xvi
DAFTAR LAMPIRAN
hal Lampiran 1.
Surat Ijin Penelitian…………………………………...…….. 104
Lampiran 2. Kisi-kisi dan Rubrik Penilaian…...…………………………..
106 Lampiran 3.
Instrumen Penelitian…………..…………………………….. 108
Lampiran 4. Rencana Kegiatan Harian RKH………...………………….
109 Lampiran 5.
Hasil Penelitian…………………………………………..….. 132
Lampiran 6. Foto Kegiatan………………………………………………..
140
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Anak adalah pribadi yang unik, dimana masing-masing anak memiliki bawaan minat, kapabilitas, dan latar belakang kehidupan yang berbeda satu
sama lainnya. Anak usia dini menurut Yuliani Nurani Sujiono 2009 : 6 adalah sosok individu yang sedang menjalani sebuah proses pertumbuhan dan
perkembangan dengan pesat dan fundamental bagi perkembangan kehidupan anak lebih lanjut. Anak usia dini sebagai makhluk sosial dan kaya dengan
potensi memiliki dunia serta karakteristik sendiri yang jauh berbeda dari orang dewasa. Ia sangat aktif, dinamis, antusias, dan hampir selalu ingin tahu
terhadap apa saja yang dilihat dan didengarnya, serta seolah-olah tak pernah berhenti belajar.
Masa usia dini sering disebut juga sebagai masa usia emas golden age yang merupakan “masa peka” dan hanya datang satu kali saja sehingga
apabila masa periode emas tersebut terlewati maka habislah peluangnya untuk dapat mengoptimalkan seluruh aspek kemampuan yang dimiliki anak. Periode
emas ini merupakan periode kritis bagi anak, dimana perkembangan yang diperoleh dapat berpengaruh terhadap perkembangan anak selanjutnya hingga
masa dewasa. Pembelajaran pada periode ini merupakan wahana yang memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan anak guna mencapai tahapan
sesuai dengan tugas perkembangannya.
2 Pelayanan pendidikan sebaiknya diberikan kepada seluruh manusia
tanpa memandang anak, baik anak normal maupun anak yang berkebutuhan khusus.
Pendidikan anak
usia dini
merupakan salah
satu bentuk
penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar ke beberapa arah pertumbuhan dan perkembangan fisik koordinasi motorik halus
dan kasar, kecerdasan daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual, sosioemosional sikap dan perilaku serta agama bahasa dan
komunikasi, yang
disesuaikan dengan
keunikan dan
tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini Maimunah Hasan, 2009: 16.
Pendidikan Anak Usia Dini PAUD sebagai peletak dasar atau
pondasi awal bagi pertumbuhan dan perkembangan anak memerlukan situasi dan kondisi yang kondusif dalam memberikan stimulasi dan upaya-upaya
pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan anak yang berbeda antara satu dengan
yang lainnya
individual differences
dengan memperhatikan
karakteristik serta tahapan perkembangan anak. Pendidikan anak usia dini memberikan stimulasi atau rangsangan yang membuat anak merasa senang
dan nyaman, sehingga akan membantu mengembangkan potensi yang ada pada anak Yuliani Nurani Sujiono, 2009: 7. Berkaitan dengan pendidikan
anak usia dini, Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 Ayat 14 menegaskan bahwa :
Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia
enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan
jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
3 Pendidikan anak usia dini mengalami perkembangan yang sangat
pesat, hal ini dikarenakan orangtua telah mengetahui betapa pentingnya pendidikan anak sejak dini usia. Salah satu lembaga formal yang ditunjuk oleh
pemerintah sebagai penyelenggara pendidikan anak usia dini adalah Taman Kanak-kanak, sesuai dengan Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang
Sistem pendidikan Nasional pasal 28 menyebutkan bahwa pendidikan untuk anak usia dini meliputi Taman Kanak-kanak TK, Kelompok Bermain atau
playgroup, dan penitipan anak. Meskipun sebagai lembaga pendidikan formal, pendidikan di TK sangat berbeda dengan lembaga pendidikan SD, SMP, dan
seterusnya. Dari nama lembaganya, yakni “taman” bukan “sekolah”. Sebutan taman pada TK mengandung makna “tempat yang aman dan nyaman safe
and comfortable untuk bermain, sehingga pelaksanaan pendidikan di TK harus mampu menciptakan suasana lingkungan bermain yang aman dan
nyaman sebagai wahana tumbuh kembang anak. Pendidikan anak usia dini diharapkan dapat mengaktifkan dan
mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki anak, karena pada masa usia dini merupakan masa yang sangat menentukan bagi pertumbuhan dan
perkembangan anak Sumantri, 2005: 2. Pada usia ini 90 dari fisik otak anak sudah terbentuk. Menurut Clark Yuliani Nurani Sujiono, 2009 : 10
menjelaskan bahwa pada waktu manusia lahir, kelengkapan organisasi otak memuat 100 – 200 milyar sel otak yang siap dikembangkan dan
diaktualisasikan untuk mencapai tingkat perkembangan potensi tertinggi. Selain itu, Keith Osborn, Burton L. White dan Benyamin S. Bloom dalam
4 penelitiannya mengemukakan bahwa perkembangan intelektual terjadi sangat
pesat pada tahun-tahun awal kehidupan anak. Sekitar 50 variabilitas kecerdasan orang dewasa sudah terjadi ketika anak berusia 4 tahun.
