbankan dapat dilihat dari segi fungsi, kepemilikan
dan dari segi menentukan harga. Dari segi fungsi perbedaan yang terjadi terletak pada luasnya kegiatan atau jumlah produk yang dapat ditawarkan
maupun jangkauan wilayah operasinya. Kemudian kepemilikan perusahaan dilihat dari segi pemilikan saham yang ada serta akte pendiriannya.
Sedangkan dari menentukan harga yaitu antara Bank konvensional berdasarkan Bunga dan Bank Syariah berdasarkan bagi hasil.
Untuk jelasnya jenis perbankan dewasa ini dapat ditinjau dari berbagai segi antara lain : Kasmir, 2004: 20 – 21
a. Dilihat dari Segi Fungsinya
b. Dilihat dari Segi Kepemilikannya
c. Dilihat dari Segi Status
d. Dilihat dari Segi Cara Menentukan Harga
15
2.2.1.3. Kegiatan Bank
Dalam menjalankan usahanya sebagai lembaga keuangan, kegiatan bank sehari – hari tidak akan terlepas dari bidang keuangan. Sama seperti
halnya perusahaan lainny, kegiatan pihak perbankan secara sederhana dapat kita katakan sebagai tempat melayani segala kebutuhan para nasabahnya.
Para nasabah datang silih berganti baik sebagai pembeli jasa maupun penjual jasa yang ditawarkan. Hal ini sesuai dengan kegiatan utama suatu bank yaitu
membeli uang dari masyarakat melalui simpanan dan kemudian menjual uang yang diperoleh dari penghimpunan dana dengan cara menyalurkan dana
kepada masyarakat umum dalam bentuk kredit atau pinjaman Kasmir, 2004: 33
Dalam melaksanakan kegiatannya setiap bank berbeda seperti antara kegiatan bank umum dengan kegiatan bank perkreditan rakyat. Kegiatan
bank umum lebih luas dari bank perkreditan rakyat. Artinya produk ditawarkan oleh bank umum lebih lengkap, hal ini disebabkan bank umum
mempunyai kebebasan untuk menentukan jenis produk dan jasanya. Sedangkan bank perkreditan rakyat mempunyai keterbatasan tertentu,
sehingga kegiatannya menjual produk dan wilayah operasinya lebih sempit dibandingkan dengan bank umum.
2.2.1.4. Keuntungan Bank
Dalam menjalankan suatu usaha atau setiap kegiatan tentu harapan yang pertama kali diinginkan adalah memperoleh keuntungan. Untuk
16
memperoleh keuntungan berbagai cara dilakukan. Bank sebagai bisnis keuangan dalam mencari keuntungan juga memiliki cara tersendiri. Dalam
praktik perbankan di Indonesia dewasa ini terdapat dua model dalam mencari keuntungan yaitu bank yang berdasarkan prinsip konvensional dan
berdasarkan prinsip syariah. Kasmir, 2004: 36 Bunga bagi bank yang berdasarkan prinsip konvensional dapat
diartikan sebagai balas jasa yang diberikan oleh bank kepada nasabah yang membeli atau menjual produknya. Bunga juga dapat diartikan sebagai harga
yang harus dibayar kepada nasabah yang memiliki simpanan dan yang harus dibayar oleh nasabah kepada bank nasabah yang memperoleh
pinjaman. Dalam kegiatan perbankan berdasarkan prinsip konvensional ada 2
macam bunga yang diberikan kepada nasabahnya yaitu : Pertama adalah bunga simpanan yaitu bunga yang diberikan sebagai rangsangan atau balas
jasa bagi nasabah yang menyimpan uangnya di bank. Bunga simpanan merupakan harga yang harus dibayar bank kepada nasabahnya, seperti jasa
giro, bunga tabungan serta bungan deposito dan harga ini bagi bank merupakan harga beli. Kedua adalah bunga pinjaman yaitu bunga yang
diberikan kepada para peminjam atau harga yang harus dibayar oleh nasabah peminjam kepada bank seperti bunga kredit dan harga ini bagi bank
merupakan harga jual Kasmir, 2004: 37
17
2.2.2. Pengertian Kredit
Kredit berasal dari bahasa Yunani yaitu “Crede” yang artinya adalah “kepercayaan” atau dalam bahasa latin “Creditium” yang berarti
kepercayaan. Jadi kredit memiliki arti kemampuan untuk melaksanakan akan kebenaran yang mengandung unsur ketidakpastian, artinya landasan
pemberian kredit kepada seseorang atau badan usaha adalah kepercayaan. Muljono, 1993:9
Menurut UU No. 7 Tahun 1992 Tentang PERBANKAN : Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan-tagihan yang dapat disamakan
dengan itu, berdasar persetujuan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain. Pihak peminjam berkewajiban melunasi hutangnya setelah jangka
waktu tertentu dengan jumlah bunga yang telah ditentukan. Sedangkan menurut Sinungan 1984:65 adalah :
Kredit adalah suatu pemberian prestasi oleh pihak lain dan prestasi itu akan dikembalikan lagi pada masa tertentu yang akan datang dan disertai dengan
suatu kontra prestasi berupa uang. Sedangkan menurut Thomas Suyatno, dkk 1989 Kredit adalah suatu
perjanjian bahwa pihak kesatu memberikan prestasi baik berupa barang, uang atau jasa kepada pihak lain, sedangkan kontra prestasi akan diterima
kemudian dalam jangka waktu tertentu. Dari pengertian diatas menurut peneliti dapatlah ditarik kesimpulan
bahwa kredit adalah penyediaan modal yang bersifat pinjam-meminjam
18
berdasarkan kesepakatan antara kedua pihak atau lebih dikuatkan dengan hukum serta terikat dengan jangka waktu tertentu dan dinilai dengan bunga
yang telah disepakati bersama.
2.2.2.1. Macam-macam Kredit
Macam-macam kredit menurut Widjaja 2008:170 dapat dibedakan antara lain menjadi :
1. Menurut sifat penggunaan kredit :
a. Kredit Konsumsi : kredit yang diberikan dengan maksud untuk
memperlancar kegiatan yang sifatnya konsumtif, seperti kredit pemilikan rumah, credit card dan kredit konsumtif lainnya.
b. Kredit Investasi : kredit jangka menengah atau panjang yang
diberikan oleh bank kepada pihak perusahaan yang membutuhkan dana untuk investasi.
c. Kredit Modal Kerja : kredit berjangka waktu pendek yang diberikan
oleh bank kepada perusahaan yang membutuhkan modal kerja untuk memperlancar kegiatan operasional perusahaan.
2. Menurut Keperluannya
a. Kredit Eksploitasi : kredit yang dipergunakan untuk menutup biaya-
biaya eksploitasi. Misalnya bahan baku, bahan penolong, biaya distribusi dan lainnya.
