Latar Belakang Ir. Supriadi, MS

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kebijakan publik merupakan kebutuhan bagi setiap negara, khususnya dalam konteks pemerintahan. Kebijakan publik dapat mendorong atau menekan aktifitas masyarakat pada suatu negara. Keunggulan negara bangsa ditentukan oleh keunggulan kebijakan publiknya. Pemerintahan daerah juga mempunyai kebijakan publik. Dengan demikian daerah yang unggul adalah daerah yang mempunyai kebijakan publik yang tepat effectiveness, efficiency, responsiveness, equity, accountability, rule of law. Kebijakan publik adalah kebijakan yang dibuat oleh organisasi publik publik organization, pemerintah. Pemerintah mengambil keputusan untuk mengarahkan masyarakat untuk mencapai tujuan-tujuan publik tertentu. Kebijakan publik tertinggi di daerah adalah peraturan daerah. Peran setiap negara daerah pemerintah pusat daerah semakin penting, dalam rangka membangun daya saing global bagi negara atau daerahnya. Pencapaiannya sangat tergantung pada kebijakan publik yang ditetapkan Miraza, 2010. Pada hakekatnya kebijakan publik adalah intervensi pemerintah yang bertujuan untuk mengubah yang ada atau mempengaruhi arah dan kecepatan dari perubahan yang sedang berlangsung dalam masyarakat, guna mewujudkan kondisi yang diinginkan. Intervensi itu dilakukan melalui suatu atau serangkaian strategi Universitas Sumatera Utara kebijakan dengan menggunakan berbagai instrumen kebijakan. Dalam hal ini, kondisi yang ingin dipengaruhi serta kemungkinan perubahan yang akan terjadi sangatlah bersifat spesifik. Artinya sangat bergantung pada ketepatan waktu dan ketepatan sasaran serta ketepatan lingkungan masyarakat. Hal seperti ini hanya dapat dipahami dan dihayati secara tepat oleh mereka yang hidup dalam masyarakat yang bersangkutan. Bahwasanya campur tangan dan pengaturan pemerintah negara daerah terhadap kehidupan masyarakat adalah sesuai berdasarkan peraturan dan undang- undang dan sesuai dengan harapan masyarakat. Tanpa campur tangan dan pengaturan yang jelas terhadap hubunngan–hubungan dimaksud maka akan muncul suatu ketidakefisienan dalam kehidupan ekonomi, sosial, politik, ketertiban. Di samping ada pihak yang mendapatkan manfaat, akan ada pihak-pihak yang dirugikan dari aktifitas yang dilakukan oleh kelompok atau individu kelompok terhadap pihak lainnya, atau kejadian hubungan tersebut dinamakan eksternalitas yang negatif. Dari keterangan di atas jelas bahwa pemerintah negara daerah mempunyai peran yang sangat menentukan terhadap kehidupan masyarakatnya dan hendaknya hal ini menjadi perhatian pemerintah negara daerah. Oleh sebab itu peran pemerintah di dalam mengatur kehiduapan masyarakat harus benar, harus efektif dan efisien. Semua dapat dilihat dari kebijakan publik yang disusun dan dilaksanakan. Pengaturan itu terwujud dalam bentuk kebijkan publik. Keunggulan dan kemajuan suatu kota kabupaten negara sangat ditentukan oleh kualitas kebijakan publik yang dikeluarkan dan yang akan dilaksanakan. Dari kebijakan publik yang Universitas Sumatera Utara disusun, masyarakatnya tahu kemana campur tangan dan pengaturan diarahkan. Dan masyarakat juga tahu apakah pemerintahan negara daerah telah berjalan sebagaimana yang diharapkan. Kebijakan publik harus melindungi dan menjaga kepentingan seluruh masyarakat dan harus mendorong bagi terciptanya keunggulan