Pola hubungan antara dua pihak: principal dan agent

27 Usaha Mikro Islami Potensi permasalahan baru akan imbul bila agent menerima tawaran kontrak dan terikat dengan kondisi atau prasyarat perjanjian pelaksanaan pekerjaan yang tertulis dalam kontrak tersebut. Sudah dapat dipasikan bahwa agent tersebut menerima kontrak karena uility yang dia harapkan akan diperoleh jauh lebih besar daripada opportunity yang tersedia saat itu. Berikutnya, agent melaksanakan tugas-tugas yang diminta oleh principal atau bekerja sebagai wakil principal atas perusahaan yang diamanahkan, atau toko yang harus dijaga dan dilayani dengan baik. Menariknya, di sini kita dapat lihat bahwa pola kepeningan agent sangat berbeda bentuknya dengan principal. Biaya cost bagi satu pihak principal merupakan upahpendapatan revenueincome bagi pihak lain agent. Sementara itu, tenagakerjaupaya yang diberikan oleh agent seperi yang diinginkan principal menjadi beban atau costly bagi agent. Pola yang menunjukkan conlict of interest di atas akan dieksplorasi untuk dapat memformalisasikan pola hubungan yang saling menguntungkan.

2.2.1 Asumsi Dasar Kontrak.

Kontrak merupakan kesepakatan kedua belah pihak, yang kemudian menjadi keharusan untuk menuliskan hak dan kewajiban yang rinci dengan memasukkan besarnya pembayaran yang akan diterima agent sebagai kompensasi atas usahakerjanya. Menjadi sangat pening untuk memasukkan unsur-unsur variable-variabel yang bisa diveriikasi dalam suatu kontrak, sehingga pihak independent arbitrator mudah menilai apabila ada permasalahan atau sengketa di kemudian hari. Dengan jelasnya tertulis unsur- unsur dalam kontrak, mudah menilai apakah salah satu pihak idak memenuhi kesepakatan dan bisa diambil jalan keluar dengan memeriksa unsur-unsur yang dapat diveriikasi. Bagaimana dengan informasi-informasi yang idak dapat diveriikasi ada dalam kontrak? Dalam kasus ini akan sulit, sebab hanya tergantung pada independent arbitrator dalam menyelesaikan sengketa, karena sulit memveriikasi mana-mana saja pihak yang idak memenuhi kontrak. Pihak pengadilan pun akan kesulitan untuk merumuskan kesepakatan yang idak dapat diveriikasi seperi ini. Bagaimanapun informasi sangat pening dalam menetapkan variabel yang dapat diveriikasi dalam sebuah kontrak. Untuk lebih mengeri bagaimana aturan main kontrak, mari kita lihat contoh berikut di mana pemegang saham sebagai principal dan manajer yang mereka kontrak sebagai agent. Sangat logis 28 Usaha Mikro Islami bila pemegang saham principal menginginkan mengontrak manajer agent terbaik, walaupun terkadang mereka sadar bahwa manajer bagus sangat mahal. Principal mau membayar mahal agar memperoleh hasilproit yang maksimum bagi perusahaannya. Dalam hal ini, pemegang saham merupakan pihak yang idak berada dalam keadaan yang bisa mengontrol sepenuhnya jalannya perusahaan, sehingga benar-benar tergantung pada kinerja manajer. Dalam isi kontrakpun menjadi idak memungkinkan memasukkan “perilaku” manajer sebagai unsurvariabel karena idak dapat diveriikasi non-veriiable variable . Singkat kata, pemegang saham idak memiliki “informasi yang sempurna” yang berhubungan dengan karakter manajer yang dia pekerjakan, baik di ingkat individu maupun kelompok. Oleh karena itu, sangatlah sulit menetapkan unsur-unsursyarat-syarat dalam kontrak yang tergantung pada kompetensi tertentu atau ukuran kualitas seorang manajer. Informasi seperi inilah yang menjadi keuntungan dan memberikan kebebasan tersendiri bagi manajer untuk memperkuatmemperbesar manfaat uility dibandingkan dengan pemegang saham. Di sinilah kita belajar bagaimana suatu kontrak dibuat dengan memperimbangkan “asymmetric informaion” antara principal dan agent. Berbagai kasus akan terjadi apabila kedua belah pihak memiliki asymmetric informaion dan juga conlict of interest. Secara teori, agency problem dari permasalahan ini dibagi menjadi 3 bagian utama, yaitu: Moral Hazard, Adverse Selecion dan Signalling. Dalam situasi moral hazard, principal idak bisa mengakses atau mengamai perilaku agent, baik dalam berakivitas maupun pengambilan keputusan. Pada kasus seperi ini, solusinya adalah dengan memasukkan unsur “insenif” melalui syarat- syarat yang tertuang dalam kontrak. Suatu situasi adverse selecion muncul keika sebelum menandatangani suatu kontrak, agent menyadari beberapa informasi yang relevan di mana principal sama sekali idak mengetahui mengabaikannya. Solusi untuk permasalahan ini adalah menawarkan beberapa alternaif kontrak dan pilihan untuk agent di antara beberapa alternaif. Alternaif-alternaif ini naninya akan mampu mengungkap informasi tersembunyi. Sedangkan model Signalling berhubungan dengan situasi di mana salah satu pihak mengetahui beberapa informasi yang sangat pening yang mana disinyalkandisampaikan ke pihak lain melalui perilaku parisipan yang mendapat informasi tersebut. 29 Usaha Mikro Islami Exhibit 2.1 Alur Proses Terjadinya Suatu Kontrak Kerja Sejainya, kita idak bisa mengasumsikan bahwa kedua belah pihak memiliki informasi yang benar-benar sempurna dari keseluruhan hubungan selama kontrak perfect and symmetric informaion, namun seperinya kedua belah pihak memiliki posisi yang sama symmetri tapi kemungkinan imperfect informaion. Oleh karena itu, kita idak mengeluarkanmengabaikan kemungkinan adanya elemen random yang memengaruhi hubungan keduanya. Agar mampu mewakili keberadaan sebuah random variable, kita sebaiknya mengatakan bahwa ada variabel penentu lain dari luaralam dalam memutuskan sesuatu. Melalui garis di atas mudah untuk dilihat bahwa dalam hubungan kontraktual terdapat banyak alasan untuk mengharapkan satu dari pihak-pihak terkait dapat memiliki lebih banyak informasi daripada yang lainnya untuk beberapa aspek yang relevan.

