Sejarah Perusahaan GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1. Sejarah Perusahaan

Sungai Asahan merupakan satu-satunya sungai yang mengalir dari danau Toba dan memiliki potensi yang besar sebagai penghasil listrik tenaga air. Gagasan untuk mengolah tenaga air sungai Asahan sebagai pembangkit listrik telah dimulai sejak tahun 1908. Pada tahun 1919, pemerintah Hindia Belanda mengadakan studi kelayakan proyek, dan tahun 1939 perusahaan Belanda, MEWA memulai pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Air PLTA Siguragura. Namun dengan pecahnya Perang Dunia II, proyek ini tidak dapat diteruskan. Tahun 1962, pemerintah Indonesia dan Rusia menandatangani perjanjian kerjasama untuk mengadakan studi kelayakan tentang pembangunan proyek Asahan, tetapi kondisi politik dan ekonomi yang kacau dan tidak menentu di tahun 1966 telah menyebabkan proyek ini gagal. Lalu tahun 1968, Nippon Koei, perusahaan konsultan Jepang menyerahkan laporan kelayakan interim proyek Aluminium Asahan, disusul dengan laporan mengenai Power Development Project. Dilanjutkan pada tahun 1970, dengan penandatanganan perjanjian antara Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik PUTL dengan Nippon Koei tentang perencanaan dan penelitian proyek Asahan. Kemudian pada tahun 1972, diserahkan laporan akhir yang menyatakan bahwa PLTA Asahan, laik dibangun dengan sebuah Pabrik Peleburan Aluminium sebagai pemakai utama dari listrik yang dihasilkan dari PLTA tersebut. Universitas Sumatera Utara Pada tahun 1972 tersebut, pemerintah Indonesia menyelenggarakan pelelangan untuk membangun Pabrik Peleburan Aluminium dan PLTA sebagai satu paket Penanaman Modal Asing PMA. Tetapi hingga pelelangan ditutup pada tahun 1973, tidak ada satu pun yang menyerahkan penawarannya karena proyek ini membutuhkan investasi yang sangat besar. Tanggal 7 Juli 1975, di Tokyo, setelah melalui perundingan yang panjang, pemerintah Indonesia dan para penanam modal Jepang menandatangani Perjanjian Induk Master Agreement untuk membangun PLTA dan Pabrik Peleburan Aluminium Asahan. Dan pada bulan November 1975, dua belas perusahaan penanam modal Jepang, yang terdiri atas tujuh perusahaan dagang dan lima perusahaan peleburan, membentuk sebuah konsorsium di Tokyo dengan nama Nippon Asahan Aluminium Co., Ltd. NAA Co.,Ltd. yang 50 persen sahamnya dimiliki oleh lembaga keuangan pemerintah Jepang. Berdasarkan Master Agreement tersebut, pada tanggal 6 Januari 1976 didirikanlah PT. INDONESIA ASAHAN ALUMINIUM INALUM di Jakarta untuk melaksanakan pembangunan dan pengoperasian kedua instalasi tersebut. Untuk menyelenggarakan pembinaan, perluasan dan pengawasan atas pelaksanaan pembangunan proyek ini, pemerintah Indonesia mengeluarkan KEPRES no. 5 1976 tentang Pembentukan Badan Pembina Proyek Asahan dan Otorita Pengembangan Proyek Asahan. Tanggal 20 Januari 1982, presiden Soeharto yang datang bersama pejabat tinggi pemerintahan, meresmikan operasi tahap pertama Pabrik Peleburan Universitas Sumatera Utara Aluminium PT. Inalum di Kuala Tanjung dan menyebut proyek ini sebagai “impian yang menjadi kenyataan”. Pada tanggal 14 Oktober 1982 dilakukan ekspor perdana Aluminium Ingot produksi PT. Inalum ke Jepang dan sejak saat itu Indonesia pun menjadi salah satu pengekspor Aluminium batangan Ingot di dunia.

2.2. Lingkup PT. Inalum