19
b. Kredit Perdagangan : kredit yang dipergunakan untuk keperluan
perdagangan baik perdagangan luar negeri maupun perdagangan dalam negeri.
c. Kredit Investasi : kredit yang digunakan untuk penanaman modal.
Misalnya untuk membangun pabrik, membeli atau mengganti mesin- mesin baru.
3. Menurut Jangka waktu :
a. Kredit Jangka pendek : kredit yang jangka waktunya maksimal 1
tahun. b.
Kredit jangka menengah : kredit yang jangka waktunya antara 1 sampai dengan 3 tahun.
c. Kredit jangka panjang : kredit yang jangka waktunya lebih dari 3
tahun.
2.2.2.2. Unsur-unsur Kredit
Unsur-unsur kredit yang terdapat dalam kredit : 1.
Kepercayaan, yaitu suatu keinginan pemberian kredit bahwa kredit
barang, jasa dan uang yang diberikannya akan benar-benar diterimanya kembali di masa tertentu yang akan datang.
2. Waktu,
yaitu suatu masa yang memisahkan antara pemberian prestasi
dengan kontra prestasi yang akan diterima pada masa yang akan datang.
20
3. Degree of risk,
yaitu suatu tingkat yang akan dihadapi sebagai akibat adanya jangka waktu yang memisahkan antara pemberian prestasi dengan
kontra prestasi yang akan diterima dikemudian hari.
4. Prestasi atau obyek kredit
tidak saja diberikan dalam bentuk uang tetapi
juga dapat berbentuk barang dan jasa. Anonim, 1992:2 2.2.2.3.
Fungsi Kredit
Fungsi kredit menurut Tohir 1970, hal.15 adalah sebagai berikut : 1.
Kredit pada dasarnya dapat memajukan produktivitas modal uang karena : a.
Pemilik modal meminjamkan uangnya kepada pengusaha yang hendak memakai uangnya itu untuk produksi.
b. Para penabung menabung uangnya di bank dan bank akan
meminjamkan uangnya kepada para nasabah. 2.
Kredit dapat mengembangkan alat tukar menukar karena kredit menimbulkan alat pembayaran baru, seperti uang kertas bank, wesel,
proses dan uang giral. 3.
Kredit sebagai faktor pembentukan modal. Dengan supply modal yang cukup tinggi oleh bank maka dimungkinkan dapat menggerakkan faktor-
faktor produksi yang ada dalam masyarakat. Pemberian kredit terhadap barang modal yang telah ada, merupakan fungsi untuk mendorong
bergeraknya barang-barang modal kearah usaha-usaha yang produktif. 4.
Kredit sebagai pendorong gerak pendapatan nasional. Sebagai kelanjutan dari proses pembentukan modal, akhirnya akan menciptakan barang-
21
barang modal baru dan mengadakan perluasan produksi. Sehingga dalam hal ini memiliki fungsi sebagai pendorong gerak pendapatan nasional.
Sedangkan fungsi kredit dalam kegiatan perekonomian secara garis besar adalah :
1. Kredit dapat meningkatkan daya guna dari modaluang.
2. Kredit meningkatkan daya guna suatu barang.
3. Kredit dapat meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang.
4. Kredit dapat menimbulkan kegairahan berusaha masyarakat.
5. Kredit sebagai alat stabilitas nasional.
6. Kredit sebagai jembatan untuk peningkatan pendapatan nasional.
7. Kredit sebagai alat hubungan ekonomi internasional. Harijanto, 1996:3
2.2.2.4. Tujuan kredit
Pada hakekatnya tujuan pemberian kredit adalah untuk memperlancar produksi dan mempertinggi tingkat pendapat masyarakat, demikian berfungsi
baik ekonomi maupun sosial. Dalam hak ini peranan kredit sebagai alat penukar dalam ekonomi, pertukaran uang dengan harga barang aalah setahap
lebih maju dari pada pertukaran barter. Adapun tujuan kredit dalam kehidupan perekonomian adalah sebagai
berikut : 1.
Bagi Bank a.
Asset bank yang dominan dan bersumber utama pendapatan bank, yang menjamin kelangsungan kehidupannya.
22
b. Sebagai instrumen bank dalam persaingan dan pemasaran produk-
produk perbankan lainnya. c.
Mendorong pertumbuhan dan perkembangan ekonomi, sehingga menciptakan lapangan kerja.
d. Kredit yang sehat menjadi instrumen untuk memelihara likuiditas,
rentabilitas dan solvabilitas bank. 2.
Bagi Perusahaan a.
Aset bank yang dominan dan bersumber utama pendapatan bank, yang menjamin kelangsungan kehidupannya.
b. Sebagai instrumen bank dalam persaingan dan pemasaran produk-
produk perbankan lainnya. c.
Mendorong pertumbuhan dan perkembangan ekonomi, sehingga menciptakan lapangan kerja.
d. Kredit yang sehat menjadi instrumen untuk memelihara likuiditas,
rentabilitas dan solvabilitas bank. 3.
Bagi Perusahaan a.
Kegiatan usaha bertambah lancar dan performance perusahaan bertambah baik.
b. Meningkatkan volume usaha dan hasil usaha agar terjamin
kelangsungan hidup perusahaan. c.
Meningkatkan motivasi berusaha. 4.
Bagi MayarakatNegara a.
Berfungsi sebagai instrumen untuk kebijakan ekonomi dan moneter.
23
b. Meningkatkan arus dan daya guna uang serta menghidupkan ekonomi
pasar. c.
Meningkatkan produksi, distribusi dan konsomsi secara nasional makro.
d. Membantu efisiensi penggunaan sumber alam.
Adapun hal-hal yang penting di dalam kredit, antara lain : 1.
Adanya perjanjian dari pihak yang saling mempercayai. 2.
Adanya pengesahan uangbarang dan atau tagihan yangmenimbulkan kewajiban pada pihak lain dengan imbalan bunga.
3. Adanya resiko jangka waktu yang bisa menimbulkan resiko antara
penyerahan dan pengembalian kredit yang telah ditetapkan. Jadi tujuan kredit mencakup scope yang luas sedangkan dua fungsi
pokok yang saling berkaitan dari kredit, adalah : 1.
Profitability, yaitu tujuan untuk memperoleh hasil dari keuntungan kredit
yang diterimanya dari pungutan bunga. 2.
