WAKAF AIR DAN BAHAN BAKAR MINYAK

139 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004, pasal 16, ayat 1. Dengan memperhatikan pengertian rumah dan pengertian rumah susun yang dijelaskan dalam berbagai peraturan perundang-undangan, dapat diketahui bahwa fungsi utama rumah, rumah susun, dan atau satuan rumah susun adalah sebagai tempat tinggalhunian.Oleh karena itu, jika seseomng atau pihak tertentu mewakaflcan satuan nnnah susun, fimgsi utamanya adalah tempat tinggal. Namun jika pihak atau para pihak yang berhak menerima manfaat wakaf rumah susun tidak menempatinya sebagai tempat tinggal, mereka dapat menyewakannya kepada pihak lain. Mereka dapat memanfaatkan uang sewanya. Dengan demikian, aspek ekonomi dalam wakaf satuan rumah susun sangat terbatas karena keterbatasan cara pemanfaatannya.

3. Wakaf Benda Benda BErgerak: Air, Tambang dan Lain lain

WAKAF BENDA BERGERAK : AIR, BAHAN BAKAR MINYAK DAN KENDARAAN

A. WAKAF AIR DAN BAHAN BAKAR MINYAK

Benda bergerak karena sifatnya dapat dibedakan menjadi dua: 1 benda bergerak yang habis karena pemakaian, dan 2 benda bergerak yang tidak habis karena pemakaian. Dalam menentukan hukum wakaf benda bergerak karena sifat aya, dapat diberlakukan prinsip umum, yaitu wakaf benda bergerak yang tidak habis dipakai hukumnya adalah boleh, dan wakaf benda bergerak yang habis dipakai hukumnya tidak boleh. Setiap kaidah memiliki pengecualian al-mustasnayat. Oleh karena itu, kaidah tersebut jugs memilild pengecualian. Dalam Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf telah diatur mengenai objek wakaf, yakni 1 benda tidak bergerak, dan 2 benda bergerak. Objek wakaf berupa benda bergerak yang tidak habis karena dikonsumsi 139 diatur dalam undang-undang, sedangkan objek wakaf berupa benda bergerak yang habis karena 140 Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2006, pasal 19, ayat 2 dan 3. 141 Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2006, pasal 19, ayat 4. 142 Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2006, pasal 19, ayat 3. 143 Penjelasan Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2006, pasal 19, ayat 3. dimanfaatkan diatur dalam peraturan pemerintah. 140 Dalam peraturan pemerintah ditetapkan bahwa: 1 benda bergerak yang tidak habis karena pemakaian dapat diwakafkan, 141 dan 2 benda bergerak yang habis karena pemakaian tidak dapat diwakafkan kecuali air dan bahan bakar minyak yang persediannya berkelanjutan. 142 Dalam penjelasan peraturan pemenntah ditegaskan bahwa yang dimaksud dengan air dan bahan bakar mnyak yang persediaannya berkelanjutan tidak termasuk sumber daya air dan sumber minyak. 143 Klausul boleh mewakafkan air dan bahan bakar minyak karena persediaannya berkelanjutan, dan penegasan yang terdapat dalam penjelasan peraturan pemerintah yang menyatakan bahwa sumber daya air dan sumber minyak bukan bagian dari wakaf air dan bahan bakar minyak, merupakan ketentuan yang menank dari segi kaidah serta sejarah fikh wakaf. Pertama, pengertian wakaf yang disusun oleh ulama dan dimuat dalam kitab-kitab fikih merujuk kepada sabda Nabi saw. yang menyatakan bahwa harta pokok harus tertahan tidak habis karena dipakai dan yang disedekahkan adalah hasil atau manfaatnya. Oleh karena itu, salah satu syarat wakaf adalah bahwa objek wakaf harus kekal –tidak habis karena dikonsumsi atau dimanfaatkan–maa baqa aynihi. Oleh karena itu, secara implisit terdapat produk ijtihad baru, seakan-akan air dan bahan bakar minyak tidak habis sekali pakai karena persediannya berkelanjutan. Dengan demikian, air dan bahan bakar minyak tetap abadi tidak habis sekali pakai secara hukum, bukan secara fisik. Kedua, ketentuan yang terdapat dalam penjelasan peraturan pemerintah yang menetapkan bahwa sumber daya air dan sumber minyak bukan bagian dari wakaf air dan bahan bakar minyak, juga merupakan terobosan baru. Dalam sejarah wakaf terdapat peristiwa yang relevan dengan wakaf air, yaitu wakaf sumur Raumah bir al- rawmah. Usman Ibn Affan meriwayatkan, suatu ketika Nabi saw. tiba di Madinah tidak memunyai air bersih sehingga beliau menggunakan sumur Raumah. Ketika itulah beliau bersabda, Barang siapa yang membeli 144 Muha ad Ib Is a il Abu Abdullah al-Bukhari al-Ja fi, Shahih al-Bukhari Beirut: Dar Ibn Katsir. 