Untuk mengetahui kinerja Kepala Sekolah SD Negeri IV Girimarto dalam Strategi Pembelajaran

commit to user 11

C. Tujuan penelitian

Tujuan penelitian adalah : 1. Untuk mengetahui upaya guru SD Negeri IV Girimarto dalam mengelola proses belajar mengajar, terkait dengan : Perencanaan program pembelajaran, Pelaksanaan program pembelajaran, Evaluasi program pembelajaran, dan program tindak lanjut .

2. Untuk mengetahui kinerja Kepala Sekolah SD Negeri IV Girimarto dalam

melaksanakan fungsinya sebagai : Edukator, Manajer, Administrator, Supervisor, Leader, Inovator, dan Motivator. 3. Untuk mengetahui prestasi hasil belajar SD Negeri IV Girimarto 3 tahun terakhir. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praktis antara lain : 1. Manfaat Teoritis a. Untuk menambah dan mengembangkan ilmu pengetahuan yang dapat mendukung teori-teori yang telah ada sehubungan dengan masalah yang diteliti. b. Sebagai bahan masukan dalam rangka meningkatkan keprofesionalan guru dan kualitas pembelajaran peserta didik di sekolah. c. Sebagai dasar untuk mengadakan penelitian lebih lanjut bagi peneliti yang lain. commit to user 12 2. Manfaat Praktis a. Bagi Dinas Pendidikan Kabupaten Wonogiri agar mengetahui upaya guru dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran peserta didik yang telah dilaksanakan. Selanjutnya akan digunakan sebagai rujukan dalam mempertimbangkan, menetapkan, dan melaksanakan Kebijakan Dinas Pendidikan. b. Bagi kepala sekolah dan guru dapat digunakan sebagai wawasan dan wacana baru dalam langkah meningkatkan profesionalitas dan kualitas pembelajaran peserta didik di sekolah Dasar. c. Bagi peneliti sebagai bahan rujukan pendalaman dalam penelitian sejenis. commit to user 13 BAB II KAJIAN TEORI , HASIL PENELITIAN YANG RELEVAN, DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian Teori

1. Profesionalitas Guru a. Pengertian Profesional

Ada beberapa pengertian yang berhubungan dengan profesi keguruan, yaitu profesi, profesionalisme, profesionalitas, profesionalisasi secara umum agar tidak terjadi kesimpangsiuran dalam mengupas profesi keguruan. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia 1993:987, profesi adalah bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian keterampilan, kejuruan, dan sebagainya tertentu. Profesional 1 bersangkutan dengan profesi; 2 memerlukan kepandaian khusus untuk menjalankannya 3 mengharuskan adanya pembayaran untuk melakukannya. Profesionalisme adalah mutu, kualitas, dan tindak tanduk yang merupakan suatu ciri suatu profesi atau orang yang profesional. Profesional adalah: l perihal profesi, keprofesian; 2 berkaitan dengan profesi ada beberapa istilah yang hendaknya tidak dicampuradukkan, yaitu, profesi, profesionalisme, profesionalitas, dan profesionalisasi. Profesi adalah suatu jabatan atau pekerjaan yang menuntut keahlian dari para petugasnya. Artinya, pekerjaan yang disebut profesi itu tidak bisa dilakukan oleh orang yang tidak terlatih dan tidak disiapkan secara khusus terlebih dahulu untuk melakukan pekerjaan itu, dan memiliki kemampuan untuk bertindak secara profesional. Profesional mempunyai makna commit to user 14 mengacu kepada sebutan tentang orang yang menyandang suatu profesi atau sebutan tentang penampilan seseorang dalam mewujudkan unjuk kerja sesuai dengan profesinya. Penyandangan dan penampilan profesional ini telah mendapat pengakuan secara formal maupun informal. Pengakuan secara formal diberikan oleh suatu badan atau lembaga vang mempunyai kewenangan untuk itu, yaitu Pemerintah . Istilah profesi, memang selalu menyangkut pekerjaan, tetapi tidak semua pekerjaan dapat disebut profesi. Untuk mencegah kesimpangsiuran tentang arti profesi dan hal-hal yang bersangkut paut dengan profesi, berikut ini dikemukakan beberapa istilah profesi menurut H.M. Surya 1999:45 sebagai berikut: ”Profesional menunjuk kepada dua hal. Pertama , orang yang menyandang suatu profesi; misalnya sebutan dia seorang profesional. Kedua , penampilan seseorang dalam melakukan pekerjaan yang sesuai dengan profesinya. Dalam pengertian kedua ini, istilaih profesional sering dipertentangkan dengan istilah non-profesional atau amatiran. ”Profesionalisme menunjuk kepada komitmen para anggota suatu profesi untuk meningkatkan kemampuan profesionalnya dan terus-menerus mengembangkan strategi-strategi yang digunakannya dalam melakukan pekerjaan yang sesuai dengan profesinya. ”Profesionalitas” adalah suatu sebutan terhadap kualitas sikap para anggota suatu profesi terhadap profesinya serta derajat pengetahuan dan keahlian yang mereka miliki untuk dapat melakukan tugas-tugasnya. Dengan demikian sebutan profesionalitas lebih menggambarkan suatu keadaan derajat commit to user 15 keprofesionalan seseorang dilihat dari sikap, pengetahuan, dan keahlian yang diperlukan untuk melaksanakan tugasnya. Dalam hal ini para guru diharapkan memiliki profesionalitas keguruan yang memadai sehingga mampu melaksanakan tugasnya secara efektif. ”Profesionalisasi menunjuk pada proses peningkatan kualitas maupun kemampuan para anggota suatu profesi dalam mencapai kriteria yang standar dalam penampilannya sebagai anggota suatu profesi. Profesionalisasi pada dasarnya merupakan serangkaian proses pengembangan keprofesionalan, baik dilakukan melalui pendidikanlatihan pra-jabatan pre-service training maupun pendidikanlatihan dalam jabatan in-service training . Oleh sebab itu, profesionalisasi merupakan proses yang berlangsung sepanjang hayat tanpa henti. Profesional berasal dari kata bahasa Inggris professionalism yang secara leksikal berarti sifat profesional Sudarwan Danim, 2002:22. Kata profesional merujuk pada dua hal pertama orang yang menyandang satu profesi. Orang yang profesional melakukan pekerjaan secara otonom dan mengabdikan dirinya disertai rasa tanggung jawab atas kemampuan profesionalnya , Kedua kinerja atau performance seseorang dalam melakukan pekerjaan sesuai profesinya.Ada tiga pilar pokok yang ditunjukkan untuk suatu profesi,yaitu: pengetahuan, keahlian dan persiapan akademik. Pengetahuan adalah sebagai fenomena yang diketahui yang disistematisasi sedemikian rupa sehingga memiliki daya prediksi, daya kontrol daya aplikasi tertentu. Pengetahuan bermakna kapasitas kognitif yang dimilki oleh seseorang melalui proses belajar. Keahlian bermakna penguasaan substansi keilmuan yang commit to user 16 dapat dijadikan acuan bertindak, persiapan akademik mengandung makna untuk mencapai dejarat profesional diperlukan persyaratan pendidikan khusus berupa pendidikan prajabatan yang dilaksanakan pada lembaga pendidikan formal, khususnya jenjang perguruan tinggi. Profesional adalah suatu proses menuju kepada perwujudan dan peningkatan profesi dalam mencapai suatu kriteria yang sesuai dengan standar tentang guru dan dosen yaitu guru wajib memiliki kualifikasi akademik yang diperoleh melalui pendidikan tinggi program sarjana atau diploma empat. Pada dasarnya profesionalisasi merupakan suatu proses pengembangan keprofesian yang sistematis melalui berbagai program pendidikan baik Pendidikan prajabatan maupun dalam jabatan. Beberapa program profesionalisasi telah dan sedang berjalan antara lain program penyetaraan untuk guru memperoleh derajat kualifikasi profesional sesuai dengan standar yang berlaku seperti penataran dan pelatihan untuk meningkatkan kualifikasi kemampuan guru Depdikbud, 1998. Berdasarkan sejumlah penelitian pendidikan diyakini sebagai salah salah satu faktor yang menentukan tingkat keberhasilan anak didik dalam melakukan proses transformasi ilmu pengetahuan dan teknologi serta internalisasi etika dan moral Indra Djati Sidi, 2001:37 Oleh karena itu tidaklah berlebihan bila masyarakat yang mempunyai kepedulian terhadap pendidikan selalu mengarahkan perhatiannya pada berbagai aspek yang berkaitan dengan guru dan keguruan. Djam’an satori 2000:2-3 menyatakan profesi adalah suatu jabatan atau pekerjaan menuntut keahlian expertise dari para anggotanya. Artinya tidak bisa commit to user 17 dilakukan oleh sembarang orang tidak terlatih dan tidak disiapkan secara khusus untuk melakukan pekerjaan itu. Walter Johnson dalam Djaman Satori, 2000 : 4 mengartikan tugas profesional sebagai orang yang menampilkan suatu tugas khusus yang mempunyai tingkat kesulitan lebih dan biasa, dan mempersyaratkan waktu persiapan dan pendidikan yang cukup lama untuk menghasilkan pencapaian kemampuan, keterampilan dan pengetahuan yang berkadar tinggi. Soedijarto 1998 : 78 menyatakan untuk dapat melaksanakan peran sekolah sebagai lembaga sosialisasi nilai, sikap, disiplin, kemampuan, dan memiliki kedisiplinan diperlukan guru dengan kemampuan rasa tanggung jawab, kepekaan profesional, serta pengabdian kepada profesi, bangsa, dan negara yang lebih tinggi. Lebih lanjut Indra Djati Sidi, 2001:38 menjelaskan bahwa ”Pekerjaan profesional adalah jenis pekerjaan yang,hanya dapat dilakukan oleh orang yang secara khusus dididik secara profesional untuk dapat menjalankan tugas sebagai guru. Sekarang ini masyarakat menginginkan semua pelayanan yang diberikannya adalah yang terbaik misalnya setiap orang tua menginginkan anaknya bersekolah di sekolah yang gurunya profesional. Karena itu peran guru masa depan harus diarahkan untuk mengembangkan tiga inteligensi dasar anak didik yaitu inteleklual, emosional dan moral. Untuk dapat melaksanakan peran tersebut, maka sosok guru masa depan harus mampu bekerja secara profesional, yaitu secara ekonomis terjamin kesejahteraannya, dan secara politis terjamin hak- hak kewarganegaraannya. commit to user 18 Dengan profesionalisme guru maka guru masa depan tidak tampil lagi sebagai pengajar teacher , seperti fungsinya yang menonjol selama ini, melainkan beralih menjadi pelatih coach , pembimbing councelor . Dan manager belajar learning manager . Sebagai pelatih, guru akan berperan seperti pelatih olah raga. Guru mendorong siswanya untuk menguasai alat belajar, memotivasi siswa untuk belajar keras dan mencapai prestasi setinggi-tingginya, dan membantu siswa untuk menghargai nilai belajar dan pengetahuan, sebagai pembimbing guru akan berperan sebagai sahabat siswa menjadi teladan dalam pribadi yang mengundang rasa hormat dan keakraban dari siswa. Sebagai manager belajar, guru akan membimbing siswanya belajar, mengambil prakarsa, dan mengeluarkan ide-ide baik yang dimilikinya. Dengan ketiga peran ini maka diharapkan para siswa mampu mengembangkan potensi diri masing-masing, mengembangkan kreativitas dan mendorong penemuan keilmuan dan teknologi yang inovatif, sehingga para siswa mampu bersaing dalam masyarakat global. Guru yang memiliki kemampuan profesional menurut Soedijarto 1998 : 79-82 adalah guru yang memiliki karakteristik yang dapat: 1 Menyusun siasat belajar mengajar yang berarti bagi tercapainya tujuan pendidikan; 2 Memilih teknik mengajar, bahan pelajaran, bentuk belajar, alat penilaian kemajuan belajar dan alat pelajaran secara tepat dan serasi dengan tujuan yang hendak dicapai; 3 Memahami setiap kegiatan belajar mengajar, dan setiap tahapan bagi pengembangan kemampuan, sikap, dan disiplin siswa; commit to user 19 4 Mengelola proses belajar mengajar secara dinamis, kreatif, dan imajinatif; 5 Siap sedia membantu siswa dalam menghadapi kesulitan belajar; 6 Membangkitkan motivasi belajar siswa; 7 Mendiaknosis latar belakang kesulitan belajar siswa dan menyusun alternatif pemecahannya; 8 Memberikan informasi pendidikan kepada orang tua siswa khususnya yang menyangkut masalah kependidikan yang dihadapi siswa; 9 Memahami arti dari tugas secara keseluruhan mengenai sistem pendidikan nasional; 10 Memahami arti dan kedudukan pendidikan dalam rangka pembangunan nasional yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Sejalan dengan itu, Ornstein dan Levine dalam Soetjipto Kosasi 1999:15 menyatakan bahwa profesi adalah jabatan yang mengandung pengertian : 1 Melayani masyarakat, merupakan karier yang akan dilaksanakan sepanjang hayat tidak berganti-ganti pekerjaan; 2 Memerlukan bidang ilmu dan keterampilan tertentu di luar jangkauan khalayak ramai tidak setiap orang dapat melakukannya; 3 Menggunakan hasil penelitian dan aplikasi dari teori ke praktik teori baru dikembangkan dari hasil penelitian; 4 Memerlukan latihan khusus dalam waktu yang panjang; 5 Terkendali berdasarkan lisensi buku dan atau mempunyai persyaratan khusus yang ditentukan untuk dapat mendudukinya; commit to user 20 6 Otonomi dalam membuat keputusan tentang ruang lingkup kerja tertentu atau adanya persyaratan tertentu tidak teratur orang lain; 7 Menerima tanggung jawab terhadap keputusan yang diambil dan unjuk kerja yang ditampilkan yang berhubungan dengan layanan yang diberikan langsung bertanggung jawab terhadap apa yang diputuskannya, tidak pindah ke atasan atau instansi yang lebih tinggi, mempunyai sekumpulan untuk kerja yang baku; 8 Mempunyai komitmen terhadap jabatan dan klien, dengan penekanan terhadap layanan yang akan diberikan; 9 Menggunakan administrator untuk memindahkan profesinya, relatif bebas dalam jabatan misalnya: dokter memakai tenaga administrator untuk mendata klien, sementara tidak supervisi dari luar terhadap pekerjaan dokter itu sendiri; 10 Mempunyai organisasi yang diatur oleh anggota profesi sendiri; 11 Mempunyai profesi dan atau kelompok elit untuk mengetahui dan mengakui keberhasilan; 12 Mempunyai kode etik untuk menjelaskan hal-hal yang meragukan atau menyangsikan yang berhubungan dengan layanan yang diberikan; 13 Mempunyai kadar kepercayaan yang tinggi dari publik yaitu kepercayaan diri setiap anggotanya anggota masryarakat selalu meyakini dokter lebih tahu tentang penyakit pasien yang dilayani; 14 Mempunyai status sosial dan ekonomi yang tinggi bila dibanding dengan jabatan lainnya. commit to user 21 Seorang pekerja profesional dapat dibedakan : pertama, seorang teknisi; kedua pekerja profesional dan teknisi dapat saja tampil dengan unjuk kerja yang sama misalnya, menguasai taktik kerja sama, menguasai prosedur yang sama, dapat memecahkan masalah-masalah teknik dalm bidang kerjanya, tetapi seorang yang profesional dituntut menguasai visi yang mendasari keterampilan yang menyangkut wawasan filosofis, pertimbangan rasional dan memiliki pola yang positif dalam melaksanakan serta mengembangkan mutu karyanya T. Raka Joni, 1991 : 6