Peningkatan 30 berikutnya terjadi pada usia 8 tahun, dan sisanya pada pertengahan atau akhir dasawarsa kedua Depdiknas, 2008 : 1. Berdasarkan
pernyataan tersebut mengisyaratkan bahwa PAUD merupakan satu tahap pendidikan yang tidak bisa diabaikan karena ikut menentukan pertumbuhan,
perkembangan, dan keberhasilan anak dalam kehidupannya. Hal ini menunjukkan bahwa begitu pentingnya memberikan stimulasi yang tepat pada
anak usia dini untuk mengoptimalkan seluruh aspek perkembangannya. Salah
satu aspek perkembangan anak usia dini di TK adalah perkembangan motorik. Perkembangan motorik merupakan proses yang sejalan dengan
bertambahnya usia secara bertahap dan berkesinambungan, gerakan individu meningkat dari keadaan sederhana, tidak terorganisasi, dan tidak terampil ke
arah penampilan keterampilan motorik yang kompleks dan terorganisasi dengan baik, yang pada akhirnya menuju ke arah penyesuaian keterampilan
menyertai terjadinya proses menua menjadi tua. Papilia dan Old Sumantri, 2005: 96 menjelaskan bahwa pada waktu
anak dilahirkan hanya memiliki otak seberat 25 dari berat otak orang dewasa. Syaraf-syaraf yang ada di pusat susunan syaraf belum berkembang
dan berfungsi sesuai dengan fungsinya dalam mengontrol gerakan motorik. Sejalan dengan perkembangan fisik dan usia anak, syaraf-syaraf yang
5 berfungsi mengontrol gerakan motorik mengalami proses neorulogical
maturation kematangan neurologis. Kematangan secara neorulogis merupakan hal yang penting dan sangat
berpengaruh pada kemampuan anak dalam mengontrol gerakan motoriknya. Namun pertumbuhan keterampilan motorik, baik motorik kasar maupun
motorik halus pada anak tidak akan berkembang melalui kematangan begitu saja melainkan juga dengan keterampilan yang harus dipelajari atau
dilatihkan. Pada anak usia 5 tahun, syaraf-syaraf yang mengontrol gerakan motorik sudah mencapai kematangannya dan menstimulasi berbagai kegiatan
motorik. Otot besar yang mengontrol gerakan motorik kasar seperti: berjalan, berlari, menendang, dan sebagainya berkembang lebih cepat dibandingkan
dengan otot halus yang mengontrol kegiatan motorik halus anak seperti: menggambar, menggunting, mencocok, menempel, dan sebagainya. Hal
tersebut dikarenakan motorik kasar yang merupakan gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri,
sedangkan motorik halus yang merupakan gerakan yang menggunakan otot- otot halus dipengaruhi oleh kesempatan untuk belajar dan berlatih.
Keterampilan motorik halus adalah pengorganisasian penggunaan sekelompok otot-otot kecil seperti jari-jemari, dan tangan yang sering
membutuhkan kecermatan dan koordinasi mata dengan tangan, keterampilan yang mencakup pemanfaatan dengan alat-alat untuk bekerja dan objek yang
kecil Sumantri, 2005 : 143. Pengembangan keterampilan motorik halus pada anak TK agar terasa menyenangkan bagi anak, maka pendidik atau guru harus