FUNGSI EKONOMI-BISNIS TANAH WAKAF

79 Sumuran Harahap Pengarah, Bunga Rampai Perwakafan Jakarta: Direktorat Pemberdayaan Wakaf Depag RI. 2006, hlm. 155-157. 80 Undang-Undang Dasar 1945, pasal 34, ayat 3 81 Undang-Undang Nomor 5, Tahun 1960, pasal 6. 82 Undang-Undang Nomor 5, Tahun 1960, pasal 7.

3. Tanah di Pinggir Pantai

Berdasarkan lokasinya, tanah wakaf di pinggir pantai dibedakan menjadi dua: a pinggir laut, dan b rawa bakau. Jenis usaha yang cocok untuk tanah wakaf di pinggir laut antara lain: tambak ikan, objek wisata, dan atau home industri kerajinan. Sedangkan jenis usaha yang cocok untuk tanah wakaf yang terletak di rawa bakau adalah perkebunan. 79 Secara lebih mudah, potensi penggunaan tanah wakaf dapat dilihat pada gambar berikut. Potensi Pemanfaatan Tanah Wakaf di Tepi Pantai No Jenis Lokasi Tanah Jenis Usaha 1 Pinggir laut 1 Tambak ikan 2 Objek wisata 3 Homie Industri Kerajinan 2 Rawa bakau Perkebunan

