23
Usaha Mikro Islami
Exhibit 1.15 Micro Enterprise Insituional Arrangement Mechanism
Untuk meningkatkan ingkat persaingan, maka haruslah dikembangkan berbagai keunggulan komparaif dan kompeiif dari suatu usaha dengan
menggunakan gaya kepemimpinan dan manajemen yang baik. Transparansi dan akuntabilitas merupakan hal yang tak terelakkan lagi dalam berbisnis, di
mana kepercayaan trust merupakan kunci pening berbisnis di era digital saat
ini. Sumber pendanaan akan mudah diakses selama pengelolaan dilakukan dengan
good governance. Bab berikutnya bab 2 dari buku ini akan mendalami bagaimana peran
informasi terhadap pengambilan keputusan usaha dan apa implikasi ekonominya terhadap suatu kontrak kerjausaha. Kontrak yang opimal
tentulah yang diinginkan tercapai. Tapi, ternyata idaklah mudah mendapatkan kontrak yang opimal karena berbagai asymmetric informaion terjadi secara
alamiah sebagai konsekuensi dari agency theory yang menciptakan
conlict of interest antara kepeningan pemberi kerja principal -- dalam hal ini bisa
pimpinan usahamajikantuan tanah -- dan kepeningan pekerjakaryawan agent.
Belajar dari realitas usaha mikro yang tertaih-taih dijalankan agar keluar dari himpitan kemiskinan dan potret nyata kemiskinan di sekitar kita, akan bisa
terlihat dan kita pelajari di Bab 3. Sedangkan success story dari usaha mikro yang bisa menginspirasi untuk dikembangkan oleh orang-orang yang isimewa,
kreaif dan inovaif, dapat dipelajari di Bab 4 buku ini. Bab 5 bercerita mengenai bagaimana harus terintegrasinya pendekatan yang dilakukan bagi pengusaha
mikro agar mampu mandiri dan pindah dari posisi mustahik menjadi muzaki di
24
Usaha Mikro Islami
kemudian hari. Mekanisme pemberian pendampingan spiritual dan pelaihan manajerial dan teknologi yang sistemais dijelaskan di bab ini. Hasil riset dari
penerapan ini pun dapat dipelajari untuk mengetahui aspek apa saja yang perlu diperhaikan dalam membina usaha mikro guna melepaskan keluarga
mereka dari kemiskinan yang selama ini dialami.
Ringkasan
l
Pengusaha mikro memainkan peranan yang sangat signiikan dalam mendukung ketahanan ekonomi, baik di Indonesia maupun secara
internasional. Ketahanan tersebut mencakup kapasitas produksi ekonomi, penyediaan lapangan kerja, dan penopang kesejahteraan
secara umum, termasuk di dalamnya program pengentasan kemiskinan nasional.
l
Diperlukan suatu pendekatan yang tersistemais dan komprehensif dalam pengembangan usaha mikro, sehingga memiliki ketahanan yang
lebih inggi dalam menghadapi seiap potensi goncangan keuangan dan ekonomi.
l
Seiap negara memiliki itur yang berbeda-beda satu dengan yang lain. Fitur tersebut dipengaruhi oleh faktor endowment, kultur, dan struktur
ekonomi. Maka diperlukan suatu upaya yang maksimal untuk dapat mengenali karakterisik tersebut sehingga potensi dapat dimaksimalkan.
