dengan menuliskan hal-hal yang dianggap paling penting.
27
Jenis pidato yang paling baik dan paling sering dilakukan oleh juru pidato yang
mahir. Biasanya pembicara sering melakukan latihan-latihan intensif.
6. Sifat – Sifat Pidato
a. Pidato informatif Pidato informatif adalah pidato yang melibatkan informasi penting atau
seperangkat pengetahuan yang akan diberikan kepada penyimak. Informasi yang kadaluwarsa atau yang sudah diketahui dengan baik
oleh penyimak akan mengurangi minat dan perhatian penyimak.
28
Tujuan pidato informatif ini adalah menjelaskan kasus, menjelaskan cara melakukan sesuatu, dan berbagi pengetahuan.
b. Pidato argumentatif Pidato argumentatif adalah pidato dengan mengemukakan argumentasi,
dalil, dan alasan untuk mendukung atau menolak satu pernyataan opini, pendapat atau keyakinan tertentu.
29
Untuk memperkuat daya terima argumentasi yang dikemukakan, dibutuhkan data-data faktual, statistik,
dan bukti-bukti maupun kesaksian. c. Pidato persuasif
Pidato persuasif adalah pidato yang menghendaki reaksi penyimak untuk melakukan atau meninggalkan tindakan, aksi, tingkah laku, atau
sikap tertentu sesuai harapan pembicara. Adapun tujuan utama dari
27
Andi Yanuarita, Op. Cit, hal. 25
28
Amirudin Rahim, Op.Cit, hal. 116
29
Ibid, hal. 116-117
pidato persuasif adalah membentuk tanggapan, memperkuat tanggapan, dan menggunggah tanggapan.
30
Dalam prinsipnya pidato persuasif mempunyai tujuan, yaitu:
Membujuk demi konsitensi. Membujuk demi perubahan-perubahan kecil.
Membujuk demi keuntungan. d. Pidato rekreatif
Pidato rekreatif dapat disebut juga dengan pidato kekeluargaan. Pidato ini pada umumnya menyuguhkan suatu kegembiraan yang dapat
dinikmati dengan rasa kekeluargaan dan persaudaraan. Lelucon dan humor dapat digunakan untuk menghangatkan suasana.
Ada tiga teori humor menurut para filsuf yaitu Teori Superioritas, Teori Bisosiasi, dan Teori Pelepasan Inhibisi.
31
Perlu diingat pula bahwa belajar tentang retorika bisa meraih keuntungan yang berarti, di antaranya:
Meningkatkan kecakapan berpidato yang baik sebagai pembicara, pendengar, dan pengeritik;
Meningkatkan kecakapan akademik maupun profesionalisme dalam berorganisasi, penelitian, gaya bahasa, dan sebagainya;
Mengembangkan kecakapan menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial dan kecakapan berinteraksi;
30
Amirudin Rahim, Op.Cit, hal. 117
31
Jalaluddin Rahmat, Retorika Modern Pendekatan Praktis, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011, cet-15, hal. 5
Mengembangkan masyarakat pada umumnya dengan memelihara komunikasi yang bebas dan terbuka.
32
B. Ruang Lingkup Dakwah 1. Pengertian Dakwah
Dilihat dari segi bahasa kata dakwah berasal dari bahasa arab, yaitu bentuk isim masdar dari kata da’a-yud’u-da’watun yang artinya menyeru,
memanggil, mengajak, dan menjamu.
33
Di dalam Al-Qur’an ada beberapa ayat yang menunjukkan kata tersebut, antara lain dalam surat Yunus ayat 25:
“Allah menyeru manusia ke darussalam surga, dan menunjuki orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang Lurus Islam”.
Pada dasarnya, semua pribadi muslim berperan secara otomatis sebagai juru dakwah.
Secara umum, adalah setiap muslim dan muslimah yang mukallaf dewasa, di mana kewajiban dakwah merupakan suatu yang melekat, tidak
terpisahkan dari misinya sebagai penganut Islam sesuai dengan perintah; “sampaikan walau satu ayat”.
Secara khusus, adalah mereka yang mengambil keahlian khusus mutakhasis dalam bidang agama Islam, yang dikenal dengan panggilan
32
Kustadi Suhandang, Retorika: Strategi, Teknik, dan Berpidato, Bandung: Nuansa, 2009, cet-1, hal. 1
33
Muhammad Yunus, Kamus Arab Indonesia, Jakarta: Yayasan Penyelenggara Penerjemah, 1973, hal. 127