Pengertian Dhuafa Macam-Macam Dhuafa

27 mereka jernih, hati mereka senantiasa bergembira kebahagiaan di dunia dan memperoleh surga kebahagiaan di akhirat 17 . Keberpihakan Allah SWT kepada kaum dhuafa sedemikian detail dan terperinci. Hal ini juga memberi gambaran bahwa sedemikian besar perhatian, pembelaan, dan perlindungan yang Allah berikan kepada mereka. Semuanya memperkuat dan memperjelas konsepsi Islam dalam mengatasi masalah sosial kemanusiaan, khususnya pengentasan dan pemberdayaan kaum dhuafa. Disini, Allah selain telah memberikan batasan yang jelas tentang dhuafa yang biasanya dilakukan oleh manusia, juga telah memberikan cara- cara konkret dalam memberi bantuan serta pertolongan kepada mereka. Disamping itu, Allah juga memberikan penghargaan kepada orang-orang yang memiliki keberpihakan dan kepeduliaan atas nasib kaum dhuafa dan menentukan sanksi kepada mereka yang tidak mau membantu, menolong, mempedulikan, membela dan melindungi golongan dhuafa ini di dunia dan akhirat 18 .

D. Dana Bergulir Dhuafa

Bergulir dalam bahasa Inggris berarti rolling sedangkan dalam bahasa Indonesia berarti berguling, menggelincir, atau berputar. Sedangkan dhuafa berasal dari bahasa Arab yaitu dhi’afan atau mustadh’afin yang berarti orang- 17 Q.S. Al Insaan ayat 7-12. 18 Media Amal Islam, Keberpihakan Islam Kepada Kaum Dhuafa, Jakarta : Wordpress.com, 2011. 28 orang lemah. Jadi Dana bergulir Dhuafa dapat diartikan sebagai dana yang dapat digulirkan hanya kepada kaum dhuafa orang-orang lemah yang membutuhkan bantuan permodalan atau dana untuk menjalankan usaha untuk meringankan beban mereka dalam perekonomian. Dana bergulir dhuafa merupakan dana yang diperoleh dari dana sosial dan ZIS kemudian disalurkan ke masyarakat untuk kegiatan yang bersifat produktif bukan konsumtif dan diharapkan dana tersebut juga dapat dipakai secara bergantian atau bergulir 19 . Dasar Hukum Terkait dengan hal ini dalam Al- Qur‟an Surat An-Nisa ayat 29 dapat dijelaskan sebagai berikut :              Artinya: “Dan janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka atau saling meridhoi di antara kamu ”. Q.S. An-Nisa : 29 Maksud dari ayat diatas adalah kita dilarang memakan harta sesama umat manusia kecuali dengan jalan perdagangan atas dasar saling meridhai satu sama lain, ini juga berlaku dalam pengelolaan dana bergulir dhuafa yang mana dana tersebut diperoleh dari dana ZIS yang kemudian diproduktifkan untuk pengembangan perekonomian umat namun lebih difokuskan pada kaum dhuafa yang membutuhkan dana untuk usaha. 19 BMT Usaha Mulya, Produk Pembiayaan Dana Bergulir Dhuafa. Riset pada Mei-Juni 2011. 29

E. Analisis SWOT

SWOT adalah analisis internal maupun eksternal organisasi yang selanjutnya akan digambarkan sebagai dasar untuk merancang strategi dan program kerja. Dalam analisis SWOT, meliputi elemen internal yaitu kekuatan strength, kelemahan weakness dan elemen eksternal yang terdiri dari peluang opportunity dan ancaman threat. Keempat elemen dari analisis tersebut merupakan penjabaran dari manajemen strategi 20 . Perusahaan dalam menjalankan misinya dan mewujudkan visinya. Dari hasil analisis akan memetakan posisi perusahaan terhadap lingkungannya dan menyediakan pilihan strategi umum yang sesuai, serta dijadikan dasar dalam menetapkan sasaran-sasaran perusahaan dalam waktu 3-5 tahun ke depan untuk memenuhi kebutuhan dan harapan dari para stakeholder. Tujuan utama analisis SWOT adalah mengidentifikasi strategi perusahaan secara keseluruhan. Hampir setiap perusahaan maupun pengamat bisnis dalampendekatannya banyak menggunakan analisis SWOT. Kecenderungan ini tamoaknya akan terus semakin meningkat terutama dalam era perdagangan bebas di abad 21, dimana satu dengan yang lain saling berhubungan dan saling tergantung. Analisis SWOT mengarahkan analisis strategi dengan cara memfokuskan perhatian pada kekuatan, kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang 20 Ismail Yusanto, Pengantar Manajemen Syariah, Jakarta : Khairul Bayan, 2002. h. 83.