25
Usaha Mikro Islami
2.1 Pendahuluan
Terkadang kita mendapai fakta di mana seorang pekerja idak menunjukkan kesungguhan dalam bekerja sebagaimana yang diharapkan. Mereka rela
mengantri panjang dengan mengobrol satu sama lain saat makan siang, menggunakan handphone dan media sosial lainnya selama waktu bekerja,
mengobrol di telepon berlama-lama dengan teman, keluarga, atau isirahat berlebihan setelah makan siang. Ininya, sering kali pekerja bekerja idak
profesional atau idak memberikan yang terbaik bagi perusahaanmajikannya. Hal tersebut idak idak hanya terjadi pada pekerja kantoran, banyak buruh
tani, pelayan toko, pedagang dan pekerja lainnya idak bekerja sebagaimana seharusnya selama jam kerja dan cenderung “killing ime”, membuang-buang
waktu, dalam menunggu jam kerja berakhir lalu segera pulang. Ini semua sangat berpengaruh kepada eisiensi dan efekivitas produksi usaha dan pada
akhirnya menentukan ingkat keuntungan suatu usaha. Untuk situasi seperi ini, kebanyakan kita berpikir bahwa “wajar saja hal di atas terjadi karena upah
gaji mereka idak tergantung dari berapa banyak klien yang dilayani, hasil kebun atau pertanian yang dihasilkan, atau proyek yang dikerjakan. Apakah
masalahnya? Di balik masalah ini semua, idak mengerinya opimalisasi kontrak dan kurangnya insenif yang dibuat dalam suatu perjanjian kontrak
kerja merupakan salah satu jawabannya.
Dalam beberapa kasus di lapangan, kita dapat melihat bahwa penyusunan kontrak kerja yang baik mampu mengarahkan perilaku ekonomi yang
diharapkan oleh pemberi kerja. Sangatlah wajar apabila muncul berbagai macam pertanyaan dibenak kita, ipe-ipe kontrak seperi apa yang sebaiknya
kita buat untuk menganisipasi kondisi-kondisi yang khusus?
Dalam memahami kasus-kasus di atas, analisis yang lengkap mengenai karakterisik suatu kontrak yang opimal menjadi sangat pening untuk
dilakukan. Apakah sebaiknya kita membayar karyawan dengan gaji tetap
BAB II TEORI DAN APLIKASI
KONTRAK USAHA MIKRO
26
Usaha Mikro Islami
perbulan atau memberikan porsi variabel berdasarkan kinerja mereka? Apakah sebaiknya pekerja bangunan dibayar upah bulanan atau mingguan
atau menggunakan sistem borongan saja? Apakah buruh tani dibayar bulanan atau berbagi persentase keuntungan dengan pemilik lahan?
Dengan mengeri karakterisik hubungan antar principal dan agent, maka pertanyaan-pertanyaan di atas dapat terjawab dengan baik. Kita berharap
kualitas karyawan akan menjadi opimal karena model kerja sama akan dapat mengopimalkan efort dari agent dengan skema yang saling menguntungkan.
2.2 Pola hubungan antara dua pihak: principal dan agent
Kita dapat mengasumsikan suatu hubungan satu sama lain, di mana pihak pertama yang memberi kontrak kita sebut “principal” dan pihak yang
menerima kontrak kita sebut “agent”. Dalam kasus perusahaan, pemegang saham bisa dianggap sebagai principal dan manajer perusahaan sebagai
agent
. Baik principal maupun agent dapat sebagai individu, lembaga, organisasi atau pusat-pusat studi. Agent merupakan pekerja yang
diamanahkan untuk mengelola sebuah perusahaanproject oleh principal berdasarkan suatu kontrak yang telah ditandatangani. Kontrak disepakai
dan ditandatangani oleh kedua belah pihak dengan pembayaran tertentu. Biasanya seorang pimpinan principal mendesain kontrak yang akan
ditawarkan kepada agent dan agent mempelajari isi kontrak tersebut untuk kemudian memutuskan apakah ditandatangani atau ditolak.
Logikanya, seorang agent akan menerima suatu kontrak apabila uility manfaat yang diperoleh lebih besar daripada uility manfaat dengan
idak menerima kontrak tersebut. Kita namakan ingkatan manfaat ini sebagai reservaion uility.
Dalam kasus ini, kita mengasumsikan bahwa agent idak memiliki kekuatan tawar principal bilateral bargaining dan hanya principal yang memiliki
“bargaining power”. Sehingga, dalam kondisi ini principal akan mengajukan penawaran sepihak kepada agent dengan pilihan “take it or leave it”.
Diasumsikan pula bahwa jenis pekerjaan yang ditawarkan principal ini dapat dengan mudah disubsitusi oleh agent yang lain dari labor market. Alhasil,
jika satu agent idak bersedia dengan penawaran kontrak yang diajukan oleh principal
, masih banyak agent lain yang akan mengganikan menjalankan kontrak.