Safety, yaitu keamanan dari fasilitas kredit yang telah disalurkan harus
benar-benar tercapai tanpa suatu hambatan yang besar. Suyatno, dkk, 1993:8
2.2.3. Pengertian Kredit Investasi
Kredit investasi adalah kredit yang diberikan oleh bank kepada para pengusaha untuk keperluan penanaman modal investasi. Kredit ini
ditujukan untuk keperluan perbaikan, penanaman modal capital goods atau
24
fasilitas-fasilitas yang erat hubungannya dengan itu, misalnya : membangun pabrik, membeli mengganti mesin-mesin dan sebagainya. Aman, 1986:5
Dalam pelaksanaan pembangunan, bank pemerintah memegang peranan penting dalam pembiayaan dengan kredit investasi. Kredit investasi
yang dimaksudkan sebagai bantuan dari perbankan untuk penanaman modal, guna rehabilisasi, perluasan proyek. Bertalian dengan sifatnya itu maka
kredit investasi melebihi jangka waktu 1 tahun. Chalik, 1982:29 Ciri-ciri utama dari kredit investasi adalah :
1. Jumlah kredit biasanya tidak kecil.
2. Jangka waktu pinjaman adalah menengah atau panjang.
3. Penarikan kredit maupun pembayaran kembali pinjaman diatur
sedemikian rupa sesuai dengan rencana kebutuhan dana serta rencana kemampuan perusahaan yang dibiayai.
4. Bertujuan untuk mengadakan investasi.
5. Kebutuhan pembiayaan oleh peminat kredit sebagai dengan persentase
tertentu dibiayai oleh kredit sendiri. Sinungan, 1990:162-166 Kredit itu bersifat produktif karena ditujukan untuk perbaikan atau
menambah barang-barang modal dalam usaha meningkatkan produksi. Sejak tahun 1969 dalam rangka pembangunan lima tahun pertama Repelita I serta
penanaman modal, kredit investasi mulai dikenal secara meluas oleh masyarakat.
Mengingat lamanya pengendapan uang dalam proyek investasi, maka haruslah disusun suatu cash flow perputaran uang perusahaan investor.
25
Cash flow ini mencakup segala komponen biaya dan pendapatan sehingga akan dapat ketahui berapa uang yang tersedia setelah segala kewajiban
lainnya terpenuhi. Kemudian dibuatlah suatu amortization schedule, yaitu rencana
pengangsuran kredit, berdasarkan proyeksi kemampuan pendapatan dan biaya dari tahun ke tahun. Perkembangan cash flow ini dibarengi dengan
perkiraan tentang keadaan dimasa yang akan datang, meningkat kredit investasi sesuai dengan sifatnya memerlukan waktu yang cukup lama.
Oleh pemerintah arah pemberian kredit uinvestasi ditetapkan dan di sertai pembatasan kualitatif ke sektor periotas, yaitu :
Sektor pertanian : Pertanian bahan pangan, perkebunan, perikanan,
kehutanan, peternakan, irigasi dan lain-lain. Sektor industri
: Sandang-pangan, industri penunjang sektor
pertanian,industri, prosesingmengolah sumber- sumber alam, industri menghasilkan devisa dan
atau menghemat devisa, industri percetakan, dan kertas, industri farmasi, industri-industri ringan.
Sektor perhubungan : Peningkatan angkutan jalan raya penambahan bus,
suku cadang sparepart, pembinaan dan peningkatan angkutan laut, perbaikan dan
peningkatan angkutan udara, peningkatan dan
26
perluasan telekomonikasi, peningkatan produksi jasa dan prasarana maritim dan pengembangan
kepariwisataan. Sebagai bahan pertimbangan pokok dalam pemberian kredit investasi
adalah Penilaian bank kability terhadap proyek-proyek yang diajukan pada perbankan.
Kredit investasi merupakan salah satu implementasi dari kebijaksanaan pembiayaan repelita, sehingga pemberian kredit investasi ditentukan
berdasarkan prioritas pelita. Tetapi, hal tersebut tidak berarti bahwa perbankan tidak mempunyai kebebasan untuk membiayai proyek-proyek lain
di luar bidang yang mendapatkan prioritas. Berhubungan dengan hal tersebut, maka dana pembiayaan kredit investasi secara terperinci adalah berupa :
1. Dana anggaran pemerintahan yang disalurkan melalui perbankan.
2. Dana bank sentral.
3. Dana dari bank-bank pemerintah.
4. Dana dari pengusaha.
5. Dana dari luar negeri, baik yang berupa kredit luar negeri maupun berupa
modal asing. Chalik, 1982:30 Dari anggaran pemerintah yang disalurkan melalui perbankan khusus
digunakan bagi pembiayaan kredit investasi untuk proyek rencana lima tahun. Sistem ini sejalan dengan gagasan pokok kebijaksanaan pembiayaan
27
pembangunan, karena dana anggaran tersebut dari sebagian tabungan dan bukan sumber yang bersifat inflatoir.
Bagian daripada dana pembiayaan kredit investasi lainnya berasal dari bank sentral dan bank-bank pemerintah, disamping dana pengusaha sendiri.
Khususnya bank-bank pemerintah berkewajiban memegang peranan yang lebih aktif dan positif dalam pengerahan dana-dana untuk keperluan
pembiayaan investasi proyek-proyek pembangunan disamping peranan para pengusaha itu sendiri.
Ketentuan-ketentuan pokok mengenai kredit investasi selalu di sesuaikan dengan program pembangunan pemerintah untuk mendorong
kegiatan usaha dengan kesempatan kerja yang besar atau usaha padat karya.Ketentuan-ketentuan tersebut adalah : Cahlik, 1982:31
1. Jangka waktu kredit
Jangka waktu kredit didasarkan pada kemampuan membayar kembali proyek yang dibiayai sebagaimana tercermin dari proyek arus dana yang
bersangkutan. Untuk bank-bank umum pemerintah jangka waktu tersebut lamanya 10 tahun, termasuk masa tenggang 4 tahun. Jangka waktu kredit
investasi dihitung sejak akan kredit ditanda tangani oleh bank pelaksana dan nasabah.
28
2. Golongan kredit investasi
Tabel 1. Golongan Kredit Investasi Golongan Jumlah
kredit I
II
III
IV Sd
Diatas Sd
Diatas Sd
Diatas Rp 75.000.000
Rp 75.000.000 Rp 200.000.000
Rp 200.000.000 Rp 500.000.000
Rp 500.000.000 Sumber : Suyatno, 1993, Dasar-dasar Perkreditan. Penerbit Gramedia
Pustaka Utama. Jakarta. Hal : 30 Untuk golongan I jumlah kredit yang diberikan maksimal sebesar
Rp. 75.000.000, untuk golongan II jumlah kredit yang diberikan diatas Rp. 75.000.000 sd Rp. 200.000.000, sedangkan golongan III jumlah
kredit yang diberikan diatas Rp. 200.000.000 sd Rp 500.000.000, untuk golongan IV jumlah kredit yang diberikan diatas Rp 500.000.000.
