Mad’u Unsur – Unsur Dakwah a. Da’i

munafik. Ada juga yang muslim tapi masih membutuhkan bimbingan atau umat Islam yang masih melakukan maksiat, mereka juga berbeda dari segi intelektual, status sosial, kesehatan, pendidikan, ada yang buta huruf, ada yang kaya, ada yang miskin, ada yang sehat dan yang sakit.

c. Materi Dakwah

Seorang da’i yang bijakasana adalah orang yang dapat mempelajari realitas masyarakat dan kepercayaan mereka serta menempatkan mereka pada tempatnya masing-masing, kemudian ia mengajak mereka berdasarkan kemampuan akal, pemahaman, tabi’at, tingkat keilmuan dan status sosial mereka dan seorang da’i yang bijak adalah yang mengetahui metode yang akan dipakainya. 45 Materi maddah dakwah adalah masalah isi pesan atau materi yang disampaikan da’i dan mad’u, pada dasarnya bersumber dari Al-Qur’an dan hadist sebagai sumber utama yang meliputi aqidah, syariah, dan akhlak. 46

d. Metode Dakwah

Dari segi bahasa metode berasal dari dua perkataan yaitu “mete” melalui dan ”hodos” jalan cara, maka metode adalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan. 47 Metode dakwah adalah cara-cara 45 Said Al-Qathani, Menjadi Da’i Sukses, Jakarta: Qisthi Press, 2005, cet-1, hal. 97 46 Nurul Badrutaman, Dakwah Kolaboratif Tarmizi Taher, Jakarta: Grafindo, 2005, hal. 109 47 M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1991, hal. 61 yang dipergunakan oleh seorang da’i untuk menyampaikan materi dakwah. 48 Atau kumpulan kegiatan untuk mencapai satu tujuan tertentu. Pada surat An-Nahl ayat 165 menerangkan bahwa berdakwah itu hendaknya dengan menggunakan metode hikmah bijaksana dan mauidzhah hasanah nasihat yang baik agar orang-orang yang diajak selalu mendapatkan siraman rohani yang merupakan obat penenang hati di dalam setiap masalah. Bahkan ayat Al-Qur’an yang memanggil umat Islam untuk melakukan dakwah bil hikmah dan maidzhah hasanah serta mujadalah bil ihsan pada saat itu telah dipahami secara luas sebagai proses komunikasi dan edukasi. Dengan demikian, prinsip-prinsip metode serta teknik komunikasi dan edukasi berlaku dan berkembang dalam kegiatan dakwah, selain itu juga terus menerus mengolah dan mengembangkan pesan dari kegiatan dakwah tersebut. 49

e. Media Dakwah

Media dakwah adalah peralatan dakwah yang digunakan untuk menyampaikan atau menyalurkan materi dakwah. 50 Dewasa ini, jenis-jenis media atau sarana dakwah sangat banyak jumlahnya, antara lain: radio, video, rekaman, televisi, surat khabar, majalah, tabloid, dan bahkan jaringan informasi melalui komputer internet. 48 Wardi Bachtiar, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, Ciputat: Logos, 1997, hal. 34 49 M. Habib Chirzin, Orientasi Lembaga Dakwah dan Agenda Dakwah Masa Depan, Seminar Nasional Dakwah dan Politik, Jakarta: 12 September 1995, hal. 5 50 Wardi Bachtiar, Op. Cit, hal. 34 Media dakwah merupakan sarana untuk menyampaikan pesan agama dengan mendayagunakan alat-alat atau temuan tekhnologi modern yang ada pada zaman ini. Dengan begitu, banyaknya media dakwah yang tersedia. Mereka seorang da’i memilih salah satu atau beberapa media saja sesuai dengan tujuan atau hendak yang ingin dicapai sehingga apa yang menjadi tujuan dakwah dapat tercapai dengan efektif dan efesien.

f. Tujuan Dakwah

Pada dasarnya dakwah dimaksudkan untuk mewujudkan kesejahteraan dan kebahagiaan sa’aah bagi umat manusia baik dalam kehidupan mereka di dunia maupun di akhirat kelak. 51 Jika ditinjau dari aspek psikologis tujuan dakwah untuk menumbuhkan pengertian, kesadaran, penghayatan, dan pengalaman ajaran agama yang disampaikan oleh seorang da’i. sehingga ruang lingkup dakwah meliputi masalah pembentukan sikap mental dan pengembangan motivasi yang bersifat positif dalam segala aspek kehidupan. 52

g. Keberhasilan Dakwah

Ada beberapa kemungkinan menurut Ahmad Mubarok untuk keberhasilan dakwah. Kemungkinan pertama, karena pesan dakwah yang disampaikan seorang da’i memang relevan dengan kebutuhan masyarakat yang 51 Dr. A. Ilyas Ismail, M.A, Paradigma Dakwah Sayyid Quthub: Rekonstruksi Pemikiran Dakwah Harakah, Jakarta: Penamadani, 2006, cet-1, hal. 140 52 H. M. Arifin, Psikologi Dakwah, Jakarta: Bumi Aksara, 1997, cet-4, hal. 5