dan kemandirian masyarakat. Akhir-akhir ini dan ke depan permasalahan pembangunan di Indonesia akan semakin kompleks dan beragam. Hal ini disebabkan karena seiring dengan tujuan pembangunan itu sendiri adalah bagaimana upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan sekaligus ini merupakan Indonesia vision bila kita merefleksi terhadap capaian pembangunan masa lalu, sekarang dan masa yang akan datang, maka terlihatlah perjalanan panjang sejak Indonesia merdeka. Upaya pembangunan secara nasional dengan berbagai program sektoral secara otomatis akan mewujudkan pemerataan hasil pembangunan di pelosok daerah. Jawaban inilah yang ditunggu dengan diberlakukannya sistem desentarlisasi dalam bentuk otonomi daerah dengan wujud pemekaran wilayah Sirojuzilam, 2011. Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah memberikan kewenangan yang luas dan nyata kepada daerah dalam menyelenggarakan pemerintahan. Terkait dengan hal tersebut dalam menentukan ibukota sebagai pusat pemerintahan harus dilakukan suatu penilaian yang objektif yang didasarkan pada kriteria-kriteria tertentu dengan memperhatikan aspirasi masyarakat. Kriteria-kriteria yang perlu mendapat penilaian dalam menentukan calon Universitas Sumatera Utara ibukota tersebut antara lain adalah aspek tata ruang, aksesibilitas, keadaan fisik, kependudukan dan ketersediaan fasilitas. Menurut Bappenas 2005, pembangunan wilayah regional merupakan fungsi dari potensi sumberdaya alam, tenaga kerja dan sumber daya manusia, investasi modal, prasarana dan sarana pembangunan, transportasi dan komunikasi, komposisi industri, teknologi, situasi ekonomi dan perdagangan antar wilayah, kemampuan pendanaan dan pembiayaan pembangunan daerah, kewirausahaan, kelembagaan daerah dan lingkungan pembangunan secara luas. Semua faktor di atas adalah penting tetapi masih dianggap terpisah-pisah satu sama lain dan belum menyatu sebagai komponen yang membentuk basis untuk penyusunan konsep pembangunan wilayah regional secara komprehensif. Pemekaran daerah secara intensif berkembang di Indonesia sebagai salah satu jalan untuk pemerataan pembangunan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat di daerah. Banyak pihak ragu apakah tujuan pemekaran tersebut dapat tercapai atau tidak. Meski saat ini pemekaran tidak dapat dihindarkan lagi dalam situasi politik yang terjadi namun upaya membangun penilaian yang lebih obyektif akan bermanfaat dalam menentukan arah kebijakan pemekaran selanjutnya. Tujuan pemekaran merupakan suatu upaya percepatan pembangunan yang berorientasi kepada pelayanan publik yang mudah, dekat, nyata bisa dirasakan masyarakat yang bertujuan mensejahterakan serta memakmurkan masyarakat secara keseluruhan. Atas dasar tersebut berdasarkan kajian, potensi, dan uji kelayakan dalam pemekaran daerah, pemerintah pusat melalui suatu ketetapan Undang Undang Nomor Universitas Sumatera Utara 37 dan Nomor 38 Tahun 2007 memekarkan Kabupaten Tapanuli Selatan menjadi 3 bagian yang terdiri Padang Lawas Palas, Padang Lawas Utara Paluta, dan Kabupaten Tapanuli Selatan Tapsel sendiri sebagai kabupaten induk yang beribukota di Sipirok. Akan tetapi 23 bulan sejak undang undang tersebut ditetapkan ibukota sekaligus Pusat Pemerintahan Kabupaten Tapanuli Selatan tetap berada di Padangsidimpuan, artinya di bandingkan Padang Lawas dan Padang Lawas Utara