3. Pembiayaan sendiri
Setiap permohonan kredit investasi harus membiayai sebagian dari biaya investasi dengan pembiayaan sendiri sebagai berikut :
29
Tabel 2. Pembiayaan Sendiri
Golongan Pembiayaan sendiri
permohonan kredit terhadap biaya investasi sekurangnya
Jumlah kredit investasi setinggi-tingginya
Prioritas I sd III
IV Non
Prioritas I sd IV
25 35
50 75
65
50
Sumber : Suyatno, 1993, Dasar-dasar Perkreditan. Penerbit Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, Hal:30
Untuk golongan prioritas I sd III pembiayaan sendiri permohonan kredit terhadap biaya investasii sekurangnya 25 dan jumlah kredit investasi
setinggi-tingginya75, golongan IV pembiayaan sendiri permohonan kredit terhadap biaya investasi sekurangnya 35 dan jumlah kredit
investasi setinggi-tingginya 65. Untuk golongan non prioritas I sd IV pembiayaan sendiri permohonan kredit terhadap biaya investasi setingi-
tingginya 50. 3.
Suku bunga kredit Investasi ditetapkan sebagai berikut : Tabel 3. Suku bunga kredit
Golongan Suku bunga kredit
I 10,5 setahun
II 12,5 setahun
III dan IV 13,5 setahun
Sumber : Suyatno, 1993, Dasar-dasar Perkreditan. Penerbit Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta, Hal:30
30
Untuk golongan I suku bunga kredit yang dikenakan 10,5 setahun, golongan II suku bunga kredit yang dikenakan 12,5, dan golongan III
dan suku IV suku bunga kredit yang dikenakan 13,5. a.
Bunga kredit diperhitungkan setiap triwulan secara tunggal tidak bunga berbunga dalam triwulan dan dibayar pada triwulan yang
bersangkutan. b.
Apabila dalam masa tenggang ditetapkan penangguhan pembayaran bunga yang timbul selama masa tenggang tersebut
dikapitalisirditambahkan ke dalam hutang pokok. c.
Untuk keterlambatan atau tunggakan pembayaran bunga maupun angsuran dikenakan peneliti 3 tahun dari jumlah yang tertunggak
disamping suku bunga yang berlaku.
2.2.4. Teori Permintaan Uang Keynes
D dalam teori permintaan uang yang dikemukakan oleh Keynes, bahwa sistem keuangan hanya terdiri atas dua aktivitas keuangan. Uang yang
merupakan alat yang paling likuid dan tidak menghasilkan bunga, dan obligasi jangka panjang yang tidak likuid dan menghasilkan bunga. Dalam
hubungannya dengan model ini, Keynes kemudian menetapkan tiga alasan untuk memegang uang, seperti : motif transaksi, motif berjaga-jaga dan motif
spekulasi. Dengan mengkombinasikan ketiga motif tersebut, permintaan
31
akan uang dinyatakan sebagai fungsi dari tingkat pendapatan dan suku bunga. Eugene, 1990:187
Md = fy,r Dalam teori Keynes tingkat bunga ditentukan oleh permintaan uang.
Menurut teori ini 3 motif yang digunakan adalah : 1.
Motif Transaksi Kebutuhan untuk menyimpan uang berdasarkan motif ini timbul karena
fakta. Bahwa pengeluaran dan permintaan tidak tersinkronisasi dengan sempurna.
Mt = f y 2.
Motif Berjaga-jaga Orang umumnya menganggap kebutuhan untuk memegang lebih banyak
uang tunai dari pada jumlah uang yang dibutuhkan untuk transaksi. Mt = f y
3. Motif Spekulasi
Untuk berspekulasi orang perlu memegang uang tunai dan karena kegiatan spekulasi tersebut menghasilkan keuntungan maka oarang
bersedia membayar harga tertentu untuk memegang uang tunai. Untuk tujuan tersebut kemungkinan keuntungan itu sendiri timbul karena
adanya ketidakpastian mengenai perkembangan tingkat bunga dimasa depan.
Mp = f y Eugene,
1990:144
32
Teori Keynes khususnya, mereka menduga adanya hubungan langsung antara kesediaan orang membayar harga uang tingkat bunga dengan unsur
permintaan akan uang untuk tujuan spekulasi. Permintaan besar apabila tingkat bunga rendah dan permintaan kecil apabila tingkat bunga tinggi.
Tingkat suku bunga kredit turun, maka akan lebih menarik bagi investor, dengan demikian permintaan akan meningkat. Apabila permintaan kredit
meningkat akan berpengaruh sekali terhadap permintaan investasi. Teori yang dikemukakan kaum klasik dan kaum keynesian saling
melengkapi satu sama lain, menurut kaum klasik bunga adalah “harga uang” yang dihasilkan dari keseimbangan antara permintaan dan penawaran dana
investasi loanable funds. Menurut kaum keynesian tingkat bunga adalah juga “harga uang” yang ditimbul dari keseimbangan antara permintaan dan
penawaran uang sebagai aktiva likuid. Kedua teori ini diperkuat oleh ekonom Inggris SIR JOHN HICKS, suatu tingkat bunga bisa dikatakan tingkat bunga
keseimbangan Equilibrium Interest rate bagi suatu perekonomian bagi pasar dana investasi loanable funds dan sekaligus keseimbangan di pasar
uang sebagai aktivaassets liquid. Boediono, 1985:84 Hick mengatakan, tabungan tidak hanya dibentuk oleh tingkat suku
bunga, tetapi juga oleh pendapatan Marginal Propensity to save tabungan akan naik apabila pendapatan nasional baik. Pendapatan nasional naik
apabila investasi naik dan investasi cenderung naik apabila tingkat suku bunga turun. Untuk lebih jelasnya gambar kurva IS-LM dibawah ini
33
Gambar 1 : Kurva IS-LM R LM
IS 0 Pendapatan Naional
Ye Y Sumber : Boediono, 1985, Ekonomi Moneter, Penerbit BPFE Yogyakarta,
Hal:85
2.2.5. Teori Permintaan Kredit
Secara teoritis untuk menganalisa permintaan kredit digunakan kerangka aliran Fisher Fisherian Framework. Berdasarkan kerangka
tersebut, biasanya dianggap munculnya permintaan kredit dari proses memaksimumkan fungsi utilitas individu berdasarkan preferensi mereka
mengenai konsumsi sekarang dan konsumsi yang akan datang. Berdasarkan kerangka Fisherin, permintaan kredit bank mempunyai
hubungan positif dengan pendapatan permanen dan hubungan negatif terhadap pendapatan transitori dan suku bunga kredit. Dari sini dapat
dirumuskan bahwa permintaan kredit bank sebagai berikut : DCP = f YPP, YTP, r-p
F10; f2, f30 Dimana :
DC = Nilai nominal kredit yang diminta
P = Tingkat harga yang diharapkan
p = Perubahan tingkat pengharapan
34
YP = Pendapatan permanen nominal
YT = Pendapatan transitor nominal
r = Tingkat suku bunga kredit
Insukindro, 1993: 115-116 Permintaan kredit tersebut didasarkan pada anggapan bahwa tidak ada
penjatahan kredit. Dalam kasus dimana terdapat penjatahan kredit, maka diinginkannya, walaupun dia bersedia membayar uang lebih tinggi dari suku
bunga pasar. Hal ini dikarenakan tidak adanya orang atau lembaga keuangan yang bersedia memberikan kredit dengan tingkat suku bunga tersebut.