2.3. Tipe - Tipe Masalah Asymmetric Informaion

2.3.1. Moral Hazard

Permasalahan moral hazard terjadi keika akivitas agent idak dapat diveriikasi atau keika agent menerima informasi yang hanya diketahui sendiri setelah suatu kontrak ditandatangani. Dalam permasalahan moral hazard ini, seluruh parisipan yang terlibat memiliki informasi yang sama keika suatu hubungan atau kesepakatan ditetapkan dalam suatu kontrak, dan asymmetric informaion munculmulai terjadi dari kenyataan bahwa sekali kontrak telah ditandatangani, principal idak dapat mengamai, mengobservasi dan memveriikasi akivitas usaha agent. Ininya, principal idak dapat mengontrol seluruh akivitas yang dilakukan agent. Situasi ipe ini dimodelkan dengan mengasumsikan bahwa usaha agent yang idak dapat diveriikasi dan ditawarkan sesudah kontrak ditandatangani, sehingga variabel ini idak dapat dimasukkan ke dalam persyaratan kontrak. Oleh karena itu, gajiupah pembayaran agent idak dapat tergantung pada 30 Usaha Mikro Islami usaha yang ditawarkannya atau apa yang dia telah tuliskan dalam kontrak. Situasi moral hazard yang terjadi dengan ime-schedule dapat dilihat di bawah ini. Exhibit 2.2 Proses terjadinya Moral Hazard Bayangkan bagaimana situasi di pasar kerja. Meskipun kinerja pekerja agent dapat diveriikasi, misalnya berapa unit barang yang terjual, namun segala macam usaha menjual barang tersebut idak dapat diveriikasi untuk diapresiasi oleh principal. Sebagai contoh, seorang penjual asuransi jiwa yang menjual polis asuransi. Penjual asuransi ini akan menerima kontrak yang ditawarkan jika kontrak tersebut menjamin dia mendapat beneit sama dengan uility yang dia harapkan sebagai peluang terbaik yang ada saat itu. Hasilnya tentulah seberapa banyak polis asuransi jiwa yang terjual yang dapat diveriikasi tanpa memedulikan seberapa keras upayanya dalam menjual polis tersebut idak dapat diveriikasi. Pada kenyataannya, waktu yang dihabiskan untuk menjual polis asuransi tersebut idak dapat dikontrol. Oleh karena itu, perusahaan asuransi idak dapat mengaitkan upah penjualsales asuransi ini langsung dengan upayanya menjual tapi hanya dengan berapa polis yang mampu dia jual. Contoh lainnya adalah, seorang penelii idak akan opimal bila dibayar dengan gaji yang tetap per bulan sesuai dengan jam yang dihabiskan bekerja di laboratorium, misalnya 8 jam sehari. Sangat sulit bagi pimpinan riset principal untuk membedakan bahwa penelii ini sedang berpikir keras mengenai peneliiannya atau sedang melamun merencanakan liburan di akhir pekan. Dapat disimpulkan bahwa sangat sulit mengontrol input yang idak dapat diveriikasi, seperi usaha-usaha dan pemikiran-pemikiran yang dilakukan. Selain itu, sejalan dengan keidakpasian project riset di masa yang akan datang banyak hal-hal yang idak bisa diveriikasi hasilnya. Dalam banyak kasus, pekerja agent dapat mengobservasi lebih dalam akan