1987, juz III, hlm. 1021: Abu Abdullah Muhammad Ibn Abd al-Wahid Ibn Ahmad al-Hanbali al-Maqdisi, Al-Ahadits al- Mukhtarah Mekah: Maktabahh Nahdhah al-Haditsah. 1410 H, cet. Ke-1, juz I, hlm. 477; Ahmad Ibn al-Husen Ibn Ali Ibn Musa ABi Bakr al-Baihaqi, Sunan al-Baihaqi al-Kubra Mekah: Maktabah Dar al-Baz. 1994, juz VI, hlm 167; dan Ali Ibn Amr Abu al-Hasan al-Dar al-Qurhni al-Bagdadi, Sunan al-Dar-Al-Quthni Beirut: Dar al- Ma ifah. 1966, juz IV, halm. 199 CD. 145 Al-Sayyid Sabiq, Fiqh al-Sunnah Beirut: Dar al-Fikr. 1983, vol. III, hlm. 379-380. sumur Raumah, maka embernya akan ditempatkan bersama ember umat Islam lainnya dengan kualitas yang lebih baik di surga. Usman kemudian berkata, Sumur itu kubeli dengan hartaku sendiri. Sedangkan dalam riwayat lain dikatakan bahwa Usman berkata, Kukosongkan Sumur itu untukkepentingan kaum muslimin. Dalam riwayat lain dijelaskan bahwa Nabi saw. bersabda, Barang siapa mewakafkan hafara sumur Raumah, akan ditempatkan di surga. Usmari ra. berkata, Aku mewakafkannya. 144 Selain riwayat mengenai Usman, wakaf sumur juga pernah dilakukan oleh Saad Ibn Ubadah ra. Suatu saat ibunda Saad Ibn Ubadah meninggal dunia, kemudian Sa`ad bertanya kepada Nabi saw., Sedekah apa yang paling utama yang dapat kulakukan? Nabi saw. menjawab, Air, maka Saad mewakafkan sumur. Nabi saw. kemudian bersabda, pahala dari penggunaan Sumur ini untuk ibunda Sa ad. 145 Dalam riwayat tersebut tidak ditegaskan mengenai objek wakafnya, apakah sumurnya atau airnya. Akan tetapi, pemahaman umum mengatakan bahwa yang diwakafkan adalah sumur Raumah, sementara airnya adalah manfaat dari sumur itu sendiri. Jadi, sumurnya tetap abadi tidak habis karena dipakai, dan airnya adalah manfaat atas tsamarah-nya yang didermakan kepada umat Islam yang memerlukan. Dengan diberlakukannya Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 20o6, dapat dipahami bahwa yang diwakafkan oleh Usman bukanlah sumur Raumah semata, tetapi juga termasuk airnya karena persediaannya berkelanjutan. Dengan demikian, definisi benda objek wakaf mawquf bihi yang terdapat dalam Kompilasi Hukum Islam telah diubah dan diperbaiki dengan definisi objek wakaf yang terdapat dalam Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf. Dalam Kompilasi Hukum Islam dijelaskan bahwa benda wakaf adalah segala benda, baik yang bergerak maupun tidak bergerak yang memiliki daya tahan yang tidak hanya sekali pakai dan bernilai menurut 146 Kompilasi Hukum Islam, pasal 215, point 4. 147 Undang-Undang Nomor 41, pasal 1, point 5. 148 Wawancara pada bulan Mei 2008; responden: Hasanudin Sekretaris Komisi Fatwa MUI Pusat, di Jakarta. 149 Taqiy al-Din Abi Bakr Ibn Muhammad al-Husaini, Kifayat al-Akhyar fi Hall Gayat al-Ikhtishar Semarang: Taha Putra. T.th, juz I, hlm. 318. ajaran Islam. 146 Dalam Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf dijelaskan bahwa harta benda wakaf adalah harta benda yang memiliki daya tahan lama danatau manfaat jangka panjang serta memunyai nilai ekonomi menurut syariah. 147 Kalimat benda yang memiliki daya tahan yang tidak hanya sekali pakai disederhanakan menjadi benda yang memiliki daya tahan lama atau manfaat jangka panjang. Menjelaskan wakaf air dan bahan bakar minyak dari sudut pan- dangan pakar fikih agak sulit. Para pakar fikih menetapkan bahwa objek wakaf tidakhabis sekali pakai maa baqd aynihi, sementara air danbahan bakar minyakhabis sekali pakai. Olehkarena itu,peraturan pemerintah yang menjadikan air dan bahan bakar minyak dadat dijadikan objek wakaf merupakan terobosan yang luar biasa karena beberapa hal: Pertama, pakar fikih memahami bahwa yang diwakafkan oleh Usman ra. adalah sumur bukan air. Airnya disedekahkan sebagai hasil tsamarah dari sumur yang diwakafkan. Nabi saw. menegaskan bahwa wakaf