Insukindro, 1993:116
2.2.6. Tingkat suku bunga
Pengertian dasar dari tingkat bunga atau tingkat suku bunga yaitu sebagian harga dari penggunaan uang untuk jangka waktu tahun tertentu,
sedangkan maksud dari teori klasik bunga adalah harga yang terjadi di pasar dana investasi Loanable Funds.Boediono, 1985:76
Setiap pengusaha yang menikmati kredit berarti memerlukan suatu likuiditas untuk usahanya. Menurut Keynes, bunga uang itu ditentukan oleh
preferensi likuiditas liquidty preference dan jumlah uang. Dalam menikmati kredit yang diperoleh maka seseorang dikenakan
tingkat bunga kredit. Bunga kredit tersebut adalah suatu jumlah ganti kerugian atas balas jasa atas penggunaan uang oleh nasabah. Sinungan,
1994:200
35
Secara umum tingkat bunga kredit dapat dilihat dari dua sisi yaitu antara peminta kredit dan pemberi kredit. Bagi peminta kredit, bunga
merupakan biaya yang harus dibayar atas dana pihak lain yang digunakan dan dibagi pemberi kredit, bunga merupakan suatu pendapatan atau
keuntungan atas peminjaman uang oleh nasabah. Dalam suatu periode ada anggota masyarakat yang menerima
pendapatan melebihi apa yang mereka perlukan untuk kebutuhan konsumsinya selama periode tersebut. Mereka ini adalah kelompok
“penabung”. Bersama-sama jumlah seluruh “tabungan” mereka membentuk penawaran akan dana investasi. Dilain pihak, dalam periode yang sama ada
anggota masyarakat yang membutuhkan dana mereka adalah antara lain pengusaha yang memerlukan dana untuk operasi atau perluasan usahanya.
Mereka ini adalah “investor” dan jumlah dari seluruh kebutuhan akan membentuk permintaan akan dana investasi.
Selanjutnya para “penabung” dan para “investor” bertemu di pasar inestasi, dan dari proses tawar-menawar diantara mereka akan dihasilkan
tingkat bunga kesepakatan. Tingkat bunga kesepakatan tidak saja ditentukan oleh para penabung dan para investor, tapi juga dipengaruhi oleh hal-hal ini
seperti inflasi dan keadaan perekonomian pada umumnya. Bunga kesepakatan yang sudah terjadi, akan membentuk “harga” yang selanjutnya
dapat mempengaruhi setiap individu dalam mengambil keputusan untuk menginvestasikan dananya untuk memperoleh keuntungan yang maksimal,
sehingga dapat digambarkan sebagai berikut :
36
Gambar 2 : Tingkat Bunga Keseimbangan di Pasar Dana Investasi Loanable aql funds Dalam Suatu Periode.
Tingkat bunga
S R
I Dana investasi
Sumber : Boediono, 1990, Ekonomi Moneter, Edisi III, BPFE UGM, Yogyakarta, hal:17
Menunjukkan keseimbangan tingkat bunga akan terbentuk dari proses tawar-menawar antara para penabung dan para investor di pasar Loanable
Funds. Ditinjau dari segi ekonomi dan perbankan sebagai perusahaan, maka
faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan tingkat bunga adalah :
1. Keadaan ekonomi dan keuangan
Dalam hal ini diperhatikan tentang supplay dan demand dari dana atau uang, dengan memperhatikan keadaan pasar uang. Bila uang dan
peredarannya terus meningkat, maka tingkat bunga perlu dinaikkan. Demikian pula arah kredit perlu ditujukan terutama pada sektor-sektor
yang vital serta menambah produktivitas.
37
2. Degree of Risk
Dalam pertimbangan resiko yang perlu diperhatikan yaitu tentang maturity
jatuh, nilai jaminan yang disediakan, keadaan keuangan nasabah, dan prospek usaha yang bersangkutan selama kredit berjalan.
Bertambah tinggi suatu resiko, bertambah tinggi pula tingkat bunga yang dikenakan dan bertambah rendah resiko kredit akan bertambah rendah
tingkat bunga yang dikenakan. 3.
Hubungan rekening nasabah Account Relationship Hal ini bukan merupakan hal yang sukar, karena perkembangan
hubungan nasabah dengan bank tertera dalam mutasi keuangannya yang disalurkan via rekening giro atau deposito. Di beberapa bank faktor ini
kadangkala diabaikan dalam arti bukan hal yang sangat menetukan dalam pemberian kredit atau bunga.
4. Kemampuan dalam perdagangan dan persaingan
Merupakan penilaian tambahan bila dalam mempertimbangkan degree of risk
kurang lengkap. Dalam hal ini diperhitungkan adanya kekuatan dalam persaingan perdagangan. Bila perdagangannya menunjukkan trend
yang terus naik, tingkat bunga nasabah perlu untuk diturunkan agar usahanya dapat bertambah maju. Dan bila perdagangannya menurun
maka tingkat bunga yang dikenakan merupakan ongkos produksi yang mahal. Bila memang demikian dan dengan penurunan tingkat bunga
38
kemungkinan usahanya dapat berkembang, maka tingkat bunga yang dikenakan harus dipertimbangkan lagi.
5. Cost of Money
dan Bank Merupakan dasar pertimbangan yang paling penting. Bila cost of money
tinggi maka otomatis tingkat bunga akan tinggi. Cost of money adalah dana dan kredit merupakan dana operasional. Dari 100 dana yang ada
pada bank, sebagian besar digunakan untuk pemberian kredit. Tingkat bunga kredit yang ditetapkan untuk seluruh nasabah harus lebih besar
dari jumlah cost of money berbentuk giro, deposito, tabungan dan lain- lain dan other cost dapat berupa gaji dan ongkos-ongkos umum
perusahaan. Sinungan , 1994:201 Dapat disimpulkan bahwasannya faktor terpenting dalam penilaian
untuk menetapkan suku bunga kredit bank adalah kekuatan keuangan bank itu sendiri serta biaya dikeluarkan oleh bank tersebut untuk dana yang
dihimpun.
2.2.7. Pengertian Ekspor
Para pakar ekonomi berpendapat bahwa ekspor merupakan motor penggerak dalam pertumbuhan ekonomi. Pakar ekonomi biasanya
menganjurkan negara untuk menjalankan strategi pembangunan yang bertumpu pada upaya promosi ekspor.
