7.4. Verifikasi dan Validasi Model Terkomputerisasi
7.4.1. Verifikasi Model Tekomputerisasi
23
Gambar 7.25. Verifikasi Model Terkomputerisasi Penerimaan Bahan Baku
Verifikasi model terkomputerisasi adalah proses pemeriksaan apakah logika operasional model program komputer sesuai dengan bahasa pembuatan
program. Teknik verifikasi model terkomputerisasi dilakukan melalui teknik debugging. Teknik debugging merupakan metode yang bertujuan untuk mencari
kesalahan alur logika maupun fungsi dalam pemasukan kode bahasa pemrograman yang dapat membuat program tidak dapat berfungsi sesuai keadaan
yang diharapkan. Beberapa verifikasi model terkomputerisasi persediaan bahan baku dapat dilihat pada Gambar berikut.
23
Sargent, G Robert, Verification Validation of Simulation Models, Department of Electrical Science Computer Science, New York, Hal 1-14
Universitas Sumatera Utara
Gambar 7.26. Verifikasi Model Terkomputerisasi Pengeluaran Bahan Baku
Universitas Sumatera Utara
Gambar 7.27. Verifikasi Model Terkomputerisasi Persediaan Bahan Baku
Dari gambar-gambar proses debugging diatas dapat dinyatakan bahwa model terkomputerisasi telah terverifikasi hal ini dapat ditunjukkan dari tidak
adanya kesalahan pada kode bahasa pemrograman yang ditandai dengan tulisan yang berwarna biru, sedangkan bila terjadi kesalahan pada kode bahasa
pemrograman maka tulisan akan berwarna merah.
7.4.2. Validasi Model Terkomputerisasi
24
24
Sargent, G Robert, Verification Validation of Simulation Models, Department of Electrical Science Computer Science, New York, Hal 1-14
Validasi model terkomputerisasi adalah proses penentuan apakah model dapat berperan sesuai dengan representasi berarti dan akurat dari sistem nyata.
Validasi dari suatu model bertujuan untuk menjamin kemampuan suatu model untuk merepresentasikan sistem nyata. Dengan demikian, validasi model adalah
suatu usaha untuk menjamin kredibilitas dari suatu model yang dibangun. Validasi dilakukan menggunakan pengujian Turing, pengujian ini
dilakukan dengan cara memperlihatkan keakuratan keterkaitan output dan model terkomputerisasi satu dan lainnya dalam memberikan informasi baik berupa data
kualitatif maupun kuantitatif. Jika suatu model tidak dapat mengidentifikasi data pada model lainnya maka dapat dikatakan bahwa kredibilitas model harus
ditingkatkan agar validasi dapat terwujud. Beberapa validitas model terkomputerisasi persediaan bahan baku dapat dilihat pada gambar berikut.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 7.28. Validasi Model Terkomputerisasi Penerimaan Bahan Baku
Gambar 7.29. Validasi Model Terkomputerisasi Pengeluaran Bahan Baku
Universitas Sumatera Utara
Gambar 7.30. Validasi Model Terkomputerisasi Persediaan Bahan Baku
Dari gambar-gambar diatas dapat dilihat bahwa keterkaitan model terkomputerisasi satu dan lainnya memiliki keterkaitan dalam penyajian data
kuantitatif jumlah persediaan bahan baku udang. Form penerimaan bahan baku menggambarkan jumlah bahan baku yang masuk disertai penambahan jumlah
bahan baku yang ada dilogistik, sedangkan form pengeluaran bahan baku menggambarkan jumlah bahan baku yang keluar disertai jumlah pengurangan
bahan baku yang ada dilogistik. Keluar masuk bahan baku ini dapat dilihat berdasarkan tanggal penerimaan dan pengeluaran bahan baku pada form terkait
yang kemudian disesuaikan dengan keadaan yang ditunjukkan pada persediaan bahan baku Gambar 7.29.
Form persediaan bahan baku menunjukkan keadaan pengurangan dan penambahan jumlah bahan baku di logistik. Keakuratan perhitungan keluar masuk
jumlah bahan baku dapat terlihat dengan jelas seiring dengan jumlah pemesanan yang semakin berkurang sebagai wujud mekanisme penerimaan pemesanan bahan
baku yang diterima tidak secara sekaligus namun secara bertahap.
Universitas Sumatera Utara
BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN
8.1. Kesimpulan