tentu sangat ketinggalan dan terbelakang. Apabila Paluta dan Palas sudah bisa memberikan pelayanan kepada masyarakat dan mulai membangun infrastruktur pemerintahan di wilayahnya sendiri, Tapanuli Selatan yang justru sebagai ibu dari kabupaten baru tersebut masih menumpang di rumah tangga Pemerintah Kotamadya Padangsidimpuan. Hal ini tentu sangat merugikan masyarakat Tapanuli Selatan, potensi Pendapatan Asli Daerah PAD dan efek dari penempatan pusat pemerintahan di wilayah sendiri tidak bisa dirasakan masyarakat. Kabupaten Tapanuli Selatan adalah kabupaten induk sebelum dimekarkannya Kabupaten Padang Lawas Utara dan Kabupaten Padang Lawas yang menjadi 3 tiga kabupaten yaitu i Kabupaten Tapanuli Selatan, ii Kabupaten Padang Lawas Utara dan iii Kabupaten Padang Lawas pada tahun 2007. Berdasarkan penegasan yang ditemukan pada kedua kebijakan yang dituangkan dalam Undang Undang : 1. Pada Undang Undang Nomor 37 Tahun 2007 tentang Pembentukan Kabupaten Padang Lawas Utara di Provinsi Sumatera Utara, pada bagian keempat tentang ibukota, tepatnya Pasal 7, disebutkan bahwa ibukota Universitas Sumatera Utara Kabupaten Padang Lawas Utara berkedudukan di Gunung Tua. Sedangkan pada Pasal 21 disebutkan bahwa ”Dengan disahkannya Undang Undang ini, ibukota Kabupaten Tapanuli Selatan yang merupakan Kabupaten induk berkedudukan di Sipirok”. Dijelaskan lagi bahwa paling lama 18 delapan belas bulan sejak Undang Undang ini diundangkan, secara definitif, pusat kegiatan penyelenggaraan Pemerintahan Kabupaten Tapanuli Selatan telah berada di Sipirok. 2. Undang Undang Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembentukan Kabupaten Padang Lawas di Provinsi Sumatera Utara, pada bagian keempat tentang ibukota, tepatnya Pasal 7, disebutkan bahwa ibukota Kabupaten Padang Lawas berkedudukan di Sibuhuan. Sedangkan pada Pasal 21 disebutkan bahwa ”Dengan disahkannya Undang Undang ini, ibukota Kabupaten Tapanuli Selatan yang merupakan Kabupaten induk berkedudukan di Sipirok”. Dijelaskan lagi bahwa paling lama 18 delapan belas bulan sejak Undang Undang ini diundangkan, secara definitif, pusat kegiatan penyelenggaraan Pemerintahan Kabupaten Tapanuli Selatan telah berada di Sipirok. Kedua Undang Undang Nomor 37 dan Nomor 38 Tahun 2007 memberi redaksi yang tak berbeda sama sekali. Perpindahan ibukota kabupaten bukan sekedar persoalan pusat pemerintahan, namun hal ini merupakan perubahan yang sangat mendasar, yakni perubahan paradigma lama ibukota kabupaten sebagai pusat seluruh aktivitas pemerintahan ke Universitas Sumatera Utara paradigma baru bahwa ibukota kabupaten direncanakan sedemikian rupa untuk menjadi pusat pelayanan. Dari sisi nasional, hal ini sekaligus diharapkan mampu mengatasi ketimpangan pembangunan dengan merencanakan pembangunan yang lebih merata dan seimbang Purba, 2006. Menurut Soekarno 1999, dalam kajian tentang pemindahan ibukota kabupaten menyatakan bahwa tahapan proses pemindahan ibukota kabupaten secara administratif sebagai berikut: a legalisasi keinginan masyarakat melalui Dewan Perwakilan Rakyat Daerah tentang perlunya ibukota kabupaten pindah, b Bupati meneruskan keinginan tersebut kepada Gubernur Kepala Daerah Provinsi untuk mendapat persetujuan, c Gubernur menerusakan usulan calon Ibukota Kabupaten tersebut kapada Menteri Dalam Negeri diteruskan ke Dewan Pertimbangan Otonomi Daerah