Menurut Sudianto dan Noor, 1989 : 17 ekspor adalah mengirimkan barang-barang ke luar negara lain, baik dalam rangkaian perdagangan yang
39
normal maupun sebagai tindakan pribadi, juga barang itu sendiri yang dikirim dari suatu negara ke negara lain. Jadi ekspor merupakan bagian dari
perdagangan internasional. Ekspor adalah mengeluarkan barang-barang dari peredaran dalam
masyarakat dan mengirimkan keluar negeri sesuai ketentuan pemerintah dan mengharapkan pembayaran dalam valuta asing Amir, 2004 : 100.
Jadi dapat disimpulkan bahwa Ekspor adalah suatu kegiatan yang menyangkut produksi barang dan jasa dalam suatu negeri tetapi tidak untuk
di konsumsi di dalam negeri melainkan di konsumsi di luar negeri, batas negara tersebut dengan jalan dikirim ke negara konsumen dalam rangkaian
suatu perdagangan yang mana kemudian diperoleh penerimaan dalam mata uang asing, oleh sebab itu ekspor merupakan bagian dari perdagangan
internasional.
2.2.7.1. Timbulnya Ekspor
Ekspor sebagai bagian dari perdagangan internasional disebabkan oleh beberapa kondisi sebagai berikut :
1. Kebutuhan devisa untuk membiayai pembangunan dalam negeri.
2. Adanya kebutuhan yang lebih besar dari penjualan ke luar negeri dari
pada didalam. 3.
Adanya permintaan luar negeri untuk suatu produk 4.
Adanya kelebihan produksi dalam negeri sehingga kelebihan tersebut di jual keluar negeri sebagai kebijakan ekspor Sudianto dkk, 1989 : 18.
40
2.2.7.2. Manfaat Ekspor
1. Meningkatkan pendapatan devisa negara yang akan memperlancar arus
barang impor dan roda pemerintahan. 2.
Memperluas manfaat sumber daya nasional seperti sumber daya alam, tenaga kerja dan teknologi.
3. Mencicil hutang dengan luar negeri
4. Memperluas pasar dari pasar domestik menjadi seluas pasar global
sehingga memungkinkan produksi optimal dan optimaslisasi laba. 5.
Dapat memanfaatkan “Idle Capacity” dari kapasitas terpasang dari suatu industri, pada saat pasaran dalam negeri melemah sehingga dapat
mencegah pengangguran modal dan tenaga kerja, atau untuk mengisi kebutuhan musiman.
6. Terbiasa dalam persaingan yang erat dipasar internasional, sehingga akan
sangat mendorong tingkat efisiensi, inovasi, produktivitas, pengembangan dan restrukturisasi teknologi.
7. Dapat menikmati fasilitas dan intensif yang diberikan pemerintah
terhadap komoditi ekspsor seperti promosi, kredit ekspor dan lain-lain Amir, 1995 : 361
2.2.7.3. Kebijakan Ekspor
Kebijakan perdagangan international dibidang ekspor dikelompokkan menjadi dua macam kebijakan sebagai berikut Hady, 2004,63-64 :
41
A. Kebijakan Ekspor Di Dalam Negeri
1. Kebijakan Perpajakan dalam bentuk pembebasan, keringanan,
pengembalian pajak ataupun pengenaan pajak eksporPET untuk barang-barang ekspor tertentu.
2. Fasilitas kredit perbankan yang murah untuk mendorong
peningkatan ekspor barang-barang tertentu. 3.
Penetapan prosedurtata laksana ekspor yang relatif mudah. 4.
Pemberian subsidi ekspor, seperti pemberian sertifikat ekspor. 5.
Pembentukan asosiasi eksportir. 6.
Pembentukan kelembagaan seperti bounded warehouse kawasan berikat nusantara, bounded island Batam, export processing zone,
dan lain-lain. 7.
Laranganpembatasan ekspor, misalnya larangna ekspor CPO Crude Palm Oil
oleh Menperindag. B.
Kebijakan Ekspor Di Luar Negeri 1.
Pembentukan International Trade Promotion ITPC di berbagai negara, seperti di Jepang Tokyo, Eropa, AS dan lain-lain.
2. Pemanfaatan General System of Preferency atau GSP, yaitu fasilitas
keringan bea masuk yang diberikan negara-negara industri untuk barang manufaktur yang berasal dari negara yang sedang
berkembang seperti Indonesia sebagai salah satu hasil UNCTAD United Nation Conference on Trade and Development.
42
3. Menjadi anggota Commodity Assosiation of Producer, seperti OPEC
dan lain-lain. 4.
Menjadi anggota Commodity Agreement between Producer and Comsumer, seperti ICO International Coffe Organization, MFA
Multifibre Agreement dan lain-lain.
2.2.7.4. Tujuan Ekspor
Ada beberapa tujuan dalam kegiatan ekspor, yaitu Amir, 2004 : 101: 1.
Meningkatkan keuntungan atau laba melalui perluasan pasar serta untuk memperoleh harga jual yang lebih baik optimalisasi laba
2. Ekspor berarti juga membuka pasar baru di luar negeri sebagai perluasan
pasar domestik membuka pasar Ekspor. 3.
Memanfaatkan kelebihan kapasitas terpasang Idle Capacity. 4.
Membiasakan diri bersaing dalam pasar internasional sehingga terlatih dalam persaingan yang ketat.
2.2.7.5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ekspor
Banyak faktor yang mempengaruhi penilaian ekspor, faktor-faktor ini adalah harga internasional komoditas tersebut, nilai tukar uang exchange
rate , kuota ekspor-impor, kuota dan tarif serta nontarif. Soekartawi,
2005:122-123 1.
Harga Internasional Makin besar selisih antar harga di pasar internasional dengan harga
domestik akan menyebabkan jumlah komoditi yang akan diekspor
43
menjadi bertambah banyak. Naik turunnya harga tersebut disebabkan oleh :
a. Keadaan perekonomian negara pengekspor, dimana dengan
tingginya inflasi di pasaran domerstik akan menyebabkan harga di pasaran domestik menjadi naik, sehingga secara riil harga komoditi
tersebut jika ditinjau dari pasaran internasional akan terlihat semakin menurun.
b. Harga di pasaran internasional semakin meningkat, dimana harga
internasional merupakan keseimbangan antara penawaran ekspor dan permintaan impor dunia suatu komoditas di pasaran dunia meningkat
sehingga jika harga komoditas di pasaran domestik tersebut stabil, maka selisih harga internasional dan harga domestik semakin besar.