b. Profesionalitas Guru

Di dalam lingkup satuan pendidikan yang terkecil yaitu sekolah, guru memegang peranan yang sangat penting dan strategis. Kelancaran proses seluruh kegiatan pendidikan terutama di sekolah, sepenuhnya berada dalam tanggung jawab guru adalah seorang pemimpin yang harus mengatur, mengawasi, dan mengelola seluruh kegiatan proses pembelajaran di sekolah yang menjadi tanggung jawabnya. Dalam menghadapi tuntutan situasi perkembangan zaman dan pembangunan nasional,sistem pendidikan nasional harus dapat dilaksanakan secara tepat guna dan hasil guna dalam berbagai aspek, dimensi, jenjang, dan tingkat pendidikan. Keadaan tersebut pada akhirnya akan menuntut para pelaksana dalam bidang pendidikan untuk mampu menjawab tantangan itu melalui fungsinya sebagai guru. Guru merupakan ujung tombak yang berada pada garis terdepan yang langsung berhadapan dengan siswa melalui kegiatan commit to user 22 pembelajaran di kelas dan di luar kelas. Para guru jelas dituntut untuk dapat melaksanakan seluruh fungsi profesionalitas secara efektif dan efisien. Pendidikan pengajaran dilaksanakan secara profesional yaitu dilaksanakan secara sungguh- sungguh dan didukung oleh para petugas profesional. Guru yang profesional adalah guru yang memiliki keahlian, tanggung jawab, dan rasa kesejawatan yaitu rasa kebersamaan di antara sesama guru, yang didukung oleh etika profesi yang kuat Depdikbud, 1998. Berdasar uraian tersebut maka diharapkan guru memiliki kompetensi memadai yang meliputi intelektual, sosial, spiritual, pribadi, moral, dan profesional. Profesionalisasi pada dasarnya merupakan serangkaian proses pengembangan profesional, baik dilakukan melalui pendidikanlatihan prajabatan maupun latihan dalam jabatan. Oleh karena itu profesionalisasi merupakan proses sepanjang hayat yang tidak pernah berakhir selama seseorang itu telah menyatakan dirinya sebagai warga suatu profesi. Menurut Richey 1973:273 dalam Surya 1999: 45 guru yang profesional memiliki kualitas mengajar yang tinggi. Ada lima variabel yang menandai kualitas mengajar yang tinggi yakni membuat perencanaan dan persiapan mengajar, menggunakan alat bantu mengajar dalam berbagai pengalaman baru yang tinggi dan mengikutsertakan dalam pengalaman baru yang tinggi. Selanjutnya H. M. Surya,1999 : 55 menyatakan bahwa ciri-ciri profesi yaitu: ”1 ada standar untuk kerja yang baku dan jelas. 2 ada lembaga pendidikan khusus yang menghasilkan pelakunya dengan program dan jenjang pendidikan yang baku dan memiliki standar akademik yang memadai dan bertanggung jawab tentang pengembangan ilmu pengetahuan yang melandasi profesi itu; 3 adanya organisasi profesi yang commit to user 23 mewadahi para pelakunya untuk mempertahankan dan memperjuangkan eksistensi dan kesejahteraannya; 4 ada etika, kode etik yang mengatur perilaku etik pada pelakunya dalam memperlakukan klienya; 5 ada sistem imbalan terhadap jasa layanannya yang adil dan baku dan 6 ada pengakuan masyarakat terhadap pekerjaan itu sebagai suatu profesi Menurut Gordon 1997:381 guru yang profesional yaitu guru mempunyai kinerja yang baik adalah guru yang efektif dalam menjalin hubungan dengan siswanya sehingga terjadi saling pengertian, saling percaya antara kedua belah pihak. Lebih lanjut Gordon mengatakan bahwa guru yang efektif adalah guru yang memiliki ciri-ciri: 1 selalu menggunakan bahasa penerimaan dan menghindari bahasa penolakan, 2 lebih mengutamakan pesan saya dari pada pesan anda, 3 memilih metode sama-sama untuk dalam menyelesaikan konflik win-win solution ,4 berdoa dan pasrah kepada Tuhan Yang Maha Esa bila semua telah ditempuh dan permasalahan tetap belum selesai.