G. FUNGSI EKONOMI-BISNIS TANAH WAKAF

Seperti diamanatkan dalam konstitusi, Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. 80 Oleh karena itu, semua hak atas tanah memunyai fungsi sosial, 81 dan pemilikan serta penguasaan atas tanah dibatasi agar tidak merugikan kepentingan umum. 82 Dalam penjelasan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 196o dijelaskan asas kepemilikan dan pemanfaatan tanah, yaitu keseimbangan. Keseim- bangan yang dimaksud adalah 1 penggunaan tanah yang dimiliki seorang atau pihak tertentu tidak boleh hanya untuk kepentingan pribadinya, apalagi merugikan pihak lain; 2 tanah harus dipelihara 83 Penjelasan Undang-Undang Nomor 5, Tahun 1960, Penjelasan Umum, II, 4. 84 Undang-Undang Nomor 5, Tahun 1960, pasal 28. 85 Peraturan Pengganti Undang-Undang Nomor 56 Tahun 1960, pasal 1, ayat 2. 86 Peraturan Pengganti Undang-Undang Nomor 56 Tahun 1960, pasal 2, ayat 2. 87 Peraturan Pengganti Undang-Undang Nomor 56 Tahun 1960, pasal 1, ayat 4. 88 Peraturan Pengganti Undang-Undang Nomor 56 Tahun 1960, pasal 8. secara baik agar kesuburannya bertambah dan dicegah kerusakannya; 3 kewajiban memelihara tanah tidak hanya dibebankan kepada pemilik, tapi dibebankan pula pada setiap orang, badan hukum, dan instansi pemerintah; 4 penggunaan tanah harus memperhatikan kepentingan pihak ekonomi lemah. 83 Tanahsecara ekonomi-dapat digunakan untuk sektor pertanian, dan peternakan. 84 Tanah pada prinsipnya dikuasi oleh negara dan dimanfaatkan sebesarbesarnya untuk kemalanuran masyarakat. Oleh karena itu, tanah tidak boleh diterlantarkan. Dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 196o pasal 16 diltatakan bahwatanah dapat digunakanuntuksektor pertanian, danpeternakan. Dalam Peraturan Pengganti Undang-Undang Perpu Nomor 56 Tahun 196o ditetapkan jumlah maksimum dan minimum tanah yang dijadikan lahan pertanian. Luas lahan pertanian yang dikusai oleh seorang tidakboleh lebflidari 2o duapuluh hektar. 85 Dalamkeadaankhusus,luas maksimumlahanpeitamanyang dllkuasai oleh seseorang dapat ditambah menjadi 2,5 dua puluh lima hektar. 86 Luas tersebut tidak berlaku bagi: 1 tanah pertanian yang dikuaai dengan hak guna usaha atau hak pakai lainnya yang bersifat sementara yang didapat dari pemerintah, dan 2 tanah pertanian yang dikuasai badan hukum. 87 Di samping batas maksimum, Perpu tersebut juga mengatur batas minimum penguasaan tanah pertanian. Luas minimum ini secara implisit memperlihatkan aspek ekonomi-bisnis pertanian. Pertama, pemerintah melakukan usaha-usaha agar setiap petani beserta keluarganya memiliki tanah pertanian minimum 2 dua hektar. 88 Kedua, pengalihan –kecuali melalui pembagian waris –tanah pertanian dilarang apabila pengalihan mengakibatkan lahan tersebut kurang dari 2 dua hektar. Ketiga, jika dua orang atau lebih memilild lahan pertanian yang luasnya kurang dari 2 dua hektar, dalam satu Tahun –setelah berlakunya Perpu tersebut –wajib mengusahakan agar tanah pertaniannya mencapai dua hektar. Jika keharusan tersebut gagal 89 Peraturan Pengganti Undang-Undang Nomor 56 Tahun 1960, pasal 9. 90 Setidaknya Boedi Harsono tidak memuat Peraturan Pemerintah tersebut. Lihat Boedi HArsono, Hukum Agraria Indonesia: Himpunan Peraturan-Peraturan Hukum Tanah Jakarta: Djambatan. 2006, cet. Ke-17. 91 Inpres Nomor 1 Tahun 1991 tentang Penyebarluasan Kompilasi Hukum Islam, Buku III, pasal 189, ayat 1. 92 Lulusa “ DEA , E ole Natio ale “upe ieu d Ag o o ie, I stitut Natio ale Plyte h i ue de Tousouse, Perancis 1994; sekarang sebagai peneliti, dosen, juga praktisi di bidang pertanian pada Fakultas Pertanian, Universitas Padjajaran Bandung. dipenuhi, tanah pertanian tersebut harus dialihkan kepada pihak lain dengan memperhatikan batas minimum luas tanah pertanian. Keempat, pembagian waris tanah pertanian yang kurang dari 2 dua hektar diatur dengan peraturan pemerintah. 89 Akan tetapi, hingga sekarang peraturan panerintahtentangpembagianwaristanahperanianbelum pernahditerbitkan. 90 Sementara dalam Kompilasi Hukum Islam terdapat klausul yang menyatakan bahwa bila warisan yang akan dibagi berupa lahan pertanian yang luasnya kurang dari-2 dua hektar, supaya dipertahankan kesatuannya sebagaimana semula, dan dimanfaatkan untuk kepentingan bersama para ahli waris yang bersangkutan. 