Akibat dari kedua hal di atas akan mendorong ekspor komoditi tersebut
2. Nilai Tukar Uang Exchange rate
Menurut Branson 1979, maka kebijakan nilai tukar uang adalah dimaksudkan untuk memperbaiki neraca pembayaran yang devisit
melalui peningkatan ekspor. Efek dari kebijaksanaan nilai tukar uang adalah berkaitan dengan kebijaksanaan devaluasi, yaitu penurunan nilai
mata uang domestik terhadap mata uang luar negeri terhadap ekspor- impor suatu negara dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain adalah
elastisitas harga untuk ekspor, elastisitas harga untuk impor dan daya saing komoditas tersebut di pasaran internasional. Apabila elastisitas
44
harga untuk ekspor lebih tinggi daripada elastisitas harga untuk impor maka devaluasi cenderung menguntungkan dan sebaliknya jika elastisitas
harga untuk impor lebih tinggi daripada harga untuk ekspor maka kebijaksanaan devaluasi tidak menguntungkan.
3. Kuota Ekspor-Impor
Dengan adanya kuota ekspor bagi negaran produsen komoditi tertentu maka ekspor komoditi tersebut akan mengalami hambatan terutama bagi
negara-negara penghasil komoditi yang jumlahnya relatif sedikit. Oleh karena pada saat harga di pasaran internasional tinggi, misalnya sebagai
akibat kerusakan komoditi tersebut, maka negara-negara penghasil komoditi yang relatif sedikit tersebut tidak dapat memanfaatkan keadaan
tersebut. 4.
Kebijaksanaan Tarif dan Nontarif Kebijaksanaan tarif biasanya dikenakan untuk komoditi impor atau
komoditi substitusi impor. Maksudnya adalah untuk menjaga harga produk dalam negeri dalam tingkatan tertentu sehingga dengan harga
tersebut dapat atau mampu mendorong pengembangan komoditi tersebut. Disamping kebijakan tarif, juga dikenal kebijaksanaan mpmtarif.
Maksudnya untuk mendorong tujuan diversifikasi tujuan ekspor.
2.2.7.6. Faktor-Faktor Yang Dapat Meningkatkan Ekspor
Sedangkan keadaan-keadaan serta kejadian yang dapat mengakibatkan meningkatnya ekspor yaitu :
45
1. Meningkatnya tingkat kemakmuran masyarakat dunia.
2. Tingkat inflasi di dalam negara lebih rendah daripada tingkat-tingkat
inflasi yang terjadi di negara-negara yang banyak mengimpor barang- barang ekspor kita.
3. Kurs devisa efektif yang berlaku bagi barang-barang ekspor
menguntungkan. 4.
Peningkatan efisiensi produksi didalam negeri dalam artian yang luas, yang dapat mengakibatkan produsen-produsen barang ekspor dengan
harga ekspor yang sama dapat menghasilkan keuntungan yang lebih tinggi.
5. Kegagalan produksi di negara-negara penghasil produk yang bersaing
dengan produk ekspor kita di pasar dunia. 6.
Kebijakan fiskal dan moneter yang sesuai dengan kebijaksanaan peningkatan ekspor. Soediyono, 1982 : 182.
2.2.8. Tinjauan Teoritis Tentang Kurs
2.2.8.1. Kurs
Menurut Salvatore 1994 : 140 kurs adalah jumlah atau harga mata uang domestik dari mata uang luar negeri asing atau ratio antara satu unit
satuan mata uang dan jumlah mata uang yang lain pada waktu tertentu. Perbedaan tingkat kurs timbul karena beberapa hal Nopirin, 1991 : 138 :
1. Perbedaan antara kurs beli dan kurs jual oleh pedagang valuta asing,
selisih kurs tersebut merupakan keuntungan gaji para pedagang.
46
2. Perbedaan kurs yang diakibatkan oleh perdagangan dalam waktu
pembayarannya. 3.
Perbedaan dalam tingkat keamanan dalam penerimaan hak pembayaran.
2.2.8.2. Teori Kurs Valuta Asing
Ada teori yang menjelaskan batas-batas kemungkinan perubahan kurs mata uang, yaitu :
Teori Purchasing Power Parity PPP. Teori ini dikemukakan oleh Gustav Cassel, seorang ahli ekonomi Swedia 1886 – 1944. Terdapat dua versi dari
teori tersebut Jamli, 1993 : 2002 1.
Versi Mutlak Versi mutlak menyatakan bahwa suatu kurva keseimbangan suatu negara
menerminkan rasio tingkat harga umum domestik terhadap tingkat harga umum luar negeri. Hal ini dapat dinyatakan sebaga berikut :
r =
Pf Pd
dimana : r = Kurs yang dinyatakan sebagai harga mata uang domestik dari unit
mata uang. Pd
= Ukuran harga domestik Pf
= Ukuran harga luar
47
Contoh : Apabila tingkat harga umum Rupiah adalah 250 domestik dan tingkat
harga umum Dollar di amerika adalah 100, Kurs keseimbangan yang diramalkan teori Purchasing Power Parity.
r = pf
pd =
100 250
= Rp.2,50 per US 2.
Versi Relatif Versi relatif menyatakan bahwa perubahan kurs keseimbangan suatu
harga mencerminkan perubahan rasio tingkat harga umum luar negeri. Hal ini dapat dinyatakan sebagai :
r
1
= 6
1 r
Pf Pd
Pf Pd
Dimana subskip 1 dan 0 berturut-turut merupakan peridoe sekarang dari periode dasar.
Contoh : Misalkan tingkat harga umum Rupiah domestik naik dari 250 menjadi
500 dan tingkat harga umum Dollar Amerika di Amerika naik dari 100 menjadi 125 , kurs keseimbangan yng diperiksa oleh Purchsing Power
Party PPP adalah sebesar :
r
1
= 1
r Pf
Pd Pf
Pd
r =
100 250
1 125
500 Rp. 4 Per US
48
ini mewujudkan bahwa semakin banyak unit mata uang domestik yang diperlukan untuk membeli satu unit mata uang asing karena harga
domestik telah meningkat relatif terhadap harga luar negeri dan daya beli internasional mata uang domestik telah turun atau dengan kata lain
Rupiah mengalami depresiasi Jamli, 1993 : 204.
2.2.8.3. Kebijaksanaan Kurs
Kebijaksaan kurs mata uang asing dihubungkan dengan tiga sistem dan kebijaksanaan kurs mata uang Kamaluddin, 1987 : 105 yaitu :
1. Sistem Nilai Tukar Tetap Fixed Value System
Dalam sistem dan kebijaksanaan nilai tukar tetap, pemerintah atau otoritas moneter negara yang bersangkutan turut campur tangan secara
aktif dalam bursa valuta asing dengan membeli atau menjual mata uang dalam negeri atau valuta asing bilamana kurs mata uangnya menyimpang
dari nilai tertentu yang relatif ditetapkan. Misalnya, jika relatif terdapat kelebihan penawaran rupiah pada tingkat
kurs tetap itu, maka Bank Indonesia harus membeli mata uang rupiah. Hal ini dilakukan dengan menawarkan valuta asing tersebut dengan kurs
tetap tersebut. Sebaliknya jika terjadi kelebihan permintaan rupiah pada tingkat kurs tetap, maka hal tersebut dilakukan dengan membeli valuta
asing pada kurs yang telah ditetapkan. Oleh karena itu pergeseran dalam permintaan dan penawaran valuta asing
atau mata uang dalam negeri dapat menyebabkan fluktuasi dalam besarnya dana yang tersedia pada Bank Sentral, bukan fluktuasi kursnya.