c. Kompetensi Profesional Guru

Istilah kompetensi guru Uzer usman, 2002:14 memiliki banyak makna sebagaimana dikemukakan berikut. Descriptive of quality natur teacher behavior appears to be entirely meaningful Broke and Stone, 1975 dalam Uzer.Usman, 2002 : 16. Kompetensi merupakan gambaran hakikat kualitatif dari perilaku Guru yang tampak sangat berarti. Competency its a rational performance which statisfatorily, meets the objective for a desired condition Charles E .Johnson, 1974 dalam Uzer Usman, 2002: 19. Kompetensi merupakan perilaku yang rasional untuk mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang commit to user 24 diharapkan . The state of legally competency or qualified Mc. Leod, 1989 dalam Uzer Usman, 2002 : 20 Keadaan berwewenang atau memenuhi syarat menuntut ketentuan hukum. Adapun kompetensi guru teacher competency the ability of a Teacher to responsibly perform his or her duties appropriately . Kompetensi guru merupakan kemampuan seorang guru dalam melaksanakan profesi keguruannya. Berdasarkan paparan tersebut, standar kompetensi guru menunjukkan kualitas guru. Kompetensi tersebut akan terwujud dalam bentuk penguasaan pengetahuan, keterampilan maupun sikap professional dalam menjalankan fungsinya sebagai guru. Standar kompetensi guru adalah suatu pernyataan tentang kriteria yang disyaratkan, ditetapkan dan disepakati bersama dalam bentuk penguasaan pengetahuan, keterampilan dan sikap bagi seorang tenaga kependidikan sehingga layak disebut kompeten. Tujuan adanya standar kompetensi guru adalah sebagai jaminan dikuasainya tingkat kompetensi untuk dapat melakukan tugasnya secara professional, dapat dibina secara efektif dan efisien serta dapat melayani pihak yang berkepentingan terhadap proses pembelajaran, dengan sebaik-baiknya sesuai bidang tugasnya. Adapun manfaat disusunnya standar kompetensi guru ini adalah sebagai acuan pelaksanaan uji kompetensi, penyelenggaraan diklat, dan pembinaan, maupun acauan bagi pihak yang berkepentingan terhadap kompetensi guru untuk melakukan evaluasi, pengembangan bahan ajar sebagainya bagi tenaga kependidikan. Sepuluh kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh guru menurut Piet A,sahertian dan Alaida Sahertian, 1990 : commit to user 25 1 Kemamapuan menguasai bahan pelajaran yang disajikan 2 Kemampuan mengelola program belajar mengajar 3 Kemampuan mengelola kelas 4 Kemampuan menggunakan mediasumber belajar 5 Kemampuan menguasai landasan-landasan kependidikan 6 Kemampuan mengelola interaksi belajar-mengajar 7 Kemampuan menilai prestasi siswa untuk kependidikan pengajaran 8 Kemampuan mengenal fungsi program pelayanan bimbingan dan penyuluhan. 9 Kemampuan mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah. 10 Kemampuan memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil-hasil Penelitian pendidikan guna keperluan pengajaran. Proses pengembangan standar kompetensi guru dirumuskan secara sistematik melalui langkah-langkah sebagai berikut: 1 Melakukan analisis tugas guru, studi kepustakaan baik dalam maupun luar negeri atau mungkin meminta masukan dari para pakar pendidikan. 2 Mengidentifikasi tugas guru. 3 Menyusun standar kompetensi guru. 4 Melakukan sosialisasi standar kompetensi guru. 5 Melaksanakan uji coba Standar Kompetensi Guru 6 Menganalisis hasil uji coba standar Kompetensi Guru. Indikator kompetensi profesional guru dalam pembelajaran fersi dit. PLP Pengembangan Profesionalisme Tenaga Pengajar, 2005 : 12 adalah : commit to user 26 ”a Menguasai bahan ajar; b Menguasai landasan-landasan kependidikan; c Mampu mengelola program belajar mengajar; d Mampu mengelola kelas; e Mampu menggunakan mediasumber belajar lainnya; f Mampu mengelola interaksi belajar mengajar; g Mampu menilai prestasi peserta didik untuk kepentingan pengajaran; h Mengenal fungsi dan program pelayanan bimbingan dan penyuluhan; i Mampu menyelenggarakan administrasi sekolah; j Memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil- hasil penelitian pendidikan untuk pengajaran”. Dari beberapa pendapat para ahli di atas terkait dengan profesionalitas guru dalam melaksanakan tugasnya, dapat penulis simpulkan bahwa upaya yang dapat dilakukan oleh guru dalam meningkatkan kualitas pembelajaran adalah sebagai berikut: 1. Membuat perencanaan Program Pembelajaran; 2. Melaksanaan Program Pembelajaran; 3. Mengevaluasi Hasil Pelaksanaan Program Pembelajaran dan; 4. Melaksanakan program tindak lanju

2. Kinerja Kepala Sekolah a. Pengertian Kinerja

Menurut Anwar Prabu Mangkunegara 2006:67, istilah kinerja berasal dari kata job performance atau actual performance prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai oleh seseorang. Pengertian kinerja prestasi kerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai commit to user 27 dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diperlukan kepadanya. Jadi kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai tanggung jawab yang diberikan kepadanya.

b. Pengertian Kepala Sekolah

Menurut Wahjosumidjo 2003:83, kepala sekolah terdiri dari kata ”kepala” dan ”sekolah”, kata kepala dapat diartikan ”ketua” atau ”pemimpin” dalam suatu organisasi atau sebuah lembaga, sedang ”sekolah” adalah lembaga menjadi tempat menerima dan memberi pelajaran. Dengan demikian secara sederhana kapala sekolah dapat didefinisikan sebagai ” seorang tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah di mana diselenggarakan proses belajar mengajar, atau tempat di mana terjadi interaksi antara guru yang memberi pelajaran dan murid yang menerima pelajaran”. Kata ”memimpin” dari rumusan tersebut mengandung makna luas, yaitu ”kemampuan untuk menggerakkan segala sumber yang ada pada suatu sekolah sehingga dapat didayagunakan secara maksimal untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan ”. Dalam praktek organisasi kata memimpin mengandung konotasi: menggerakkan, mengarahkan, membimbing, melindungi, membina, memberi teladan, memberikan dorongan, memberikan bantuan. Batapa banyak arti yang terkandung dalam kata memimpin memberikan indikasi yang luas tugas dan peranan kepala sekolah sebagai pemimpin suatu organisasi. commit to user 28

c. Kinerja Kepala Sekolah

Menurut E. Mulyasa 2004:98, kepala sekolah harus mampu melaksanakan pekerjaannya sebagai edukator, manajer, administrator, dan supervisor EMAS. Dalam perkembangan selanjutnya, sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan perkembangan jaman, kepala sekolah juga harus mampu berperan sebagai leader, inovator , dan motivator di sekolahnya. Degan demikian, dalam paradigma baru manajer pendidikan, kepala sekolah sedikitnya harus mampu berfungsi sebagai edukator, manajer, administrator, supervisor, leader, inovator , dan motivator EMASLIM.

a. Fungsi Kepala Sekolah sebagai

edukator atau pendidik Menurut Wahjosumidjo 2005:122-123, memahami arti pendidik tidak cukup dengan berpegang konotasi yang terkandung dalam definisi pendidik, melainkan harus dipelajari keterkaitannya dengan makna pendidikan, sasaran pendidikan, bagaimana strategi pendidikan itu dilaksanakan. Definisi pendidikan seecara leksikal dapat digali dari beberapa sumber antara lain: pendidik, adalah orang yang mendidik, Sedang mendidik diartikan memberikan latihan ajaran, pemimpin mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran sehingga pendidikan dapat diartikan proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Menurut E. Mulyasa 2004:98, kepala sekolah dalam melaksanakan fungsinya sebagai edukator harus memiliki strategi yang tepat untuk meningkatkan profesionalisme tenaga kependidikan di sekolahnya. Menciptakan iklim sekolah yang kondusif, memberikan nasehat kepada warga sekolah, commit to user 29 memberikan dorongan kepada seluruh warga sekolah, memberikan dorongan kepada seluruh tenaga kependidikan serta melaksanakan modal pembelajaran yang menarik, seperti team teaching, moving class, dan mengadakan program akselerasi bagi peserta didik yang cerdas di atas normal. Menurut Wahjosumidjo 2003:123-124, kepala sekolah sebagai seorang pendidik, ia harus mampu menanamkan, memajukan, dan meningkatkan paling tidak empat macam nilai, yaitu : 1 Mental, hal-hal yang berkaitan dengan sifat batin dan watak manusia. 2 Moral, hal-hal yang berkaitan dengan ajaran baik buruk mengenai perbuatan, sikap, dan kewajiban atau moral yang diartikan sebagi akhlak, budu pekerti, dan kesusilaan. 3 Fisik, hal-hal yang berkaitan dengan kondisi jasmani atau badan, kesehatan dan penampilan manusia secara lahiriah. 4 Artistik, hal-hal yang berkaitan dengan manusia terhadap seni dan keindahan. Berdasarkan pendapat para ahli tersebut di atas maka yang perlu diperhatikan oleh setiap kepala sekolah terhadap peranannya sebagai pendidik mencakup dua hal pokok, yaitu sasaran atau kepada siapa perilaku sebagai pendidik itu diarahkan. Sedangkan yang kedua yaitu peranan sebagai pendidik itu dilaksanakan. Adapun sasaran utamanya yaitu para guru atau tenaga fungsional yang lain, tenaga administrasi, dan kelompok para siswa atau kelompok peserta didik kedua sasaran tersebut berupa manusia yang memiliki unsur kejiwaan dan fisik yang berbeda-beda antara manusia yang satu dengan yang lainnya. commit to user 30 Keteladanan juga merupakan sikap seorang edukator yang patut, baik yang perlu dicontoh yang ditampilkan oleh kepala sekolah melalui sikap, perbuatan dan perilaku termasuk penampilan kerja. Penampilan kerja seorang kepala sekolah yang patut dan baik dicontoh oleh para guru, staf dan siswa dapat berupa disiplin, jujur, penuh tanggung jawab, bersahabat, dan sebagainya termasuk pula penampilan fisik seperti cara dan sikap berbicara, berkomunikasi, berpakaian yang bersih, sehat jasmani, rapi, serasi, dan enerjik. Seperti diketahui bahwa kehidupan manusia selalu dikendalikan dan ditentukan oleh faktor-faktor psikis yang ada di dalam dirinya serta kondisi fisik yang dimiliknya. Faktor psikis, seperti pandangan hidup atau sikap keinginan, harapan, harga diri, rasa puas dan sebagainya. Sedangkan kondisi fisik ialah keadaan lahiriah manusia yang bersifat jasmaniah yang diharapkan sehat sehingga mampu mendukung secara serasi unsur-unsur psikis tersebut, sehingga tercipta manusia yang harmonis antara pertumbuhan, perkembangan, kestabilan psikis dengan kondisi jasmani yang sehat bugar. Berdasarkan pendapat para ahli tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa kepala sekolah harus memiliki kemampuan memberdayakan tenaga kependidikan di sekolah diwujudkan dalam memberikan arahan secara dinamis pengkoordinasian tenaga kependidikan dalam pelaksanaan tugas, pemberian hadiah reward bagi mereka yang berprestasi dan pemberian hukuman punisment bagi yang kurang disiplin dalam melaksanakan tugasnya kepala sekolah juga mempunyai kemampuan mendayagunakan sumberdaya sekolah yang harus diwujudkan dalam pendayagunaan serta perawatan sarana prasarana commit to user 31 sekolah, pencatatan berbagai kinerja tenaga kependidikan, dan pengembangan program peningkatan profesionalisme.

