melaksanakan suatu kebijakan, wewenang yang dimiliki dalam pelaksanaan
program dan fasilitas-fasilitas dalam pelaksanaan kegiatan.
a. Staf
Sumber daya manusia pelaksana dalam implementasi program ini ialah pegawai puskesmas yang merupakan pelaksana kebijakan dan pemberi
pelayanan kesehatan. Ketersediaan 35 orang pegawai aktif di puskesmas secara kasat mata dinilai sebagai sesuatu yang positif di dalam implementasi kebijakan
karena dianggap sangat memadai untuk melaksanakan semua tahap-tahap implementasi JPK-MS. Satu hal yang harus diingat bahwa jumlah staf yang
banyak tidak secara otomatis mendorong agar implementasi berjalan dengan baik. Tanpa adanya rasa tanggung jawab dan komitmen yang kuat dari
implementor untuk melaksanakan suatu kebijakan dengan sebaik-baiknya maka mustahil suatu kebijakan dapat berjalan semestinya.
Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner kepada masyarakat diketahui bahwa komitmen, kinerja, dan tanggung jawab puskesmas dalam
mengimplementasikan JPK-MS tidak baik tabel 17 dan 18. Seperti halnya sosialisasi yang tidak dilakukan secara benar, pendataan yang tidak dilakukan
secara intensif dan akurat semakin mendukung jawaban masyarakat atas kinerja aparatur puskesmas. Dan penilaian terhadap kinerja aparatur puskesmas
semakin negatif manakala kartu peserta tidak didistribusikan langsung setelah kartu itu mereka terima dan akibatnya sampai saat ini belum ada masyarakat
yang dapat merasakan manfaat dari program JPK-MS tersebut. Hal ini semakin memperjelas bahwa banyaknya jumlah staf didalam
implementasi sebuah kebijakan tidak menjamin implementasi kebijakan tersebut
Universitas Sumatera Utara
dapat berjalan dengan baik kecuali staf yang ada benar-benar menunjukkan komitmen dan tanggung jawabnya dalam melaksanakan suatu kebijakan.
b. Informasi
Informasi merupakan sumber daya terpenting setelah staf atau SDM dalam implementasi kebijakan. Informasi mempunyai dua bentuk yakni
bagaimana melaksanakan suatu kebijakan dan data-data ketaatan personil terhadap peraturan pemerintah.
Berdasarkan hasil wawancara yang penulis lakukan dengan informan kunci diketahui bahwa pelaksana kebijakan sudah dibekali dengan suatu buku
pedoman diantaranya petunjuk teknis dan petunjuk pelaksana program. Namun ketika penulis mencoba menanyakan perihal keberadaan juknis dan juklak
tersebut kepada pihak puskesmas mereka mengatakan bahwa buku itu tidak lagi berada di puskesmas dan sudah dikembalikan ke Dinas Kesehatan ketika mereka
menyerahkan daftar nama calon peserta JPK-MS. Penulis juga memperoleh keterangan bahwa semua peraturan yang ada di
juklak dan juknis tidak semuanya dapat dilaksanakan dengan baik terutama dari segi waktu pelaksanaan program yang terlambat dari waktu yang telah
ditentukan. Kemudian sosialisasi program yang tidak dilaksanakan implementor karena menurut mereka masyarakat sudah cukup pintar untuk mencari tahu
mengenai program yang dibuat pemerintah. Berikut kutipan wawancaranya: “Yang pertama adalah melakukan sosialisasi, dengan cara
mengumumkannya melalui spanduk-spanduk yang diletakkan di tempat yang bisa dibaca orang banyak, menempelkan poster juga boleh pokoknya yang
bisa dibaca warga. Tapi kami kemarin tidak melakukan sosialisasi karena warga disini sudah cukup pintar dan lebih kritis dari yang kami duga,
mereka kebanyakan sudah tau sebelumnya mungkin tau dari koran atau dari berita di TV”.
Universitas Sumatera Utara
Tidak dilaksanakannya sosialisasi oleh para implementor menunjukkan ketidaktaatan mereka terhadap peraturan yang telah dikeluarkan pemerintah.
Keterangan lain yang semakin menunjukkan ketidaktaatan implementor tersebut adalah kartu peserta yang hingga saat ini tidak dibagikan kepada masyarakat,
sehingga masyarakat hingga saat ini belum bisa menikmati program pemerintah di bidang kesehatan tersebut.
Ketika melakukan analisa terhadap transmisi telah penulis uraikan data mengenai ketidaktaatan implementor terhadap peraturan yang telah ada
sebelumnya yakni pelaksanaan program yang dimulai dari bulan Desember 2008 dan berakhir pada bulan Februari 2009. Keterlambatan tersebut berlanjut hingga
proses pendistribusian kartu peserta dan sampai ketika penulis menyelesaikan penelitian di puskesmas kartu tersebut belum juga dibagikan kepada masyarakat.
Ketidaktaatan puskesmas terhadap peraturan pemerintah semakin mereka tunjukkan dengan menyatakan bahwa masa berakhir program ini jatuh pada
bulan November 2009. Berikut kutipan wawancaranya: “...Di puskesmas ini saja, program ini masih berjalan dan akan
langsung di sambung dengan JPK-MS tahun 2009 yang kemungkinan akan dimulai November 2009”.
c. Wewenang