Pertambangan Pariwisata Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Aceh Besar

kepada sulitnya usaha koperasi untuk tumbuh dan berkembang. Hingga saat ini belum ada satupun kebijakan yang tepat yang dapat meningkatkan pengembangan koperasi ini.

4.2.6. Listrik dan Air Minum

Listrik dan air minum merupakan kebutuhan masyarakat yang sangat vital, termasuk di dalam menunjang aktivitas perekonomian dan kehidupan sosial kemasyarakatan. Sampai dengan akhir tahun 2009, dari 601 desa yang ada, sebanyak 598 buah desa telah mendapatkan pelayanan listrik. Hanya 3 desa atau 0,50 persen lagi yang belum terjangkau aliran listrik. Tidak kurang dari 40.737 pelanggan telah menggunakan listrik bagi kepentingan dan kebutuhan sehari-hari.

4.2.7. Pertambangan

Aktivitas sektor pertambangan di Kabupaten Aceh Besar hingga saat ini masih terkonsentrasi pada usaha penggalian berupa batu-batuan tanah liat, pasir, dan sejenisnya. Usaha-usaha pertambangan lainnya yang telah dilakukan eksplorasi adalah biji besi sedangkan emas, nikel, galena timah hitam dan energi panas bumi telah ditemui tapi belum eksplorasi, yang belum ditemui di daerah ini antara lain bauksit, minyak dan gas bumi. Untuk usaha penggalian batu-batuan, tanah liat, atau pasir dan sejenisnya terlihat hampir merata di seluruh kecamatan di Aceh Besar. Hingga akhir tahun 2009, tercatat 60 unit usaha pertambangan bahan galian di Aceh Besar. Usaha ini paling banyak ditemui di Indrapuri 12 unit perusahaan, Seulimeum 9 unit, Kuta Cot Glie Universitas Sumatera Utara 8 unit, Mesjid Raya, dan Lhoong masing-masing 7 unit. Sementara di kecamatan- kecamatan lainnya jumlah perusahaan berkisar antara 1-2 unit.

4.2.8. Pariwisata

Kemajuan sektor pariwisata di Kabupaten Aceh Besar selama 7 tahun terakhir terlihat mengalami perkembangan yang relatif lambat. Hal ini dapat dilihat dari jumlah kunjungan wisatawan ke daerah ini yang belum menunjukkan peningkatan yang berarti. Bahkan, selama kondisi daerah ini diwarnai dengan situasi yang rentan ketidak-stabilan keamanan, jumlah kunjungan wisatawan asing terutama nyaris hampir tidak ada lagi. Sebagai gambaran, pada akhir tahun 1999, wisatawan asing mancanegara yang berkunjung ke Aceh Besar mencapai 1.072 orang. Namun, tatkala kondisi daerah berada dalam situasi konflik, terutama sejalan ditetapkannya operasi militer, jumlah kunjungan berkurang secara signifikan. Mulai tahun 2000, wisatawan asing yang berkunjung ini menurun drastis, sementara wisatawan domestik masih relatif stabil. Memasuki tahun 2004, kunjungan wisatawan ke daerah ini banyak mengalami peningkatan kembali. Pada tahun ini, wisatawan asing yang melawat ke daerah ini meningkat menjadi 6.789 orang. Dan, pada tahun 2005 jumlahnya 9.315 orang. Adanya kenaikan kunjungan wisatawan ini erat kaitannya dengan semakin membaiknya kondisi keamanan di daerah ini dan Provinsi Aceh secara keseluruhannya, terutama setelah dicapainya kesepakatan damai antara Pemerintah RI dan GAM Gerakan Aceh Merdeka melalui MoU-Helsinki. Universitas Sumatera Utara 4.3. Kondisi Sosial 4.3.1. Pendidikan