91 Dengan demikian, secara implisit dapat ditangkap bahwa luas lahan pertanian yang produktif, dalam arti dapat menghasilkan produk pertanian yang membuat pengelolanya hidup dalam kecukupan, minimum dua hektar. Wakaf produktif dalam konteks ini berarti pengelolaan tanah wakaf di bidang pertanian luasnya minimum dua hektar. Sebaliknya, tanah wakaf yang berupa lahan pertanian yang kurang dari dua hektar tidak dapat diharapkan untuk menjadi lahan wakaf yang produktif. Pernyataan tersebut masih menyisakan pertanyaan: Subbidang pertanian apa yang bernilai secara ekonomi jika tanahnya minimum dua hekta ? Barang kali pertanyaan inilah yang bisa membuka wawasan pihak pihak yang berkepentingan dalampengembanganwakafdanmemaksimumkanfungsitanahwakaf. Nursuhud 92 menduga bahwa batas minimum dua hektar diperuntukan bagi tanah pertanian yang membudidayakan padi. Sementara untuk budi daya selain padi, tidaklah terlalu penting memperhatikan batas minimum tersebut. Selanjutnya, Nursuhud menjelaskan bahwa budi daya tanaman hias cukup dilakukan di atas tanah sekira satu hektar saja. Apalagi sekarang dikembangkan beberapa jenis pertanian yang berorientasi pasar, seperti pertanian bagi masyarakat urban yang lebih mementingkan aspek 93 Wawancara, responden: Nursuhud, pada tanggal 3 April 2008; di Jatinangor; Sumedang. 94 Wawancara, responden: Nursuhud, pada tanggal 6 April 2008; di Jatinangor; Sumedang. permintaan pasar dan dijaga kesinambungannya. Tentu saja, konsep pertanian yang berbasis pariwisata alam –seperti memetik buah stroberi secara langsung di kebun –dan green house rumah tanaman yang sekarang dikembangkan berhubungan dengan ketersediaan lahan pertanian yang semakin terbatas. 93 Dengan demikian, luas tanah pertanian sebagai ukuran produktivitas yang layak dan memakmurkan petaninya masih bersifat sementara karena bergantung pada jenis atau bidang pertanian yang dikembangkan. Sekadar pengetahuan untuk mengetahui kelayakan usaha pertanian: 1 Untuk budi daya padi dalam satu manajemenkorporasikelompok tani adalah 200 hektar. Oleh karena itu, para petani kecil diharuskan bergabung dalam bentuk koperasi atau yang lainnya demi menjaga kualitas ekonomi lahan pertanian. 2 Untuk budi daya kedelai diperlukan lahan minimum 200 hektar. 3 Untuk usaha di bidang holtikultura tanaman hias dan sayuran diperlukan lahan minimum 20hektar dalam satu manajemen. 4 Untuk usaha di bidang buah-buahan diperlukan lahan minimum Zoo hektar am satu manajemen. 94 Di samping pertanian, tanah wakaf juga dapat digunakan untuk penanaman pohon. Di atas tanah wakaf dapat ditanami pohon yang layak tebang sampai umur tertentu. Pohon albasiah dapat ditebang setelah berumur 5 tahun, dan pohon jati dapat ditebang setelah berumur 20dan atau 30 tahun. Dalam konteks kekinian, tanah wakaf dapat didayagunakan dalam berbagai bentuk, antara lain: 1 dijadikan lahan parkir atau garasi; 2 dijadikan tempat usaha seperd cafe atau toko kelontongan; 3 dijadikan gudang yang disewakan kepada pihak lain; 4 dijadikan tempat pertunjukan dakwah dan seni; 5 dijadikan tempat wisata islami yang dilengkapi dengan berbagai fasilitas, seperti tempat olahraga, penginapan, outbond, dan yang lainnya. Tanah wakaf juga dapat digunakan untuk usaha peternakan. Hanya saja, usaha peternakan harus memperhatikan aspek lingkungan secara hati-hati. Jenis peternakan yang bisa dilakukan antara lain peternakan ikan emas, jaer atau lele jumbo, peternakan unggas ayam, burung, atau bebek, peternakan hewan berkaki empat seperti sapi, kerbau, kambing, dan domba. 95 Wawancara, responden: Nursuhud, pada tanggal 2 April 2008; di Jatinangor; Sumedang. 96 Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 1998 tentang Penertiban dan Pendayagunaan Tanah Terlantar; pasal 1, point 5. 97 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960, pasal 10, ayat 1. 98 Muljadi dan Widjaya, Hak-hak atas Tanah, hlm. 288. Perlu diketahui bahwa beternak kambing yang bernilai secara bisnis minimum 50 ekor, dan beternak sapi yang bernilai bisnis minimum 20 ekor. 95 Luas lahan yang diperlukan untuk memelihara ternak tersebut harus diperhitungkan secara matang, terutama lahan untuk kandang, tempat pemandian, dan tempat penanaman rumput untuk pakan. Pengusaha peternakan harus memperhatikaan keadaan alam dan lingkungan karena peternakan memerlukan air-terutama beternak ikan- yang berkesinambungan. Pada musim kemarau, air sering kali harus didistribusikan secara adil karena kurang seimbang antara faktor kesediaan air dengan permintaan akan air. Peternakan ayam, bebek, sapi, kerbau, dan kambing menimbulkan bau yang kurang sedap sehingga harus jauh dari lingkungan perkampungan atau tempat tinggal penduduk. Nazhiryang akan bergerak di bidang peternakan diharuskan memiliki keterampilan dan pengetahuan khusus mengenai pembenihan keterampilan untuk menyortir benih yang berkualitas, kualitas kolam atau kandang yang diperlukan untuk memaksimumkan pemeliharaan, pemberian pakan secara teratur, pengobatan ke dokter hewan jika hewan ternak berpenyakit, jagal, pasar, dan hal-hal lainnya.

H. TANAH WAKAF TIDAK DITERLANTARKAN