b. Fungsi Kepala Sekolah sebagai manajer

Manajemen pada hakikatnya merupakan suatu proses perencanaan, mengorganisasikan, melaksanakan, memimpin dan mengendalikan usaha para anggota organisasi serta mendayagunakan seluruh sumberdaya organisasi dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dikatakan suatu proses karena semua manajer dengan ketangkasan dan keterampilan yang dimilikinya mengusahakan dan mendayagunakan berbagai kegiatan yang saling berkaitan untuk mencapai tujuan. Dalam rangka melalukan peran dan fungsinya sebagai menajer, kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk memberdayakan tenaga kependidikan melalui kerjasama atau kooperatif, memberikan kesempatan kepada para tenaga kependidikan untuk meningkatkan profesinya dan mendorong keterlibatan seluruh tenaga kependidikan dalam berbagai kegiatan yang menunjang program sekolah E. Mulyasa, 2004:103. Temuan di lapangan bahwa kepala sekolah SD Negeri IV Girimarto telah melaksanakan peran dan fungsinya sebagai manajer melalui: Pertama, memberdayakan tenaga kependidikan melaui kerjasama atau kooperatif dimaksudkan bahwa dalam peningkatan profesionalisme tenaga kependidikan di sekolah, kepala sekolah harus mementingkan kerjasama dengan tenaga kependidikan dan pihak lain yang terkait dalam melaksanakan setiap kegiatan. Sebagai manajer kepala sekolah harus mau dan mampu commit to user 32 mendayagunakan seluruh sumber daya sekolah dalam rangka mewujudkan visi, misi dalam mencapai tujuan. Kepala sekolah harus mampu bekerja melalui orang lain wakil-wakilnya, serta berusaha untuk senantiasa mempertanggungjawabkan setiap tindakan. Kepala sekolah harus mampu menghadapi berbagai persoalan di sekolah berfikir secara analitik dan konseptual, serta harus senantiasa berusaha untuk menjadi juru penengah dalam memecahkan berbagai masalah yang dihadapi oleh para tenaga kependidikan yang menjadi bawahannya, serta berusaha untuk mengambil keputuan yang memuaskan bagi semua. Kedua, memberikan kesempatan kepada para tenaga kependidikan untuk meningkatkan profesinya secara persuasif dan dari hati ke hati. Dalam hal ini, kepala sekolah harus bersifat demokratis dan memberikan kesempatan kepada seluruh tenaga kependidikan untuk mengembangkan profesinya secara optimal. Misalnya, memberikan kesempatan kepada bawahan untuk meningkatkan profesinya melalui berbagai penataran dan lokakarya sesuai dengan bidangnya msing-masing. Ketiga, mendorong keterlibatan seluruh tenaga kependidikan, dimaksudkan bahwa kepala sekolah harus berusaha untuk mendorong keterlibatan semua tenaga kependidikan dalam setiap kegiatan di sekolah partisipasif. Menurut Wahjosumidjo 2003:96, kepala sekolah sebagai seorang manajer pada hakikatnya adalah seorang perencana, organisator, pemimpin, dan seorang pengendali. Keberadaan manajer pada suatu organisasi sangat diperlukan, sebab organisasi sebagi alat mencapai tujuan organisasi di mana di dalamnya berkembang berbagai macam pengetahuan serta organisasi yang menjadi tempat commit to user 33 untuk membina dan mengembangkan karir-karir sumberdaya manusia, memerlukan manajer yang mampu merencanakan, mengorganisasikan, memimpin, dan mengendalikan agar organisasi dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Berdasarkan pendapat dari para ahli tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa kepala sekolah harus memiliki kemampuan memberdayakan tenaga kependidikan di sekolah diwujudkan dalam memberikan arahan secara dinamis, pengkoordinasian tenaga kependidikan dalam pelaksanaan tugas, pemberian hadiah reward bagi mereka yang berprestasi, dan pemberian hukuman punisment bagi yang kurang disiplin dalam melaksanakan tugasnya. Kepala sekolah juga mempunyai kemampuan mendayagunakan sumberdaya sekolah yang harus diwujudkan dalam pendayagunaan serta perawatan sarana prasarana sekolah, pencatatan berbagai kinerja tenaga kependidikan dan pengembangan program peningkatan profesionalisme.

c. Kepala Sekolah sebagai administrator

Menurut E. Mulyasa 2005:107-108 kepala sekolah sebagai administrator adalah memiliki hubungan yang sangat erat dengan berbagai aktifitas pengelolaan administrasi yang bersifat pencatatan, penyusunan dan pendokukmenan seluruh program sekolah. Secara spesifik kepala sekolah harus memiliki kemampuan untuk mengelola kurikulum, mengelola administrasi peserta didik, mengelola administrasi personalia, mengelola adminstrasi sarana dan prasarana, mengelola administrasi kearsipan dan mengelola administrasi keuangan. Kegiatan tersebut dilakukan secara efektif dan efeisien agar dapat menunjang produktifitas sekolah. commit to user 34 Untuk itu, kepala sekolah harus mampu menjabarkan kemampuan di atas dalam tugas-tugas operasional sebagai berikut: 1 Kemampuan Mengelola Kurikulum, harus diwujudkan dalam penyususnan kelengkapan data administrasi pembelajaran, penyusunan kelengkapan data administrasi bimbingan konseling, penyusunan kelengkapan data kegiatan praktikum, dan kelengkapan penyusunan data administrasi kegiatan belajar peserta didik di perpustakaan. 2 Kemampuan Mengelola Administrasi Peserta Didik, harus diwujudkan dalam penyusunan kelengkapan dan administrasi peserta didik, penyusunan kelengkapan data administrasi kegiatan ekstra kurikuler, dan kelengkapan penyusunan kelengkapan data administrasi hubungan sekolah dengan orang tua peserta didik. 3 Kemampuan Mengelola Administrasi Personalia, harus diwujudkan dalam kelengkapan data administrasi tenaga guru, serta pengembangan kelengkapan data administrasi tenaga kependidikan non guru seperti pustakawan, laporan, pegawai tata usaha, penjaga sekolah, dan teknisi. 4 Kemampuan Mengelola Administrasi Sarana dan Prasarana, harus diwujudkan dalam pengembangan kelengkapan dan administrasi gedung dan ruang, pengembangan data administrasi mebeler, pengembangan kelengkapan data administrasi alat dan mesin kantor AMK, pengembangan data administrasi buku atau bahan pustaka, pengembangan kelengkapan data dan administrasi laboratorium, serta pengembangan kelengkapan data administrasi alat bengkel dan workshop. commit to user 35 5 Kemampuan Mengelola Administrasi Kearsipan, harus diwujudkan dalam pengembangan kelengkapan data administrasi surat masuk, pengembangan kelengkapan data administrasi surat keluar, pengembangan kelengkapan data administrasi surat keputusan, dan pengembangan kelengkapan data administrasi surat edaran. 6 Kemampuan Mengelola Administrasi Keuangan, harus duwujudkan dengan pengembangan administrasi keuangan rutin, pengembangan administrasi keuangan yang bersumber dari masyarakat dan orang tua peserta didik, pengembangan administrasi keuangan yang bersumber dari pemerintah, yakni uang yang harus dipertanggungjawabkan UYHD, dan dana bantuan operasional DBO, pengembangan proposal untuk mendapatkan bantuan keuangan, seperti hibah atau block grant , dan pengembangan proposal untuk mencari berbagai kemungkinan dan mendapatkan bantuan keuangan dari berbagai pihak yang tidak mengikat. Dalam melaksanakan tugas di atas, kepala sekolah sebagai administrator, khususnya dalam meningkatkan kinerja dan produktifitas sekolah, dapat dianalisis berdasarkan beberapa pendekatan, baik pendekatan sifat, pendekatan perilaku maupun pendekatan situasional. Dalam hal ini kepala sekolah harus mampu bertindak situasional, sesuai degan situasi dan kondisi yang ada. Meskipun demikian pada hakekatnya kepala sekolah harus lebih mengutamakan tugas task oriented , agar tugas-tugas yang diberikan kepada setiap tenaga kependidikan bisa dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Di samping orientasi terhadap tugas, kepala sekolah juga harus menjaga hubungan kemanusiaan dengan para stafnya, agar commit to user 36 setiap tenaga kependidikan dapat melaksanakan tugasnya dengan baik, tetapi mereka tetap merasa senang dalam melaksanakan tugasnya. Dengan demikian, efektifitas kerja kepala sekolah bergantung pada tingkat pembauran antara gaya kepemimpinan dengan tingkat menyenangkan dalam situasi tertentu, ketika para tenaga kependidikan melakukan tugas-tugas yang diembankan kepadanya. Menurut Oemar Hamalik 1992:143-144 kepala sekolah sebagai administrator lebih ditekankan kepada pelaksanaan kepemimpinan dibandingkan dengan administrasi umumnya. Administrasi sekolah disesuaikan dengan kebijakan-kebijakan yang ada, pada hakekatnya lebih mudah dilaksanakan dibandingkan dengan masalah kepemimpinan itu sendiri. Kepemimpinan harus dilatih dalam profesi, dalam masyarakat dan dalam negara serta bangsa. Kepemimpinan dalam hal ini lebih luas artinya dibandingkan dengan pelaksanaan kepemimpinan dalam sistem sekolah. Menurut Ngalim Purwanto 2006:106 kepala sekolah sebagai administrator pendidikan bertanggung jawab terhadap kelancaran pelaksanaan pendidikan dan pengajaran di sekolahnya. Oleh karena itu, untuk dapat melaksanakan tugasnya dengan baik, kepala sekolah hendaknya memahami, meguasai dan mampu melaksanakan kegiatan-kegiatan yang berkenaan dengan fungsinya sebagai administrator pendidikan. Berdasarkan pendapat para ahli di atas, disimpulkan bahwa peranan administrator sekolah sudah tentu berbeda dari administrator dalam bidang- bidang lainnya. Dia berperan sebagai pemimpin profesi kependidikan dan juga sebagai pemimpin sekolah. Peranan kepemimpinan adminstrator sekolah harus commit to user 37 menampilkan keahlian dalam profesionalisasi kependidikan, dalam proses mobilisasi sumber-sumber dan dalam usaha memenuhi kebutuhan atau bekerja memecahkan masalah. Ini berarti seorang administrator sekolah harus memiliki kemampuan menampung, menginventarisasi, mengarahkan tenaga, dan memberikan kemudahan-kemudahan. d. Kepala Sekolah sebagai supervisor Menurut E. Mulyasa 2005:111 kegiatan utama pendidikan di sekolah dalam rangka mewujudkan tujuannya adalah kegiatan pembelajaran, sehingga seluruh aktifitas organisasi sekolah bermuara pada pencapaian efisiensi dan efektifitas pembelajaran. Oleh karena itu salah satu tugas kepala sekolah adalah sebagai supervisor, yaitu mensupervisi pekerjaan yang dilakukan oleh tenaga kependidikan. Sergiovani dan Starrat dalam Mulyasa 2005:111, menyatakan bahwa ” Supervision is a process designed to help teacher and supervisor learn more abaut their practice, to better able to use their knowledge and skills to better serve parents and schools and to make the schools a more effective learning community” . Kutipan tersebut menunjukkan bahwa supervisi merupakan suatu proses yang dirancang secara khusus untuk membentuk para guru dan supervisor dalam mempelajari tugas sehari-hari di sekolah, agar dapat menggunakan pengetahuan dan kemampuannya untuk memberi layanan yang lebih baik pada orang tua peserta didik di sekolah, serta berupaya menjadikan sekolah sebagi masyarakat belajar yang lebih efektif. commit to user 38 Supervisi sesungguhnya dapat dilaksanakan oleh kepala sekolah yang berperan sebagai supervisor, tetapi dalam system yang lebih independen, dan dapat meningkatkan obyektifitas dalam pembinaan dan pelaksanaan tugasnya. Jika supervise dilaksanakan oleh kepala sekolah, maka ia harus mampu melakukan berbagai pengawasan dan pengendalian untuk meningkatkan kinerja tenaga kependidikan. Pengawasan dan pengendalian ini merupakan kontrol agar kegiatan pendidikan sekolah terarah pada tujuan yang telah ditetapkan. Pengawasan dan pengendalian juga merupakan tindakan preventif untuk mencegah agar para tenaga kependidikan tidak melakukan penyimpangan dan lebih berhati-hati dalam melaksanakan pekerjaannya. Menurut Oemar Hamalik 1992:173 kepala sekolah sebagai supervisor : 1 Seorang supervisor mempunyai tugas mengendalikan tugas pengendalian 2 Seorang supervisor itu harus dapat mensposori sebagai sponsor 3 Seorang supervisor itu sebagai evaluator 4 Seorang supervisor itu sebagai pengawas. Menurut Ngalim Purwanto 2006:115-116 supervisi adalah aktivitas menentukan kondisi syarat-syarat yang esensial, yang akan menjamin tercapainya tujuan pendidikan. Maka tugas kepala sekolah sebagai supervisor, dia hendaknya padai meneliti, mencari, dan menentukan syarat-syarat yang diperlukan bagi kemajuan sekolahnya sehingga tujuan-tujuan pendidikan di sekolah itu semaksimal mungkin dapat tercapai. Ia harus dapat meneliti dan menentukan syarat-syarat mana yang telah ada dan mencukupi, mana yang belum ada atau kurang mencukupi yang perlu diusahakan dan dipenuhi. commit to user 39 Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan, tugas seorang supervisi memang harus dilaksanakan oleh kepala sekolah, kepala sekolah juga harus mampu melakukan berbagai pengawasan dan pengandalian untuk meningkatkan kinerja tenaga kependidikan. Pengawasan dan pengendalian merupakan kontrol agar kegiatan pendidikan di sekolah terarah pada tujuan yang telah ditetapkan. Pengawasan dan pengendalian juga merupakan tindakan preventif untuk mencegah agar pada tenaga kependidikan tidak melakukan penyimpangan dan lebih berhati-hati dalam melakukan pekerjaannya. Kepala sekolah sebagai supervisor dapat dilakukan secara efektif antara lain melalui diskusi kelompok, kunjungan kelas, pembicaraan individual, dan simulasi pembelajaran.

