memiliki dampak yang kurang baik bagi keharmonisan dalam bekerjasama dan juga komunikasi vertikal maupun horizontal pada institusi pemerintahan tersebut.
Kepuasan kerja memiliki berbagai dampak baik positif maupun negatif. Adapun konsekuensi yang ditemui terkait dengan kepuasan kerja antara lain;
Motivasi kerja, keterlibatan dalam pekerjaan, perilaku sebagai anggota organisasi yang baik, komitmen organisasi, ketidakhadiran pegawai, berhentinya karyawan,
stress yang dirasakan, serta prestasi kerja. Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk meneliti sejauhmanakah
hubungan antara tipe kepemimpinan terhadap kepuasan kerja Pegawai di Sekretariat Daerah Kabupaten Langkat.
I.2 Perumusan Masalah
“Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
”Sejauhmanakah Tipe kepemimpinan berpengaruh terhadap Kepuasan kerja Pegawai di Sekretariat Daerah Kabupaten Langkat?”
I.3 Pembatasan Masalah
Untuk menghindari ruang lingkup penelitian yang terlalu luas dan menjadikannya lebih khusus maka perlu adanya pembatasan masalah. Adapun
pembatasan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut : 1.
Penelitian ini bersifat korelasional, yaitu bersifat mencari atau menjelaskan hubungan dan menguji hipotesis
Universitas Sumatera Utara
2. Subjek penelitian adalah mengenai tipe kepemimpianan terhadap kepuasan
kerja 3.
Objek penelitian adalah para pegawai yang bekerja di Sekretariat Daerah Kabupaten Langkat.
4. Lokasi penelitian adalah Kantor Sekretariat Daerah Kabupaten Langkat
yang terletak di Jl. T. Amir Hamzah No. 1 - Stabat. 5.
Penelitian dilakukan pada bulan Maret sampai dengan Mei 2010.
I.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian
I.4.1 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui tipe kepemimpinan di Sekretariat Daerah
Kabupaten Langkat. 2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja
Pegawai di Sekretariat Daerah Kabupaten Langkat. 3. Untuk mengetahui sejauhmana hubungan antara tipe kepemimpinan
dengan kepuasan kerja pegawai.
I.4.2 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat menambah bahan bacaan
di Lingkungan FISIP USU khususnya di bidang komunikasi. 2. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memperluas pengetahuan
penulis mengenai komunikasi organisasi khususnya tentang
kepemimpinan.
Universitas Sumatera Utara
3. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Langkat.
I.5 Kerangka Teori
Setiap penelitian memerlukan kejelasan ttitik tolak atau landasan berpikir dalam memecahkan atau menyoroti masalahnya. Untuk itu, perlu disusun
kerangka teori yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana masalah penelitian akan disoroti Nawawi, 2001:39.
Kerlinger menyebutkan teori adalah himpunan konstruk konsep, definisi, dan proposisiyang mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala dengan
menjabarkan relasi di antara variabel, untuk menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut Rakhmat, 2004:6.
Dalam penelitian ini, teori – teori yang dianggap relevan diantaranya adalah Komunikasi dan Komunikasi organisasi, Teori Kepemimpinan dan
Kepuasan Kerja.
I.5.1 Komunikasi
Setiap manusia yang berada di tengah-tengah masyarakat, pasti terlibat dalam proses komunikasi. Terjadinya komunikasi merupakan konsekuensi dari
hubungan sosial. Manusia sangat dipengaruhi oleh komunikasi yang dilakukannya dengan orang lain. Komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan oleh
seseorang kepada orang lain untuk memberi tahu atau untuk merubah sikap, pendapat atau perilaku orang lain baik secara langsung, yakni secara lisan,
maupun secara tidak langsung melalui media. Secara terminologis, komunikasi berarti proses penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain.
Universitas Sumatera Utara
Dari pengertian tersebut, jelas bahwa komunikasi melibatkan sejumlah orang, dimana seseorang menyatakan sesuatu kepada orang lain.