harus tetap pokoknya, dan yang disedekahkan hasilnya, habbasta ashlaha wa tsabbil tsamaratah Oleh karena itu, yang diwakafkan oleh Usman ra. adalah sumurnya, sedangkan yang disedekahkan 148 adalah hasilnya, air. Dengan demikian, yang pantas diwakafkan adalah sumur atau mata air, air nyusu, Sunda dan sumur bahan bakar minyak, sementara air dari sumur dan bahan bakar minyak dari sumur merupakan hasilnya yang dapat disedekahkan. Kira-kira itulah mempertimbangkan wakaf air dan bahan bakar minyak dari sudut pandang pakar fikih. Imam Taqiy al-Din menegaskan bahwa air bukanlah milik perorangan. Pendapat tersebut didasarkan pada sebuah riwayat yang menyatakan bahwa Nabi Muhammad saw. bersabda, Padang rumput, air, dan api milik umat manusia secara bersama-samasyarikat. 149 Jika padang rumput, air, dan api milik bersama, sebenarnya air tidak perlu diwakafkan sebab pada dasarnya wakaf merupakan akad pernyataan yang mengakibatkan pengalihan milik dari milik pribadi menjadi milik publik. Dalam konteks ini, mewakafkan air berarti tahshil al-hashil, 150 Ka ae A. Pewawataat adja, Alte atif I estasi Da a Wakaf, akalah disa paika dala wo kshop i te asio al te ta g Pe be dayaa Eko o i U at elalui Wakaf P oduktif, disele gga aka oleh International Institute of Islamic Thought IIIT dengan Direktorat Jenderal Bimas Islam dan Penyelenggaraan Haji Departemen Agama di Batam, pada tanggal 7-8 Januari 2002, hlm 7. 151 Wahbah al-Zuhaili, al-Fiqh al-Islami wa Adillatuh Damaskus: Dar al-Fikr. 2006, cet. ke-9, vol. X, hlm. 7609. kurang tepat karena tumpangtindih dari segi pengalihan kepemilikan. Meskipun demikian, dalam semangat wakaf produktif, aspek ekonomi dari wakaf air dan bahan bakar minyak adalah bahwa air termasuk di Indonesia sudah termasuk komoditas objek bisnis. Oleh karena itu, aspek manfaat ekonomi dari wakaf sumur air dapat dilakukan dengan cara menjual, menghibahkan, atau menyedekahkan airnya. Secara teori, benda yangdisediakan alam bukanlah komoditi. Namun jika persedian terbatas dan permintaan meningkat, mendorong benda yang disediakan alam yang berupa air berubah dari barang bukan komoditi menjadi komoditi. Sementara itu, jauh sebelumnya, bahan bakar minyak telah menjadi komoditas. Setelah dilakukan pelacakan terhadap berbagai sumber yang dijadi- kan rujukan dalam penyusunan peraturan perundang-undangan menge- nai wakaf, Karnaen A. Perwataatmadja memperkenalkan wakaf air minum. Secara lengkap Perwataatmadja menulis sebagai berikut: Contoh pertama dari pembiayaan dengan menciptakan harta wakaf baru untuk melengkapi harta wakaf lama adalah wakaf air minum yang dilakukan oleh Usman pada masa Rasulullah saw. Dimotivasi oleh Rasulullah saw., Usman mampu membeli sumber air Ruma yang semula hanya diberikan sebagian, tetapi kemudian pemiliknya setuju menjual lagi sebagian yang lain. 150 Dengan demikian, meskipun yang tertulis dalam Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2oo6 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf adalah wakaf air dan bahan bakar minyak, tetapi yang dimaksud adalah wakaf sumber sumur air dan sumber minyak. Pendapat pakar fikih mengenai objek wakaf memang tidak seragam. Kaidah bahwa maa baqaainih kelihatannya dipahami secara ragam oleh pakar. Imam Malik –seperti dijelaskan dan diikuti oleh Syekh Khalilberpendapat bahwa makanan dan uang dapat dijadikan objek wakaf. 151 Pembahasan mengenai objek wakaf yang berupa bahan bakar minyak belum banyak dilakukan oleh pakar filch. Akan tetapi, Wahbah al- 152 Ibid., hlm. 7938. 153 Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2006, pasal 20. Zuhaili berkomentar mengenai objek wakaf yang berupa air dengan mengatakan, Air dan minyak wangi duhn dapat dijadikan objek wakaf. 152 Setidak-tidaknya, wakaf yang objeknya berupa air dan bahan bakar minyak memiliki sandaran, yaitu pendapat Wahbah al-Zuhaili. Akan tetapi, pendapat yang paling umum adalah bahwa yang dimaksud dengan wakaf air dan bahan bakar minyak adalah wakaf sumber air dan sumber minyak.

B. WAKAF KENDARAAN