e. Kepala Sekolah sebagai

leader Menurut Ngalim Purwanto 2006:62-63 kepala dan pemimpin sebenarnya merupakan dua pengertian yang tidak identik. Keduanya ada persamaan dan perbedaannya. 1 Persamaannya : a Keduanya menghadapi mengepalai kelompok b Keduanya bertanggungjawab 2 Perbedaannya : a Kepala bertindak sebagai penguasa, sedangkan pemimpin bertindak sebagai organisator dan koordinator. b Kepala bertanggungjawab terhadap pihak ketiga, pihak atasannya, pemimpin bertanggung jawab terhadap kelompok yang dipimpinnya. commit to user 40 c Kepala tidak selalu merupakan bagian dari kelompok, sedangkan pemimpin merupakan bagian dari kelompok. d Kekuasaan kepala biasanya berasal dari peraturan-peraturan atau dari pihak ketiga, sedangkan kekuasaan pemimpin berasal dari kepercayaan anak buahkelompoknya. e Kelompok atau anak buah seorang kepala biasanya bukan atas kemampuan sendiri, melainkan ditunjuk oleh peraturan-peraturan karena adanya pengangkatan seorang kepala oleh pihak ketiga. Pemimpin diangkat oleh anggota-anggotanya dan dianggap anggota dari kelompoknya. Perlu dijelaskan di sini bahwa perbedaan-perbedaan seperti diuraikan di atas hanya perbedaan-perbedaan dari teori saja. Sedangkan di dalam praktik banyak kepala menjalankan fungsinya. Jadi tugas seorang kepala adalah bertanggung jawab terhadap pihak ketigaatasannnya, bertanggung jawab terhadap tugas yang telah dipikulkan kepadanya. Seorang kepala sekolah dianggap berhasil jika kelompoknya berhasil, dan sebaliknya. Dengan kata lain, kecakapan yang penting dari seorang kepala sekolah adalah membuat kelompoknya berhasil. Apa yang dimaksud dengan ”berhasil” ? Jika kelompokmya mengerjakan sesuatu dengan cara yang telah ditetapkan, dengan hasil yang telah ditentukan, dan dalam waktu yang sudah ditetapkan. Segala sesuatu dilakukan oleh kelompok, sesuai dengan keinginan kepala itu sendiri atau atasannya, bukan karena kemauan kelompok. Jadi, segala sesuatu itu dilakukan oleh kelompok berdasarkan keinginan kepalaatasan secara commit to user 41 paksaan, bukan berdasarkan keinginan atau kreasi kelompok. Seorang kepala akan benar-benar berhasil jika ia dapat membawa kelompoknya kepada keinginan- keinginan yang sesuai dengan keinginan atasannya. Menurut E. Mulyasa 2004:115 kepala sekolah sebgai leader adalah harus mampu memberikan petunjuk dan pengawasan, meningkatkan kemauan tenaga kependidikan, membuka komunikasi dua arah, mendelegasikan tugas. Menurut Wahjosumijo 2003:110 mengemukakan bahwa kepala sekolah sebagai leader harus memiliki karakter khusus yang mencakup kepribadian, keahlian dasar, pengalaman, dan pengetahuan profesional, serta pengetahuan administrasi dan pengawasan. Menurut Hersye dan Blanchard 1988:5 menjelaskan : “ leadership occurs any time one attemps to influence the behavior of on individual or group” . Setiap tindakan yang dilakukan untuk mempengaruhi orang lain melakukan sesuatu sesuai dengan harapan yang mempengaruhi di dalamnya telah terjadi proses kepemimpinan. Menurut Stogdill dalam Keith Grint 1997:114 menjelaskan ” Leadership is the process actof influencing the activities of an organized group in its efforts goal setting and goal achievement” . Pendapat ini menerapkan pemahaman kepemimpinan sebagai tindakan mempengaruhi kegiatan kelompok dan pencapaian tujuan. Di dalamnya terdiri dari unsur-unsur kelompok dua orang atau lebih, ada tujuan dalam orientasi kegiatan serta pembagian tanggung jawab sebagai bentuk perbedaan kewajiban. commit to user 42 Menurut Syafarudin dan Anzizhan 2004:37 kepemimpinan merupakan proses mempengaruhi aktivitas individu atau kelompok dalam usaha kearah pencapaian tujuan dalam situasi tertentu. Dengan kata lain dalam proses kepemimpinan itu dijumpai fungsi pemimpin, pengikat anggota, dan situasi. Berdasarkan pendapat para ahli tersebut di atas maka kepala sekolah sebagai leader dapat disimpulkan menjadi tiga sifat kepemimpinan dari kepala sekolah yaitu demokratis, otoriter, laissez-faire,. Ketiga difat tersebut sering dimiliki secara bersamaan oleh leader mungkin bersifat demokratis, otoriter, dan mungkin bersifat laissez-faire.