Ditinjau dari segi penyampaian pernyataan, komunikasi bertujuan bersifat informative dan persuasive. Komunikasi persuasive persuasive communication
lebih sulit dari pada komunikasi informative informative communication, karena memang tidak mudah untuk merubah sikap, pendapat atau perilaku seseorang atau
sejumlah orang Effendy, 2005: 5. Menurut Harold D. Lasswel Effendy, 2005: 29, bahwa cara terbaik
untuk menerangkan kegiatan komunikasi ialah menjawab pertanyaan “who says what in which channel to whom with what effect? Maka jawaban dari pertanyaan
ini adalah : siapa komunikatornya, pesan apa yang dinyatakannya atau pesan yang disampaikan, media apa yang digunakannya, siapa komunikannya, dan efek apa
yang diharapkannya. Menurut Carl I. Hovland Lubis, 2005: 9 dalam karyanya “social
communication” menjelaskan komunikasi adalah proses seseorang
menyampaikan rangsangan biasanya dengan lambang, katagambar guna untuk merubah sikap dan tingkah laku orang lain. Sifat komunikasi ada dua, yaitu:
1. Komunikasi tatap muka face to face communication
Komunikasi tatap muka dipakai apabila kita mengharapkan efek perubahan tingkah laku dari komunikan secara langsung. Dengan saling
berpandangan, komunikator dapat melihat dan menilai proses komunikasi, apakah komunikan memperhatikan dan mengerti akan informasi yang
disampaikan oleh komunikator atau malah sebaliknya.
2. Komunikasi bermedia mediated communication
Komunikasi bermedia pada umumnya banyak diinginkan untuk komunikasi informative karena tidak begitu ampuh dalam merubah
tingkah laku orang lain. Namun, tergantung pada situasi, kondisi dan efek yang diharapkan. Media mana yang dipakai, apakah surat kabar, majalah,
tv, radio, film, siapa sasaran yang dituju, efek apa yang diharapkan, isi yang dikomunikasikan dan sebagainya.
Universitas Sumatera Utara
Esensi komunikasi adalah “kesamaan pengertian” diantara mereka yang berkomunikasi.
I.5.2 Komunikasi Organisasi
Organisasi adalah sebuah wadah yang menampung orang-orang dan objek- objek; orang-orang dalam organisasi yang berusaha mencapai tujuan bersama
R. Wayne Pace, 2005: 17. Tujuan untuk memperlajari komunikasi organisasi adalah untuk menemukan cara-cara yang tepat guna memperbaiki kualitas
kehidupan kerja. Komunikasi organisasi sering diartikan sebagai perilaku pengorganisasian organizing behavior, yakni bagaimana para karyawan terlibat
dalam proses bertransaksi dan memberikan makna atas apa yang sedang terjadi. Jadi komunikasi organisasi akan berpusat pada simbol-simbol yang
memungkinkan kehidupan organisasi, apakah kata-kata, gagasan-gagasan konstruk yang mendorong, mengesyahkan, mengkoordinasikan dan mewujudkan
aktivitas yang terorganisir dalam situasi-situasi spesifik. Deddy Mulyana Panuju, 2001: 21 menyatakan bahwa komunikasi
organisasi terjadi dalam suatu organisasi, bersifat formal dan juga informal dan berlangsung dalam suatu jaringan yang lebih besar dari pada komunikasi
kelompok. Komunikasi organisasi menurut Redding dan Sanborn dalam Arni M,
1995: 65 adalah pengiriman dan penerimaan informasi dalam organisasi yang kompleks dalam bidang komunikasi downward atau komunikasi dari atasan dan
bawahan, komunikasi upward atau komunikasi dari bawahan kepada atasan, komunikasi horizontal atau komunikasi antara orang-orang yang sama level atau
tingkatnya dalam organisasi.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Goldhaber Arni M, 2004: 65, komunikasi organisasi merupakan proses menciptakan atau saling bertukar pesan dalam satu jaringan hubungan yang
saling tergantung satu sama lain untuk mengatasi lingkungan yang tidak pasti atau yang selalu berubah-ubah.
Tujuan dari komunikasi organisasi R. Wayne Pace, 2005: 65: 1.
Sebagai tindakan kordinasi Komunikasi dalam organisasi bertujuan untuk mengkoordinasi sebagian
atau seluruh tugas dan fungsi organisasi yang telah dibagi-bagi dalam bagian atau subbagian yang melaksanakan visi dan misi organisasi di
bawah pimpinan atau manajer.
2. Membagi informasi information sharing
Salah satu tujuan komunikasi yang penting adalah menghubungkan seluruh aparatur organisasi dengan tujuan organisasi. Ini berfungsu untuk
mencapai tujuan organisasi, mengarahkan tugas, hasil suatu usaha, dan pengambilan keputusan.