49
2. Sistem Nilai Tukar mengambang Bebas Free Floating Rate System
Apabila suatu negara memakai sistem tukar mengambang bebas, Bank Sentral tidaklah campur tangan secara aktif terhadap mata uang valas.
Disini nilai tukar suatu mata uang relatif terhadap mata uang negara lain ditentukan sepenuhnya oleh permintaan dan penawaran yang berlangsung
di dalam Bursa Valuta Asing. Contohnya jika terjadi kenaikan penawaran mata uang Rupiah secara
relatif, sehingga berakibat timbulnya pertambahan permintaan terhadap mata uang asing, hal ini cenderung terjadi penurunan nilai, jika mata
uang rupiah relatif tinggi, maka cenderung terjadi kenaikan nilai mata uang rupiah.
3. Sistem Nilai Tukar Mengambang Terkendali Managed Floating Rate
System Bila suatu negara memakai sistem nilai tukar mengambang terkendali,
maka disamping dipengaruhi oleh pasar terdapat juga campur tangan Bank Sentral didalam bursa valuta asing bilamana bank sentral
menganggap gerakan dari kurs valuta asing tidak sesuai dengan yang diinginkan atas dasar perhitungan dan pertimbangannya.
Misalnya, bila Bank Indonesia tidak perlu mengambil tindakan dan kurs mata uang dibiarkan bergerak kearah nilai keseimbangan baru. Demikian
pula, bila Bank Indonesia ingin mematok gerakan kurs valuta asing sehingga tidak bergejolak maka dia membeli atau menjual mata uang
50
yang berkaitan sekedar untuk menyesuaikan kurs secara perlahan ke arah nilai keseimbangan baru.
Sebaliknya, bila Bank Indonesia tidak menghendaki perubahan, maka langsung campur tangan dalam bursa valuta asing untuk
mempertahankan kurs tertentu yang telah ditetapkan. Pilihan kebijaksanaan tentang hal ini ditentukan oleh pemerintah,
biayanya melalui Bank Sentral, dengan memainkan peranannya dalam pasar valuta asing untuk mempengaruhi nilai tukarnya terhadap mata
uang dalam negeri.
2.2.8.4. Kebijaksanaan Untuk Mengendalikan Kurs.
Pada kurs dimungkinkan adanya cara-cara atau kebijaksanaan untuk mengatur exchange rate, yaitu :
1. Exchange Rate Depreciation
Biasanya kebijaksanaan yang dijalankan adalah Comparative depreciation
, disini antar negara-negara mengadakan depresiasi sehingga situasinya akan sedikit kacau karena depresiasi yang dilaksanakan suatu
negara itu juga terjadi pada negara lainnya. 2.
Exchange Stabilization Fund Merupakan bentuk campur tangan pemerintah dilapangan moneter
internasionalnya. Tindakan ini ditujukan untuk mengatasi fluktuasi internasionalnya. Tindakan ini ditujukan untuk mengatasi fluktuasi
exchange rate yang dapat merugikan perekonomian. Dalam pelaksanaan
51
ditujukan untuk mencapai posisi yang menguntungkan bagi valuta nasional masing-masing negara.
3. Exchange Control
Adalah suatu bentuk campur tangan pemerintah dalam lapangan ekonomi internasionalnya, dimana pemerintah monopoli seluruh transaksi
ekonomi luar negeri. Dalam sistem ini pemerintah bertindak baik sebagai monopoli sekaligus sebagai monopsi penjualan tunggal dan pembeli
tunggal atas semua alat pembayaran luar negeri. Salah satu policy dalam exchange control
adalah multiple exchange system dimana pemerintah menetapkan kurs yang berbeda-beda, sehingga pemerintah dapat
mengontrol penggunaan valuta asing dan tidak ada negara yang dirugikan.
Adapun tujuan dari exchange control adalah : a.
Melindungi industri dalam negeri b.
Mendatangkan pendapatan bagi pemerintah c.
Mencegah terjadinya capital flight ke luar negeri d.
Menekan ketidakseimbangan neraca pembayaran.
52
2.3. Kerangka Pikir
Perumusan dan Pembahasan Ruang Lingkup Masalah
Penentuan Model dan Metode Analisis yang akan digunakan
Variabel X
Kredit
Kredit M Kerja
Kredit Investasi
Kredit Konsumsi
SBI 1 M
Kurs
Ekspor
Variabel Y Pengumpulan Data
Pengujian Hipotesis
Metode Statistik Korelasi dan Regresi Linier Berganda
Hubungan dan Pengaruh Variabel-Variabel bebas X
terhadap Y
Ada Hubungan
Kesimpulan Tidak Ada Hubungan
53
2.4. Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara yang masih perlu dibuktikan kenyataannya. Pengujian hipotesis penelitian diterima bila data yang
terkumpul mendukung teori dan penelitian ditolak bila data yang terkumpul tidak mendukung teori.
Dengan adanya problematika tersebut diatas, maka penulis menyampaikan hipotesis sebagai berikut :
1. Diduga tingkat suku bunga berpengaruh negative dan tidak signifikan
terhadap jumlah kredit. 2.
Diduga nilai tukar rupiah berpengaruh negative dan tidak signifikan terhadap jumlah kredit.
3. Diduga nilai ekspor berpengaruh negative dan tidak signifikan terhadap
jumlah kredit
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Definisi operasional adalah pernyataan tentang pengoperasionalan atau pendefinisian konsep-konsep penelitian menjadi variabel-variabel penelitian
termasuk penetapan cara dan satuan pengukuran variabelnya. Dalam penelitian ini definisi operasionalnya terdiri dari :
1. Variabel Terikat
2. Variabel Bebas
3.1.1. Variabel Terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah : 1.
Jumlah Kredit Y yaitu penyediaan modal yang bersifat pinjam-meminjam berdasarkan
kesepakatan antara kedua pihak atau lebih serta terikat dengan jangka waktu tertentu dan bunga yang disepakati bersama. Dimana di dalam
jumlah kredit yang dikeluarkan oleh pihak perbankan tersebut, terdapat jumlah kredit konsumsi, jumlah kredit investasi, dan jumlah kredit modal
kerja.
54