Hubungan Kerja Antara Atasan dan Bawahan

persen dan selebihnya belum memiliki tanggungan keluarga sebanyak 9 orang 30 persen. Tabel 12. Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan Keluarga Jumlah Tanggungan Jumlah Responden Persentase 0 9 30 1-3 18 60 3 3 10 Jumlah 30 100 Sumber: Pengolahan Data 2010 Tabel 13. Hasil uji Korelasi Chi-square antara Jumlah Tanggungan Keluarga dengan Motivasi Kerja Chi-square Hitung df Probabilitas Chi-square Tabel Pearson Chi-square 4.300 4 0.367 9.488 Sumber: Pengolahan Data 2010 Berdasarkan tabel 13 hasil uji Chi-square untuk jumlah tanggungan keluarga diperoleh data bahwa nilai Chi-square hitung sebesar 4.300 lebih kecil dibandingkan dengan nilai Chi-square tabel, yaitu sebesar 9.488. Angka signifikansi sebesar 0.367 lebih besar dari tingkat taraf nyata α = 0.05, yang berarti bahwa jumlah tanggungan keluarga tidak berpengaruh terhadap tingkat motivasi kerja karyawan PT. Godongijo Nursery.

5.2 Faktor Ekstrinsik

5.2.1 Hubungan Kerja Antara Atasan dan Bawahan

Hubungan antara atasan dan bawahan adalah interaksi yang terjadi antara seorang atasan sebagai pimpinan atau seseorang yang bertanggung jawab terhadap suatu pekerjaan trtentu dengan para bawahannya. Atasan atau pimpinan adalah seseorang yang memiliki wewenang dan kepemimpinannya untuk mengarahkan 52 bawahannya agar dapat bekerja keras, bekerjasama dan bertanggunga jawab dalam mengerjakan pekerjaannya dengan baik dan produktif dalam rangka mencapai tujuan perusahaan. Agar semua hal itu dapat tercapai, maka seorang pemimpin harus dapat menciptakan integrasi yang serasi dan kompak antara dirinya dengan bawahannya sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai secara maksimal. Tercapainya hubungan yang baik antara atasan dan bawahan merupakan hal yang penting untuk direalisasikan karena dengan demikian dapat terjadi proses komunikasi yang efektif dimana terdapat komunikasi yang terbuka, jujur, dan berlaku timbal balik dalam proses dua arah. Komunikasi dapat menyebabkan segala sesuatu menjadi jelas. Sebagai contoh, pimpinan dapat mengkomunikasikan dengan baik tentang apa yang menjadi tujuan perusahaan, aturan-aturan yang berlaku dalam perusahaan, standar kinerja karyawan dan perubahan-perubahan dalam arah strategi perusahaan yang mungkin berpengaruh terhadap pekerjaan karyawannya. Sebaliknya karyawn juga dapat menjelaskan dengan baik kepada atasan mengenai apa saja yeng merekabutuhkan dalam bekerja, reaksi-reaksi terhadap perubahan yang terjadi dan ide-ide serta usulan yang mereka miliki. Keadaan yang demikian dapat menghindari ketidakpuasan dan kegelisahan sehingga pada akhirnya dapat mendorong motivasi bekerja dan kemunkinan munculnya konflik dapat ditekan. Atasan juga sebaiknya tidak berorientasi terhadap tugas, tetapi juga berorientasi terhadap karyawan. Atasan yang berorientasi terhadap tugas adalah dengan mengarahkan dan mengawasi secara ketat bawahannya untuk menjamin 53 agar tugas yang diberikan dapat dilaksanakan dengan hasil yang memuaskan. Sedangkan atasan yang berorientasi pada karyawan akan berusaha untuk lebih memotivasi daripada supervisi terhadap bawahan. Pimpinan mendorong karyawan untuk melaksanakan tugas dengan membiarkan karyawan berpartisipasi dalam pengambilan keputusan. Tabel 14. Rekapitulasi Penilaian Responden Terhadap Hubungan Atasan dengan Bawahan Indikator Nilai Rata-rata Persepsi Pemberian bimbingan dan pengerahan dalam bekerja 4.4 Sangat baik Pemberian perhatian ide, usul dan saran 4.1 Baik Pemberian pujian 3.7 Baik Hubungan dengan atasan diluar pekerjaan 4.1 Baik Sumber: Pengolahan Data 2010 Berdasarkan table 14 diatas, secara keseluruhan menyatakan bahwa hubungan atasan dengan bawahan baik. Pemberian bimbingan dan pengarahan yang diberikan oleh atasan dinilai sangat baik bagi para karyawan, dalam keseharian pimpinan mengikuti perkembangan karyawan untuk memberikan bimbingan dan pengarahan mengenai pekerjaan mereka, sehingga usul dan saran mereka dapat secara langsung disampaikan kepada atasan. Atasan cukup sering memberikan pujian atas hasil pekerjaan yang dilakukan para karyawan, selain itu juga hubungan atasan dengan para karyawan dekat diluar pekerjaan, atasan tidak menjaga jarak dengan bawahan sehingga terjalin hubungan yang baik antara atsan dengan bawahan. Tabel 15. Hasil Uji korelasi Rank-spearman antara Hub. Atasan dan Bawahan Terhadap Motivasi Variabel N Nilai Korelasi Signifikansi Taraf Nyata Hub. Atasan dengan Bawahan 30 0.383 0.037 0.05 Sumber: Pengolahan Data 2010 54 Berdasarkan hasil pengujian korelasi Rank-spearman untuk hubungan antara atasan dan bawahan diperoleh data bahwa nilai signifikan sebesar 0.037 lebih kecil dari tingkat taraf signifikan α = 0.05, yang berarti bahwa Ho ditolak dan H 1 diterima, yaitu terdapat hubungan yang nyata dan signifikan antara variable bebas dengan variabel terikat. Nilsi korelasi yang diperoleh sebesar 0.383 dalam champion dikategorikan sebagai moderately low association yang menunjukkan bahwa hubungan yang terjadi antara faktor hubungan atasan dengan bawahan terhadap tingkat motivasi agak lemah.

5.2.2 Hubungan Antar Sesama Rekan Kerja