3. Komunikasi bertujuan untuk menyatakan perasaan dan emosi
Setiap individu dalam suatu organisasi mempunyai keinginan dan kebutuhan untuk menyatakan perasaan dan emosi mereka masing-masing.
Dalam organisasi keterbukaan sesama anggota merukan tujuan dari organisasi itu sendiri.
I.5.3 Teori Kepemimpinan
Perkataan pemimpinleader mempunyai bermacam-macam pengertian. Ada banyak definisi mengenai pemimpin sebanyak pribadi yang meminati
masalah pemimpin tersebut. Karena itu kepemimpinan merupakan dampak interaktif dari faktor individupribadi dengan faktor situasi. Pemimpin adalah
seorang pribadi yang memiliki kecakapan atau kelebihan, khususnya kecakapan atau kelebihan di satu bidang, sehingga dia mampu mempengaruhi orang-orang
lain untuk bersama-sama melakukan aktifitas tertentu, demi pencapaian satu atau beberapa tujuan. Jadi, pemimpin itu ialah seseorang yang memiliki satu atau
Universitas Sumatera Utara
beberapa kelebihan sebagai predisposisi bakat yang dibawa sejak lahir, dan merupakan kebutuhan dari satu situasizaman sehingga dia mempunyai kekuasaan
dan kewibawaan untuk mengarahkan dan membimbing bawahan. Dia juga mendapatkan pengakuan serta dukungan dari bawahannya, dan mampu
menggerakkan bawahan ke arah tujuan tertentu. Pemimpin itu mempunyai sifat, kebiasaan, temperamen, watak, dan
kepribadian sendiri yang unik dan khas; sehingga tingkah laku dan gayanyalah yang membedakan dirinya dari orang lain. Gaya atau Style hidupnya ini pasti akan
mewarnai perilaku dan tipe kepemimpinannya. Sehingga muncullah beberapa tipe kepemimpinan seperti tipe kharismatis, paternalistis, militeristis, otokratis, laissez
faire, populistis, administratif, dan demokratis. Setiap tipe kepemimpinan memberikan dampak yang berbeda satu sama lain terhadap kepuasan kerja
bawahannya serta terhadap lingkungan kerja. Untuk menunjukkan betapa pentingnya kepemimpinan dan betapa manusia
membutuhkannya, sampai ada pendapat yang galak mengatakan bahwa dunia atau umat manusia di dunia ini pada hakikatnya hanya ditentukan oleh beberapa orang
saja, yakni yang berstatus sebagai pemimpin. Kepemimpinan kadangkala diartikan sebagai pelaksanaan otoritas dan pembuatan keputusan. Ada juga yang
mengartikan suatu inisiatif untuk bertindak yang menghasilkan suatu pola yang konsisten dalam rangka mencari jalan pemecahan dari suatu persoalan bersama.
Lebih jauh lagi George R. Terry merumuskan bahwa kepemimpinan itu adalah aktivitas untuk mempengaruhi orang-orang agar diarahkan mencapai tujuan
organisasi Thoha, 2007:258-259.
Universitas Sumatera Utara
Dalam memimpin suatu kelompok ataupun bidang kerja, seorang pimpinan memiliki dua gaya pengembangan yakni efektif dan tidak efektif Thoha, 2007
:311-314 : Empat gaya efektif itu antara lain :
1. Eksekutif, gaya ini banyak memberikan perhatian pada tugas-tugas pekerjaan
dan hubungan kerja. 2.
Pecinta pengembangan developer, gaya ini memberikan perhatian yang maksimum terhadap hubungan kerja, dan perhatian yang minimum terhadap
tugas-tugas pekerjaan. 3.
Otokratis yang baik hati Benevolent autocrat, gaya ini memberikan perhatian yang maksimum terhadap tugas, dan perhatian yang yang minimum terhadap
hubungan kerja 4.
Birokrat, gaya ini memberikan perhatian yang minimun baik terhadap tugas maupun hubungan kerja.
Ada juga empat gaya kepemimpinan yang tidak efektif yaitu : 1.
Pecinta kompromi Compromiser, gaya iini memberikan perhatian yang besar pada tugas dan hubungan kerja dalam situasi yang menekankan pada
kompromi. 2.
Missionari, gaya ini memberikan penekanan yang maksimum pada orang- orang dan hubungan kerja, tetapi memberikan perhatian yang minimum
terhadap tugas dengan perilaku yang tidak sesuai. 3.