f. Kepala Sekolah sebagai inovator

Menurut E. Mulyasa 2005:118-119 dalam rangka melakukan peran dan fungsinya sebagai inovator kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk menjalin hubungan yang harmonis dengan lingkungan, mencari gagasan baru, mengintegrasikan setiap kegiatan, memberikan teladan kepada seluruh tenaga kependidikan di sekolah dan mengembangkan model-model pembelajran inovatif. Kepala sekolah sebagai inovator akan tercermin dari cara-cara ia melakukan pekerjaannya secara konstruktif, kreatif, delegatif, integratif, rasional dan objektif, pragmatis, keteladanan, disiplin, serta adaptabel dan fleksibel. 1 Konstruktif, dimaksudkan bahwa dalam meningkatkan profesionalisme tenaga kependidikan di sekolah, kepala sekolah harus berusaha mendorong dan membina setiap tenaga kependidikan agar dapat berkembang secara optimal commit to user 43 dalam melakukan tugas-tugas yang diembankan kepada masing-masing tenaga kependidikan. 2 Kreatif, dimaksudkan bahwa dalam meningkatkan profesionalisme tenaga kependidikan di sekolah, kepala sekolah harus berusaha mencari gagasan dan cara-cara baru dalam melakukan tugasnya. Hal ini dilakukan agar para tenaga kependidikan dapat memahami apa-apa yang disampaikan oleh kepala sekolah sebagai pimpinan, sehingga dapat mencapai tujuan sesuai dengan visi dan misi sekolah. 3 Delegatif, dimaksudkan bahwa dalam meningkatkan profesionalisme tenaga kependidikan di sekolah, kepala sekolah harus berupaya mendelegasikan tugas kepada tenaga kependidikan sesuai dengan deskripsi tugas, jabatan serta kemampuan masing-masing. 4 Integratif, dimaksudkan bahwa dalam meningkatkan profesional tenaga kependidikan di sekolah, kepala sekolah harus berusaha mengintegrasikan semua kegiatan sehingga dapat menghasilkan sinergi untuk mencapai tujuan sekolah secara efektif, efisien, dan produktif. 5 Rasional dan Objektif, dimaksudkan bahwa dalam meningkatkan profesionalisme tenaga kependidikan di sekolah, kepala sekolah harus berusaha bertindak berdasarkan pertimbangan rasio dan objektif. 6 Pragmatis, dimaksudkan bahwa dalam meningkatkan profesionalisme tenaga kependidikan di sekolah, kepala sekolah harus berusaha memberikan teladan dan contoh yang baik. commit to user 44 7 Adabtabel dan fleksibel, dimaksudkan bahwa dalam meningkatkan profesionalisme tenaga kependidikan di sekolah, kepala sekolah harus mampu beradaptasi dan fleksibel dalam menghadapi situasi baru, serta berusaha menciptakan situasi kerja yang menyenangkan dan memudahkan para tenaga kependidikan untuk beradaptasi dalam melaksankan tugasnya. Jadi kepala sekolah sebagai inovator, harus mampu mencari, menemukan, dan melaksanakan berbagai pembaharuan di sekolah. Gagasan baru tersebut misalnya moving class . Moving class adalah mengubah strategi pembelajaran dari pola kelas tetap menjadi kelas bidang studi sehingga setiap bidang studi memiliki kelas tersendiri yang dilengkapi dengan alat peraga dan alat-alat lainnya. Moving class ini bisa dipadukan dengan pembelajaran terpadu sehingga dalam suatu laboratorium bidang studi dapat dijaga oleh beberapa orang guru fasilitator yang bertugas memberikan kemudahan kepada peserta didik dalam belajar.

g. Kepala Sekolah sebagai motivator

Menurut E. Mulyasa 2004:120 kepala sekolah sebagai motivator adalah harus memiliki strategi yang tepat untuk memberikan motivasi kepada para tenaga kependidikan dalam melakukan berbagai tugas dan fungsinya. Motivasi ini dapat ditumbuhkan melalui pengaturan lingkungan fisik, pengaturan suasana kerja, dan penyediaan berbagai sumber belajar melalui pengambangan sumber belajar. Menurut Anwar Prabu Mangkunegara 2000:93 motif adalah merupakan suatu dorongan kebutuhan dalam diri pegawai yang perlu dipenuhi agar pegawai tersebut dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungannya, sedangkan motivasi adalah kondisi yang menggerakkan pegawai agar mampu mencapai tujuan dari commit to user 45 motivnya. Motivasi dapat pula dikatakan sebagai energi untuk membangkitkan dorongan dalam diri. Menurut Hari Sudrajat 2005:129 kemampuan direktur sekolah dalam memotivasi staf dan guru memegang peranan penting dalam mencapai tujuan sekolah. Motivasi staf dan guru merupakan kekuatan yang mendorog efektivitas dan efisiensi pencapaian tujuan. Staf dan guru harus ditingkatkan motivasinya untuk berbuat sebaik-baiknya agar dapat mencapai tujuan sesuai dengan standar dan dengan pertanggungjawaban untuk berhasil, yang keberhasilannya tersebut terikat dengan harga diri achievement motivation . Pelatihan dalam motivasi dan perolehan achievement motivation and tarining adalah mengubah posisi sikap dari takut gagal ke posisi sikap harapan berhasil. Menurut Wahjosumidjo 2004:172 keberhasilan seorang pemimpin dalam menggerakkan orang lain dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan sangat tergantung kepada kewibawaan, dan juga pemimpin itu di dalam menciptakan motivasi di dalam diri setiap orang bawahan, kolega, maupun atasan pemimpin itu sendiri. Berdasarkan pendapat para ahli tersebut di atas, disimpulkan bahwa kepala sekolah harus memperhatikan motivasi para tenaga kependidikan dan faktor- faktor lain yang berpengaruh, sehingga kepala sekolah dapat meminimalisir segala kemungkinan yang dapat menghambat menemukan kesempatan yang baik untuk mencapai tujuan sekolah secara efektif dan efisien. commit to user 46 Penilaian kinerja sekolah adalah upaya pemotretan keberhasilan kepemimpinan kepala sekolah dan sekaligus menggambarkan kondisi objektif profil sekolah secara utuh. Lampiran Peraturan Bupati Wonogiri Nomor 31 tahun 2005:10, Hasil Penilaian Kinerja Sekolah tidak dapat dipisahkan dari peran kepala sekolah dalam melaksanakan tugasnya sehubungan dengan upaya peningkatan mutu pendidikan. Oleh karena itu, setelah dilaksanakan penilaian sekolah secara berkesinambungan dan dilakukan pembinaan bagi kepala sekolah, pada akhir periodisasi penugasannya diajukan rekomendasi untuk dapat ditindak lanjuti Dinas Pendidikan sesuai kewenangannya. Ada beberapa aspek yang dinilai dalam penilaian kinerja kepala sekolah yang meliputi perkembangan akademik dan non akademik serta berbagai aspek dari komponen efektivitas kepemimpinan kepala sekolah. Penilaian ini meliputi tiga hal yaitu IPO Input, Proses, Output atau MPK Masukan, Proses, Keluaran yaitu : 1 Input masukan, merupakan data awal profil sekolah yang meliputi data komponen non akademik pada awal periodisasi penugasan seseorang sebagai kepala sekolah di sekolah tersebut. 2 Proses, merupakan data kinerja kepala sekolah yang meliputi komponen EMASLIM, yaitu efektivitas kepala sekolah dalam melaksanakan tugas peranannya sebagai Edukator, Manager, Administrator, Supervisor, Leader, Inovator, dan Motivator. 3 Keluaran, merupakan data akhir profil sekolah baik berupa komponen non akademik. Data ini menunjukkan perubahan atau hasil yang dicapai sebagai upaya commit to user 47 pemberdayaan sumber daya yang terdapat di sekolah, yaitu semua warga dan fasilitas sekolah selama masa kepemimpinan kepala sekolah yang bersangkutan. Ada tiga rekomendasi yang diberikan kepada kepala sekolah dan sekolah dalam penilaian kinerja sekolah, yaitu : Tabel 1 : Penilaian Kinerja Sekolah dan Rekomendasi No. Interval Nilai R Tindak lanjut pembinaan periodisasi kepemimpinan kepala sekolah 1. 2. 3. 86-100 71-85,99 56-70,99 R1 R2 R3 a. Periode I dan ke II, dan mutasi ke tipe sekolah yang lebih baik. b. Periode II ke III, dan mutasi ke tipe sekolah yang lebih baik. c. Periode III berakhir Catatan : Promosi jabatan struktural dan fungsional sesuai peraturan yang berlaku. a. Periode I ke II, dan mutasi ke tipe sekolah yang sama. b. Periode II ke III, dan ke tipe sekolah yang sama. c. Periode ke III berakhir a. Periode I ke II, dan mutasi ke tipe sekolah yang lebih baik. commit to user 48 4. 0-55,99 R4 b. Periode II ke III, ke tipe sekolah yang lebih baik. c. Periode III berakhir Periode I, II, III dibebaskan dari tugas tambahan kepala sekolah dan melaksanakan tugas guru secara penuh. Kriteria penilaian kinerja kepala sekolah, ditunjukkan oleh hasil nilai kerja tahun I sampai dengan tahun IV ada proses peningkatan dimulai dari nilai standar atau lebih baik. Indikator tidak berhasilnya kepala sekolah dalam melaksanakan tugas ditunjukkan oleh indikator hasil kerja tahun I sampai dengan IV, menunjukkan nilai penurunan sampai dengan di bawah nilai standar minimal.

3. Kualitas Pembelajaran Sekolah

Kualitas pembelajaran merupakan suatu istilah yang memiliki kaitan erat dengan tujuan atau kompetensi, proses dan standar pendidikan. Menurut Ashcroft 1995:41 pembelajaran yang berkualitas adalah pembelajaran yang secara moral, epistemologis, maupun edukatif mempunyai tujuan, proses, dan capaian dengan standar tinggi sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Dari pandangan sistem, menurut Hoy, Bayne-Jardine, dan Wood 2000:3 tinggi rendahnya kualitas pembelajaran merupakan hasil dari sistem yang digunakan, dan sebagai hasil dari sebuah proses, kualitas pembelajaran juga dipengaruhi oleh kondisi orang-orang yang terlibat dalam proses tersebut. commit to user 49 Pembelajaran merupakan proses terpenting dalam lembaga pendidikan. Upaya peningkatan kualitas pendidikan sering kali dimulai dengan mengadakan perbaikan proses pembelajaran. William Glasser 1993:19 ketika menjelaskan tentang kualitas pendidikan memulai dengan menjelaskan lima kebutuhan dasar manusia; ” love, power, freedom, fun, and survival ”. Berangkat dari kebutuhan dasar-kebutuhan dasar tersebut, maka kualitas diartikan sebagai; ” anything we experience that is consistently satisfying to one or more of the basic needs ”. Bertitik tolak dari pengertian tersebut, suatu pendidikan dianggap berkualitas apabila mampu memenuhi salah satu atau lebih kebutuhan orang-orang yang terlibat dalam pendidikan, terutama peserta didik. Kualitas dalam pendidikan bukanlah suatu yang berdiri sendiri, tetapi lebih menunjuk pada hasil dari suatu proses. Hanya dengan proses dengan baik berkualitas akan dihasilkan produk yang berkualitas pula. Proses yang berkualitas hanya mungkin diwujudkan oleh pelaku dalam proses tersebut yang berkualitas pula. Tidak mungkin proses yang berkualitas dihasilkan oleh orang yang tidak berkualitas. Dalam pembelajaran yang berkualitas dibutuhkan guru yang berkualitas, karena guru merupakan manajer dalam proses pembelajaran. Untuk itu dibutuhkan guru yang efektif. Guru yang berkualitas adalah guru yang mampu mengajar secara efektif. Untuk dapat mengajar secara efektif harus dipahami bahwa mengajar adalah merupakan seni sekaligus sebagai ilmu. Guru yang efektif adalah guru yang mampu membantu peserta didik memperoleh yang terbaik dari pembelajaran yang dikelolanya. commit to user 50 Dalam konteks profesionalisme guru, menurut Nurdin 2004:159-160 guru yang efektif juga harus memiliki syarat profesional sebagai berikut: sehat jasmani dan rohani, bertaqwa, berilmu pengetahuan luas, adil, berwibawa, ikhlas, mempunyai tujuan yang robbani, mampu merencanakan dan melaksanakan evaluasi, dan menguasai bidang yang diajarkan. Untuk itu menjadi guru tidaklah mudah, apalagi menjadi guru dengan predikat efektif. Menurut Muriel Gerhard dalam suparlan 2005:124 karakteristik guru adalah sebagai berikut: 1 Menerima dan mengembangkan ide dan perasaan perserta didik; 2 Memuji dan menggalakkan mereka; 3 Merangsang peserta didik ikut serta dalam membuat keputusan; 4 Mendengar dan berinteraksi dengan peserta didik, 5 mengembangkan kecakapan berpikir; dan 6 menggunakan berbagai sumber dan media. Kualitas pembelajaran menurut E. Mulyasa 2003:101 dapat dilihat dari segi proses dan dari segi hasil. Dari segi proses pembelajaran dikatakan berkualitas apabila seluruhnya atau sebagian besar peserta didik terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran, gairah belajar yang tinggi, semangat belajar yang besar, dan rasa percaya pada diri sendiri. Sedangkan dari segi hasil, proses pembelajaran dikatakan berkualitas apabila terjadi perubahan perilaku yang positif pada diri peserta didik seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian besar 75. Senada dengan Mulyasa, Dede Rosyada 2004:120 mengemukakan bahwa pembelajaran dikatakan efektif jika peserta didik mengalami berbagai pengalaman baru dan perilakunya berubah menuju kompetensi yang dikehendaki. commit to user 51 Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran dikatakan berkualitas apabila proses pembelajaran itu aktif dan bermakna dengan ditandai: 1 peserta didik aktif; 2 kooperatif; 3 kritis dan kreatif; 4 semangat belajar tinggi; dan 5 adanya perubahan perilaku yang positif. Berdasarkan indikator kualitas pembelajaran tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Peserta Didik Aktif dan Kooperatif

