20
rangkaian bunyinya yang merdu seperti musik, yaitu dengan mempergunakan orkestra bunyi.
Wordsworth mempunyai gagasan bahwa puisi adalah pernyataan perasaan yang imajinatif, yaitu perasaan yang direkakan atau diangankan. Adapun Auden
mengemukakan bahwa puisi itu lebih merupakan pernyataan perasaan yang bercampur-baur.
Dunton berpendapat bahwa sebenarnya puisi itu merupakan pemikiran manusia secara konkret dan artistik dalam bahasa emosional serta berirama.
Misalnya, dengan kiasan, dengan citra-citra, dan disusun secara artistik misalnya selaras, simetris, pemilihan kata-katanya tepat, dan sebagainya, dan bahasanya
penuh perasaan, serta berirama seperti musik pergantian bunyi kata-katanya berturu-turut secara teratur.
Shelley mengemukakan bahwa puisi adalah rekaman detik-detik yang paling indah dalam hidup. Misalnya saja peristiwa-peristiwa yang sangat mengesankan
dan menimbulkan keharuan yang kuat seperti kebahagiaan, kegembiraan yang memuncak, percintaan, bahkan kesedihan karena kematian orang yang sangat
dicintai. Semuanya merupakan detik-detik yang paling indah untuk direkam. Dari definisi-definisi di atas memang seolah terdapat perbedaan pemikiran,
namun tetap terdapat benang merah. Shahnon Ahmad menyimpulkan bahwa pengertian puisi di atas terdapat garis-garis besar tentang puisi itu sebenarnya.
Unsur-unsur itu berupa emosi, imajinas, pemikiran, ide, nada, irama, kesan pancaindera, susunan kata, kata kiasan, kepadatan, dan perasaan yang bercampur-
baur.
b. Cara Membaca Puisi dari Segi Lafal, Intonasi, Penghayatan dan
Ekspresi yang Sesuai
Membaca puisi tidak sekedar membaca saja. Namun, disini harus memperhatikan beberapa syarat yaitu dari segi lafal, intonasi dan ekspresi.
Apresiasi puisi dapat ditempuh dengan berbagai bentuk yaitu: a Pembacaan puisi: Dititikberatkan pada pemahaman, keindahan vokal, dan
ekspresi wajah.
21
b Deklamasi puisi: Menekankan kepada ketepatan pemahaman, keindahan vokal, dan ekspresi wajah disertai dengan gerak-gerik tubuh yang lebih
bebas dan ekspersi wajah yang lebih kuat. c Dramatisasi puisi: Puisi dipandang sebagai suatu kesatuan peristiwa yang
dapat diperagakan dalam suatu pementasan. Oleh karena itu pembaca akan memeragakan peristiwa-peristiwa dalam pusi dengan lakuan tubuh
akting yang sesuai. d Musikalisasi puisi: Puisi dinotasikan sebagaimana musik lirik puisi
dijadikan syair lagu.
Pembacaan atau pendeklamasian puisi mengutamakan kejelasan, ketepatan, dan keakuratan lafal, volume, intonasi, ekspresi, gesture dan penghayatan.
a Lafal: cara menyembunyikan atau mengucapkan huruf bagaimana mengucapkan misalnya f, v, p, z, j, dan sebagainya.
b Volume suara: tingkat kenyaringan atau kekuatan bunyi atau suara c Intonasi: lagu kalimat, perubahan nada pengucapan tuturan kata, frasa,
klausa kalimat yang menimbulkan makna atau arti. d Ekspresi: perubahan atau pandangan air muka raut wajah untuk
memperlihatkan perasaan tertentu. e Gestur: gerak anggota tubuh tangan, kaki, kepala, dan sebagainya untuk
memperkuat kesan tertentu atau untuk mengungkapkan perasaan. f Penghayatan: cara memahami atau memaknai sebuah puisi.
Di samping hal-hal tersebut, pembacaan puisi hendaknya didahului kegiatan memberi tanda bantu pada puisi sehingga pembacaannya tidak keliru atau
menyimpang dari rencana. Tanda-tanda yang lazim digunakan dan bisa dikreasi sendiri, antara lain:
= Perhentian sejenak di antara kata atau frasa tanpa menarik napas. = Perhentian sesaat untuk mengambil napas menandai koma atau titik.
= Perhentian relatif lebih lama untuk mengambil napas beberapa kali. = Nada menaik
= Nada menurun