Otokrat, gaya ini memberikan perhatian yang maksimum terhadap tugas dan minimum terhadap hubungan kerja dengan suatu perilaku yang tidak sesuai.
Universitas Sumatera Utara
4. Lari dari tugas deserter, gaya ini sama sekali tidak memberikan perhatian
baik pada tugas maupun pada hubungan kerja.
I.5.4 Kepuasan Kerja
Secara keseluruhan, kepuasan kerja pegawai ditentukan oleh karakteristik pekerjaan dan lingkungan kerja itu sendiri, lingkungan kerja dipengaruhi oleh
iklim dan budaya organisasi yang kondusif, sedangkan iklim dan budaya organisasi yang efektif dan kondusif keberadaannya dibentuk atau ditentukan dan
dipelihara melalui pengadaan atau penyelenggaraan dan pemeliharaan iklim dan budaya komunikasi organisasi yang efektif dan kondusif pula.
Kepuasan kerja adalah suatu efektivitas atau respons emosional terhadap berbagai aspek pekerjaan Kreitner Kinicki, 2003:271-272. Definisi ini berarti
bahwa kepuasan kerja bukanlah suatu konsep tunggal. Sebaliknya seseorang dapat relatif puas dengan suatu aspek dari pekerjaannya dan tidak puas dengan salah
satu atau lebih aspek yang lainnya. Lima model kepuasan kerja yang menonjol akan menggolongkan
penyebabnya. Penyebabnya adalah pemenuhan kebutuhan, ketidakcocokan, pencapaian nilai, persamaan dan komponen watakgenetik. Ulasan singkat dari
model-model ini akan memberi penjelasan konsep yang rumit yang terlihat sederhana :
1. Pemenuhan kebutuhan, model ini menjelaskan bahwa kepuasan ditentukan
oleh karakteristik dari sebuah pekerjaan memungkinkan seorang individu untuk memenuhi kebutuhannya.
Universitas Sumatera Utara
2. Ketidakcocokan, model ini menjelaskan bahwa kepuasan adalah hasil dari
harapan yang terpenuhi. 3.
Pencapaian nilai, model ini menjelaskan bahwa kepuasan berasal dari persepsi bahwa suatu pekerjaan memungkinkan untuk pemenuhan nilai-nilai kerja yang
penting dari seorang individu. 4.
Persamaan, model ini menjelaskan suatu fungsi dari bagaimana seorang individu diperlakukan secara adil di tempat kerja.
5. Komponen watakgenetik, model ini menjelaskan bahwa kepuasan kerja
merupakan sebagaian fungsi dari sifat pribadi maupun faktor genetik.
Kepuasan kerja adalah persepsi, perasaan dan penilaian subjektif seseorang terhadap keseluruhan faktor yang membentuk isi dan lingkungan kerja
melalui mana yang bersangkutan melaksanakan aktifitas kerja. Karena hakekat aktifitas kerja dalam organisasi adalah komunikasi, maka salah satu faktor kunci
penentu persepsi dan penilaian subjektif seorang pegawai terhadap kepuasan kerja adalah komunikasi organisasi dalam organisasi dimana ia bekerja seperti tipe
kemimpinan yang dimiliki oleh pimpinannya .
I.6 Kerangka Konsep
Kerangka konsep merupakan hasil pemikiran rasional yang bersifat kritis dalam memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang akan dicapai dan
sebagai bahan yang akan menuntun dalam merumuskan hipotesis penelitian Nawawi 2001 : 40.
Universitas Sumatera Utara
Adapun kerangka konsep yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Variabel bebas X
Variabel bebas independent variable adalah sejumlah gejala atau faktor atau unsur yang menentukan atau mempengaruhi ada atau munculnya faktor atau
unsur yang lain Nawawi, 2001 : 56 Variabel bebas dalam penelitian ini adalah tipe kepemimpinan.
b. Variabel Terikat Y
Variabel terikat dependent variable adalah sejumlah gejala atau faktor atau unsur yang ada atau muncul dipengaruhi atau ditentukan oleh adanya variabel
bebas dan bukan karena variabel lain. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kepuasan kerja.
c. Karakteristik responden seperti jenis kelamin, usia, pendidikan, jabatan, masa kerja dan pendapatan.
I.7 Model Teoritis