Keterlibatan peserta didik secara aktif oleh Cranton 1989:133 dikatakan bahwa tanpa mengabaikan materi dan metode pembelajaran yang dipilih penting juga untuk menyertakan keterlibatan peserta didik secara aktif dalam proses pembelajaran. Individu yang mendengarkan secara pasif terhadap ceramah tanpa aktifitas lain seperti bertanya, menjawab pertanyaan, atau melakukan tindakan interaktif lainnya, akan lebih sedikit untuk mempertahankan informasi itu. Bagaimanapun keterlibatan peserta didik secara aktif akan memudahkan pembelajaran. Keaktifan itu ada dua macam, yaitu keaktifan rohani dan keaktifan jasmani. Paul B. Diedrieh dalam Ramayulis 2005:106 menemukan berbagai bentuk keaktifan; 1 visual activities , seperti membaca, memperhatikan gambar; 2 oral activities , seperti menyatakan, merumuskan, bertanya, diskusi; 3 listening activities, seperti mendengarkan uraian percakapan , diskusi, pidato, ceramah; 4 writing activities , seperti menulis cerita, karangan, menyalin; 5 drawing activities, seperti membuat grafik, peta; 6 mental activities, seperti commit to user 52 mengingat, memecahkan soal, menganalisa; 7 motor activities, seperti melakukan percobaan, membuat kontruksi, berkebun; 8 emotional activities , seperti menaruh minat gembira, berani, tenang. Proses pembelajaran yang berlangsung interaktif dan partisipatif memungkinkan peserta didik untuk mengaktifkan seluruh inderanya. Menggunakan semua inderanya peserta didik akan melakukan suatu proses belajar yang lebih bermakna. Edgar Dale dalam Barbara B. Seel and Rita Richey 1994:14 menekankan perlunya pengalaman dengan memperkenalkan ”kerucut pengalaman” come of experience sebagai berikut: Lambang Verbal Lambang visual Gambar mati Gambar Hidup Pameran Karya Wisata Demonstrasi Dramatisasi Pengalaman Buatan Pengalaman Langsung Gambar 1. Kerucut Pengalaman commit to user 53 Gambar di atas bertujuan untuk menggambarkan deretan pengalaman dari yang bersifat langsung hingga pengalaman melalui simbol komunikasi. Pengalaman tersebut didasarkan pada suatu rentangan pengalaman dari yang kongkrit ke yang abstrak. Dale menunjukkan bahwa potensi pengalaman belajar semakin besar ketika materi pembelajaran disampaikan dengan lebih bervariasi. Namun ketika materi pembelajaran hanya disampaikan dalam bentuk simbol- simbol verbal, potensi pengalaman belajar sangat kecil karena hanya mendengar saja.

b. Berpikir Kritis dan Kreatif

Pembelajaran di era reformasi menuju kualitas manusia yang memiliki daya saing global, diperlukan pengembangan kemampuan berpikir kritis dan kreatif, serta kemampuan peserta didik dalam menyelesaikan masalah, karena dalam dunia kerja yang berorientasi kompetensi, kecepatan dalam pengambilan keputusan menjadi suatu tuntutan, bahkan keberanian mengambil sebuah putusan meskipun salah, lebih berharga dari pada tidak ada putusan sama sekali. Untuk itulah peserta didik harus dilatih oleh guru untuk berpikir kritis dan kreatif serta kemampuan dalam memecahkan masalah, dengan berbagai strategi yang mendukung Dede Rosyada, 2004:165. Proses pembelajaran pada hakekatnya untuk mengembangkan critical thinking, creative thinking, dan problem solving melalui berbagai interaksi dan pengalaman belajar. Namun dalam pelaksanaannya sering kali kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan justru menghambat hal-hal dimilikinya tersebut oleh peserta didik. Guru pada umumya menurut Mulyasa 2002:106 kurang commit to user 54 menyenangi situasi di mana para peserta didik banyak bertanya-tanya mengenai hal-hal di luar konteks yang dibicarakannya. Gibbs dalam Mulyasa 2002:106 berdasarkan berbagai penelitiannya menyimpulkan bahwa kreatifitas peserta didik dapat dikembangkan melalui : 1 rasa percaya diri; 2 memberikan kesempatan kepada seluruh peserta didik untuk berkomunikasi ilmiah secara bebas dan terarah; 3 melibatkan peserta didik dalam menentukan tujuan belajar; 4 memberikan pengawasan yang tidak terlalu ketat dan otoriter; 5 melibatkan mereka secara aktif dan kreatif dalam proses pembelajaran secara keseluruhan. Demikian pula kemampuan peserta didik dalam problem soving harus dikembangkan. Problem harus dipecahkan melalui operasi mental, khususnya menggunakan konsep dan kaidah serta metode-metode bekerja tertentu, misalnya algoritme dan heuristik Winkel, 1996:86.

c. Semangat Belajar Tinggi

Pembelajaran yang berkualitas juga ditandai oleh adanya peserta didik yang memajukan semangat belajar yang tinggi. Dengan adanya semangat belajar yang tinggi ini menunjukkan bahwa peserta didik banyak memiliki motivasi belajar. Motivasi merupakan salah satu faktor yang turut menentukan keefektifan pembelajaran, Callahan and Clark dalam Mulyasa 2002:112 mengemukakan bahwa motivasi merupakan tenaga pendorong atau penarik yang menyebabkan mundurnya tingkah laku ke arah satu tujuan tertentu. Peserta didik akan belajar dengan sungguh-sungguh apabila memiliki motivasi yang tinggi. commit to user 55 Motivasi menurut Sardiman, et al. 2001:73 dapat juga dikatakan sebagai serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang mau melakukan sesuatu. Dalam konteks belajar motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri peserta didik yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar, sehinggga tercapai tujuan yang dikehendaki. Dikatakan ”keseluruhan” karena biasanya ada beberapa motif yang berama-sama menggerakkan peserta didik untuk belajar. Motivasi belajar merupakan faktor psikis non intelektual. Peranannya yang khas adalah dalam hal penumbuhan gairah, merasa senang dan semangat untuk belajar. Peserta didik yang memiliki motivasi kuat, akan memiliki banyak energi untuk melakukan aktivitas belajar. Berkaitan dengan motivasi ini, Maslow dalam Mulyasa, 2002:112-113 menyusun suatu teori piramida hirarki kebutuhan manusia, yaitu physiological needs kebutuhan fisiologis, safety needs kebutuhan rasa aman, esteem needs kebutuhan akan harga diri, needs for actualization kebutuhan akan aktualisasi diri. Dalam kenyataan, seringkali kebutuhan peserta didik yang berupa kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa aman, dan seterusnya, bisa terjadi beberapa kebutuhan tertentu dapat dipenuhi secara bersama-sama, atau bahkan semua kebutuhan tersebut dapat terpenuhi secara serentak. Dalam konteks implementasi KTSP, teori Maslow ini menurut Mulyasa 2002:113 dapat digunakan sebagai pegangan untuk melihat dan mengerti mengapa: commit to user 56 1 Peserta didik dalam keadaan lapar atau sedang sakit tidak memiliki motivasi untuk belajar. 2 Peserta didik lebih senang belajar dalam suasana yang menyenangkan. 3 Peserta didik yang merasa disenangi teman atau kelompoknya akan memiliki minat belajar yang lebih dibandingkan dengan peserta didik yang dikucilkan. 4 keinginan peserta didik untuk mengetahui dan memahami sesuatu tidak selalu sama. Syamsudin Makmun 2001:40 menyatakan bahwa motivasi pada diri seseorang dapat dilihat dari : 1 Durasinya kegiatan, berapa lama mampu menggunakan waktunya untuk belajar. 2 Frekuensi kegiatan, berapa sering kegiatan belajar dilakukan dalam periode waktu tertentu. 3 Persistensinya, ketetapan dan kelekatannya pada tujuan kegiatan. 4 Ketabahan, keuletan, dan kemampuannya dalam menghadapi berbagai rintangan dan hambatan. 5 Pengabdian dan pengorbanannya guna tercapainya tujuan. 6 Tingkatan aspirasinya, rencana, cita-cita, target yang hendak dicapai oleh kegiatan belajar yang dilaksanakan. 7 Tingkatan kualifikasi prestasiproduk dari kegiatan belajar yang dilakukan. 8 Arah sikapnya terhadap sasaran kegiatan positif atau negatif. Menurut Sardiman, et.al., 2001:81 motivasi yang dimiliki oleh peserta didik ditandai oleh hal-hal sebagai berikut: commit to user 57 1 Tekun menghadapi tugas dapat belajar terus menerus dalam waktu yang lama. 2 Ulet menghadapi kesulitan tidak mudah putus asa. 3 Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam pelajaran. 4 Lebih senang bekerja sendiri. 5 Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin. 6 Dapat mempertahankan pendapatnya. 7 Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini. 8 Senang mencari dan memecahkan soal. Dari pendapat-pendapat di atas kiranya dapat disimpulkan, bahwa peserta didik yang memiliki semangat belajar yang tinggi, disebabkan oleh motivasi belajar yang dimilikinya. Adapun indikator dimilikinya motivasi itu adalah tekun dalam menghadapi tugas, mampu belajar dalam waktu lama, ulet dalam menghadapi kesulitan, kerelaan mengorbankan apa yang dimilikinya untuk belajar, teguh dalam prinsip, dan senang memecahkan masalah.

