Uji Parsial Uji Simultan Uji Asumsi Klasik

Persamaan Umum dari model penelitian dengan menggunakan Regresi Linier Berganda dengan bentuk persamaan sebagai berikut: Persamaan: Y = a + b 1 X 1 + b 2 X 2 + b 3 X 3 + b 4 X 4 + e Di mana : Y = Pengembangan Wilayah a = Konstanta b 1 = Koefisien regresi variabel X 1 b 2 = Koefisien regresi variabel X 2 b 3 = Koefisien regresi variabel X 3 b 4 = Koefisien regresi variabel X 4 X 1 = Kemandirian Masyarakat X 2 = Potensi Wilayah X 3 = Integrasi Wilayah X 4 = Daerah Khusus e = Error term

a. Uji Parsial

Uji parsial adalah uji yang digunakan untuk menguji kemaknaan koefisien parsial. Apabila t hitung t tabel maka Ho ditolak, dengan demikian variabel bebas menerangkan variabel berikutnya. Sebaliknya apabila t hitung t tabel maka Ho diterima sehingga dapat dikatakan variabel bebas tidak dapat menjelaskan variabel berikutnya, dengan kata lain tidak ada pengaruh diantara variabel yang diuji. Selain melakukan pembuktian dengan uji F dan uji t, dalam uji regresi linier berganda ini dianalisis pula besarnya koefisien determinan R 2 digunakan untuk mengetahui sejauhmana sumbangan masing-masing variabel bebas. Semakin besar nilai determinasi maka semakin besar variasi sumbangan terhadap variabel berikutnya Algifari, 2000:69-73 dalam menganalisis data penelitian, digunakan program komputer SPSS. Universitas Sumatera Utara

b. Uji Simultan

Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah semua variabel independent mempunyai pengaruh yang sama terhadap variabel dependent. Untuk membuktikannya kebenaran hipotesis digunakan uji distribusi F dengan cara membandingkan antara nilai F hitung yang terdapat pada tabel Analysis of Variance dengan F tabel , apabila perhitungan F hitung F tabel maka Ho ditolak sehingga dapat dikatakan bahwa variabel bebas dari regresi dapat menerangkan variabel terikat secara serentak. Sebaliknya jika F hitung F tabel maka Ho diterima sehinga dapat dikatakan bahwa variabel bebas tidak menjelaskan variabel terikat Algifari, 2000:72- 73.

c. Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik bertujuan untuk mengetahui apakah penaksir dalam regresi merupakan penaksir kolinear tak bias. Oleh karena itu diperlukan adanya uji asumsi klasik terhadap model yang telah diformulasikan, yang mencakup pengujian normalitas, multikolinieritas, dan heteroskedastisitas Algifari, 2000:83. 1. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel dependen dan variabel independen, keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Pada prinsipnya normalitas dapat dideteksi dengan melihat Universitas Sumatera Utara penyebaran data titik pada sumbu diagonal dari grafik atau dengan melihat histogram dari residualnya. 2. Uji Multikolinearitas Uji multikolinieritas adalah uji yang digunakan untuk mengetahui apakah antara variabel independent yang terdapat dalam model memiliki hubungan yang sempurna Algifari, 2000:84. Deteksi terhadap ada tidaknya multikolinearitas yaitu dengan menganalisis matriks korelasi variable-variabel bebas, dapat juga dengan melihat pada nilai tolerance serta nilai variance inflation factor VIF. Berdasarkan matriks korelasi antar variabel-variabel bebas menunjukkan koefisien variabel yang paling rendah, korelasi tertinggi. Indikasi adanya multikolinearitas jika terjadi korelasi antar variabel bebas yang cukup tinggi, umumnya diatas 0,90 Ghozali, 2001 3. Uji Heteroskedastisitas Uji Heteroskedastisitas adalah uji yang digunakan untuk mengetahui apakah terjadi penyimpangan model karena varian gangguan berbeda antara satu observasi lain Algifari, 2000:85. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas Ghozali, 2001. Mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilihat dari Grafik Plot antara nilai prediksi variabel terikat ZPRED dengan residualnya SRESID. Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola Universitas Sumatera Utara tertentu pada Grafik scatterplot antara SRESID DAN ZPRED di mana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual Y prediksi – Y sesungguhnya yang telah di-studentized. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur bergelombang, melebar kemudian menyempit maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Universitas Sumatera Utara

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Aceh Besar

4.1.1. Kondisi Geografis

Aceh Besar merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Aceh. Kabupaten ini terletak pada 5,2 °-5,8° Lintang Utara LU dan 95,0°-95,8° Bujur Timur BT dengan luas wilayahnya 2.974,12 Km². Batas-batas wilayah kabupaten ini adalah sebagai berikut: Sebelah Utara dengan Selat Malaka dan Kota Banda Aceh; Sebelah Selatan dengan Kabupaten Aceh Jaya; Sebelah Barat dengan Samudera Indonesia; dan Sebelah Timur dengan Kabupaten Pidie. Secara pemerintahan, Kabupaten Aceh besar melingkupi 23 kecamatan, 68 kemukiman, 604 desa, dan 5 kelurahan. Kecamatan Seulimeum merupakan yang paling luas wilayahnya, yaitu yang mencapai 487,26 Km² atau 15,88 dari luas wilayah Kabupaten Aceh Besar. Sedangkan Kecamatan Krueng Barona Jaya adalah wilayah yang terkecil, yaitu 9,06 Km² atau 0,30 dari luas kabupaten ini. Keadaan topografi wilayah kabupaten ini terdiri atas dataran rendah, berbukit-bukit, pegunungan, dan sebagiannya merupakan wilayah kepulauan. Universitas Sumatera Utara