DPOD untuk meneliti calon lokasi ibukota kabupaten terbaik, d Hasil Penelitian DPOD oleh Menteri Dalam Negeri diteruskan kepada menteri-menteri terkait untuk mendapatkan dukungan, e Setelah mendapat dukungan dari menteri- menteri terkait, Menteri Dalam Negeri menyampaikan usulan lokasi terbaikan di atas. Fungsi kota dicerminkan oleh kelengkapan dan kualitas fasilitas pelayanan perkotaan yang dimilikinya, disamping itu kota ditinjau dari segi aksesibilitasnya ke kota-kota lain atau wilayah belakangnya. Pandangan pembangunan daerah pedesaan dan pembangunan daerah perkotaan menurut Adisasmita 2010, seringkali dipertentangkan antara pembangunan daerah pertanian pedesaan dengan pembangunan daerah perkotaan. Seyogianya jangan dipertentangkan, keduanya bersifat saling melengkapi Universitas Sumatera Utara komplementer. Daerah pedesaan memiliki potensi produksi komoditas pertanian misalnya pangan dan lain-lainnya, yang sebagian dari padanya dipasarkan untuk memenuhi kebutuhan penduduk di daerah perkotaan. Sebaliknya di daerah perkotaan terdapat berbagai industri dan hasil-hasilnya didistribusikan untuk penduduk daerah perkotaan dan daerah pedesaan. Kebutuhan akan tenaga kerja sektor industri di daerah perkotaan pada suatu saat disuplai dari daerah pedesaan. Jelas bahwa antara keduanya saling membutuhkan dan saling mengisi. Unsur penting struktur dasar kawasan, tiga unsur struktur dasar kawasan wilayah meliputi: i pusat, ii wilayah pelayanan pengaruh dan iii jaringan transportasi. Dalam kaitannya dengan pusat sebagai kekuatan penggerak pembangunan yang perlu diperhatikan adalah jumlahnya, besarnya, fungsinya, hirarki dan kaitannya. Untuk membangun suatu kawasan andalan diperlukan keberadaan suatu kota yang berfungsi sebagai pusat penggerak utama primer mover yang ditopang oleh pusat-pusat pendukung yang relatif kecil yang diharapkan mampu menunjang pertumbuhan sektor-sektor yang saling menunjang secara cepat ke seluruh daerah. Sebaliknya suatu kawasan yang memiliki sejumlah kota pusat kecil adalah relatif lemah, diupayakan agar pusat-pusat lokal yang independen membentuk sistem kota-kota yang saling bergantungan secara fungsional, baik dalam kawasan yang bersangkutan dan selanjutmya secara antar kawasan. Jaringan transportasi merupakan fasilitas penunjang interaksi dan arah orientasinya secara geografis dalam kawasan yang bersangkutan ataupun ke luar kawasan regional dan nasional. Universitas Sumatera Utara Menyiapkan Kecamatan Sipirok menjadi ibukota Kabupaten Tapanuli Selatan bukanlah hal yang mudah dan membutuhkan proses yang sangat lama. Untuk itu dalam penelitian ini peneliti mengidentifikasi potensi yang menjadi kekuatan mengapa Sipirok terpilih pusat pemerintahan Kabupaten Tapanuli Selatan, apa yang menjadi hambatan dalam proses dilaksanakannya pemindahan pusat pemerintahan, faktor-faktor yang mendukung dan penghambat yang ada dalam Sipirok itu sendiri sebagai peluang dan tantangan Sipirok sebagai pusat pemerintahan yang menjadi ibukota Kabupaten Tapanuli Selatan. Berdasarkan latar belakang di atas, menarik untuk diteliti bagaimana analisis kesiapan Sipirok sebagai Pusat Pemerintahan Kabupaten Tapanuli Selatan. Oleh karena itu peneliti melakukan penelitian berjudul : “Analisis Kesiapan Kecamatan Sipirok sebagai Pusat Pemerintahan di Kabupaten Tapanuli Selatan”.

1.2. Perumusan Masalah