d. Perubahan Perilaku yang Positif

Pembelajaran yang berkualitas ditandai juga oleh adanya perubahan perilaku yang positif pada diri peserta didik. Perubahan perilaku ini sebenarnya merupakan proses hasil dari proses belajar oleh peserta didik. Untuk itu, menurut Sardiman 2001:21 ada yang mendefinisikan ”belajar adalah berubah”. Dalam hal ini yang dimaksudkan belajar berarti usaha mengubah perilaku. Belajar akan membawa perubahan pada individu yang melakukan kegiatan belajar. Perubahan itu tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga commit to user 58 berbentuk kecakapan, keterampilan, sikap, harga diri, penyesuaian diri dan sebagainya. Dengan demikian perubahan di sini tidaklah hanya pada ranah kognitif saja, melainkan juga pada ranah afektif dan psikomotorik. Senada dengan pendapat di atas, Abin Syamsudin Makmun 2001:27 dengan menggunakan konsep dasar psikologis khususnya dalam konteks pandangan behaviorisme, menyatakan bahwa proses pembelajaran pada hakikatnya merupakan usaha menciptakan perangkat stimulus yang diharapkan menghasilkan pola-pola perilaku. Hasil belajar yang berupa pengetahuan, sikap, dan keterampilan merupakan manifestasi dari perubahan perilaku tersebut. Dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran yang berkualitas ditandai oleh adanya perubahan perilaku peserta didik, baik berupa pengetahuan, sikap, atau keterampilan, dan memiliki life skill.

4. Strategi Pembelajaran

Strategi pembelajaran atau strategi instruksional instructional strategies menurut Hasibuan dan Mujiono 1983: 3 disebutnya sebagai strategi belajar mengajar dan diartikan sebgai pola umum penguatan guru dan murid dalam perwujudan strategi belajar mengajar. Strategi di sini menjelaskan aktivitas yang dikembangkan dalam analisis sistem yaitu mencari alternatif pemecahan. Strategi seperti ini terjadi pada analisis metode dan alat, yaitu metode beserta alatnya termasuk sumber pendidikan yang dilibatkan. Arrends 1997 : 10 dalam hasibuan dan Mujiono 1988 : 22 menggunakan istilah strategi pembelajaran atau strategi instruksional dengan istilah model pengajaran: “ The teacher models, which dates back to as earley as commit to user 59 Jhon Dewey has did a very strong revival during the paste decade. The model is a most effective approach for teaching higher level thinking processes, helping student Process information already in their possession and assisting students to contruct their own knowledge about the social and physical word around them Model pembelajaran sebagaimana sejak dulu telah dikemukakan oleh John Dewey pada beberapa dekade yang lalu, merupakan model yang paling efektif untuk pendekatan berpikir pada tingkat yang lebih tinggi, membantu siswa Memroses informasi agar selalu siap menuntun mereka dengan pengetahuan fisik dan sosial masyarakat di lingkungannya. Guna mewujudkan prinsip-prinsip strategi pembelajaran KTSP, maka guru dapat memilih sejumlah strategi pembelajaran aktif, di antaranya sebagian dari strategi-strategi menurut Silbermen 1986 : 7 dalam Hasibuan dan Mudjiono 1988 : 56 adalah: 1 Strategi Group Resume Resume kelompok Teknik resume secara khusus menggambarkan sebuah prestasi, kecakapan dan pencapaian individual, sedangkan resume kelompok merupakan cara yang menyenangkan untuk membantu para peserta didik lebih rnengenal atau melakukan kegiatan membangun tim dari sebuah kelompok yang para anggotanya telah mengenal satu sama lain. 2 Strategi Point Counter Point Debat Pendapat Kegiatan ini merupakan sebuah teknik untuk rnerangsang diskusi dan Mendapatkan pemahaman lebih mendalam tentang berbagai isu kompleks. commit to user 60 format tersebut mirip open discussion dengan perdebatan terbuka dari setiap peserta didik, namun kurang formal dan berjalan dengan lebih cepat. 3 Strategi Modeling the way {membuat contoh praktek Strategi ini memberi kesempatan peserta didik untuk mempraktek keterampilan spesifik yang dipelajari di kelas melalui demontrasi. Peserta didik diberi waktu untuk menyusun skenario sendiri dan menentukan cara- cara mengilustrasikan keterampilan teknik yang baru saja dijelaskan dan dipahami. 4 Strategi Guided Instruksional Pembelajaran Terbimbing Pembelajaran terbimbing merupakan suatu perubahan menarik dari Metode ceramah secara langsung. Guru dimungkinkan untuk mempelajari apa yang telah diketahui dan dipahami peserta didik sebelum membuat poin-poin pengajaran. 5 Strategi Jigsaw Learning Belajar dengan model jigsaw Strategi ini merupakan strategi yang menarik untuk digunakan jika materi yang akan dipelajari dapat dibagi menjadi beberapa bagian dan materi tersebut tidak mengharuskan urusan penyampaian. Kelebihan strategi ini adalah dapat memelihara seluruh peserta didik dalam belajar dan sekaligus mengajarkan kepada orang lain. 6 Strategi Every is Teacher here semua menjadi guru Pada strategi ini, tugas yang berbeda diberikan kepada kelompok peserta didik yang berbeda. Masing-masing kelompok mengajar apa yang telah dipelajari. commit to user 61 7 Strategi Reading Aloud Membaca dengan keras Menurut Ramayulis 2005 : 112 strategi ini dapat membantu peserta didik memfokuskan perhatiannya secara mental. Strategi ini menjadikan peserta didik memusatkan perhatiannya pada apa yang dibaca secara keras itu. 8 Strategi The Power of Two Menggabung dengan kekuatan Strategi ini dilakukan untuk meningkatkan belajar kolaboratif dan mendorong munculnya keuntungan dari sinergi itu, Sebab hasil pemikiran dua kepala tentu lebih baik dari hanya satu. 9 Strategi Reading Guide Panduan membaca Dalam pembelajaran seringkali materi tidak dapat diselesaikan di dalam kelas akhirnya harus diselesaikan di luar kelas, hal ini disebabkan oleh banyaknya materi yang harus di baca dan diselesaikan. Strategi ini dapat dimanfaatkan secara maksimal 10 Strategi Card Sort Sortir Kartu Strategi ini menurut Hisyam Zaeni, Barmawi Munthe, dan Sekar Ayu Aryani 2005 : 53 merupakan kegiatan kolaboratif yang dapat digunakan untuk mengajarkan konsep, karakteristik klasikal, fakta tentang obyek atau review pengetahuan yang telah diberikan sebelumnya. 11 Strategi Index Card Math mencarai pasangan Strategi ini menurut Hisyam Zaini, Barmawi munthe, dan Sekar Ayu Aryani 2005 : 69 cukup menyenangkan dapat digunakan untuk mengulang materi yang telah diberikan sebelumnya. Untuk materi yang berumpun tetap bisa digunakan asalkan peserta didik sebelumnya telah ditugaskan untuk commit to user 62 mempelajari topik yang akan diajarkan terlebih dahulu, sehingga saat mereka masuk kelas memiliki bekal pengetahuan.

5. Prestasi Belajar

Dokumen yang terkait

Pentingnya Pengembangan Profesionalitas Guru dalam Meningkatkan Kualitas Pembelajaran di SMK

0 4 10

IMPLEMENTASI SUPERVISI KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN PEMBELAJARAN EFEKTIF BAGI GURU Implementasi Supervisi Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Pembelajaran Efektif Bagi Guru Di SD Negeri Pabelan 03 Kartasura.

0 2 15

PERAN KEPALA SEKOLAH DALAM PENGELOLAAN PEMBELAJARAN GURU DI SD NEGERI 1 POJOK Peran Kepala Sekolah Dalam Pengelolaan Pembelajaran Guru Di SD Negeri 1 Pojok Tawangharjo Grobogan.

0 3 15

KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DALAM MEMBANGUN PROFESIONALITAS GURU KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DALAM MEMBANGUN PROFESIONALITAS GURU.

0 3 16

PERAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN KINERJA GURU Peran Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Kinerja Guru Di SD Negeri Kudu 01 Baki Sukoharjo.

0 3 16

KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN KUALITAS SDM (STUDI KASUS DI SD Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Kualitas SDM (Studi Kasus Di SD Muhammadiyah Program Khusus Kotta Barat Tahun Pelajaran 2012/2013).

0 1 16

KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA (STUDI KASUS DI SD Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Kualitas SDM (Studi Kasus Di SD Muhammadiyah Program Khusus Kotta Barat Tahun Pelajaran 2012/2013).

0 1 20

PENGAWASAN KEPALA SEKOLAH UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN DI SD NEGERI 2 GUNTING PENGAWASAN KEPALA SEKOLAH UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN DI SD NEGERI 2 GUNTING KECAMATAN WONOSARI KABUPATEN KLATEN.

0 0 15

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Manajemen Profesionalisme Guru oleh Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Kualitas Pembelajaran SD Negeri 1 Krajankulon dan SD Negeri 1 Kutoharjo

0 0 34

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Manajemen Profesionalisme Guru oleh Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Kualitas Pembelajaran SD Negeri 1 Krajankulon dan SD Negeri 1 Kutoharjo

0 0 13