132
Menurut hukum adat masyarakat Mooi, ada dua hal yang penting dalam mengatur seluruh aspek kehidupan masyarakatnya yaitu “Dengar-dengar dan Takut-
takut” artinya bahwa setiap orang yang banyak mendengar hal-hal yang bermanfaat dari leluhurnya dan takut melakukan hal-hal yang tidak benar maka ada kehidupan
dan berkat baginya. Dalam wawancara lebih lanjut dengan pemimpin masyarakat adat Mooi, bagi
masyarakat Mooi, Tumbuhan Sowang yang merupakan suatu tumbuhan yang hanya terdapat di kawasan Pegunungan Cycloops. Masyarakat adat Mooi sangat menjaga
kelestarian hutan, karena menurut mereka, hutan pada Pegunungan Cycloops merupakan “Ibu Kandung” dari masyarakat adat Mooi. Kepercayaan masyarakat adat
Mooi bahwa segala sesuatu yang terdapat di hutan Pegunungan Cycloops berupa air dan udara yang dirasakan dan dinikmati, merupakan hasil dan pemberian dari ibu
Kandungnya, sehingga masyarakat adat Mooi menjaga dan melestarikan dari hutan di kawasan cagar alam Pegunungan Cycloops dengan baik.
3. Masyarakat adat Numbay
Masyarakat adat Numbay adalah masyarakat yang mendiami perairan laut dengan penggunaan bahasa yang sangat beragam. Secara administrasi masyarakat
adat Numbay terbagi atas empat wilayah, yaitu Kampung Kaibatu yang mendiami Tanjung Kaibatu atau Tanjung Base G, Kampung Kaipulo yang mendiami pulau,
Kampung Tobatji dan Enggros yang mendiami Teluk Yotefa dan Kampung Skow yang mendiami daerah perbatasan RI – PNG. Masing-masing kampung terdiri dari
beberapa keret yang mengikuti garis keturunan patrialineal. Dari hasil wawacara dengan tua-tua Kampung Kaibatu, mereka menyatakan
bahwa, sebelum adanya perang, kelaparan melanda masyarakat karena masyarakat belum mengetahui cara menghasilkan sagu dan lain sebagainya. Jumlah keret yang
berada di Kampung Kaibatu sebanyak enam belas keret, tetapi kelima belas keret lainnya telah punah, sehingga hanya tersisa 1 keret yang merupakan masyarakat adat
asli Kampung Kaibatu yaitu Pui atau disebut “Tyahe”.
133
Dalam kehidupan sosial budaya masyarakat adat yang mendiami kawasan cagar alam Pegunungan Cycloop ini hampir sama satu dengan yang lain yaitu saling
bergotong royong. Pemukiman masyarakat adat Numbay diatas air yang disebut “ rumah berlabuh”, biasa dibangun oleh masyarakat adat Numbay menggunakan kayu
Sowang yang di sebut dengan kayu Kuat. Bagi masyarakat adat Numbay kayu ini sudah ada sejak dahulu, yang mana nenek moyang masyarakat adat Numbay
menggunakannya untuk membangun rumah dan membangun “Para-Para adat”. Dalam proses pengambilan kayu Sowang dahulu, bisa dilakukan di sekitar kawasan
pemukiman masyarakat adat Numbay, tetapi saat ini sebagian besar harus membeli dari masyarakat adat Ormu atau dari sanak saudara mereka yang masih mempunyai
kayu Sowang. masyarakat adat Numbay biasanya membeli dari masyarakat adat Ormu dengan cara melakukan penukaran Batu-batuan Tomako Batu dan Piring-
piring atau manik-manik. Masyarakat adat Numbay memiliki pola linear yaitu rumah dibangun sejajar
dalam formasi dua deret yang saling berhadapan, dimana jembatan yang dibangun diantara dua deret ini merupakan suatu “ kontak-pandang” yang dimaksudkan untuk
mudah mengenali orang. Selain Para-para adat, ada juga bangunan “Kariwari”. Bangunan Kariwari dibangun dengan tiang utamanya menggunakan Kayu Sowang,
yang menurut masyarakat adat Numbay merupakan Simbol Kekuatan dari Kariwari tersebut. Kariwari sendiri berfungsi sebagai pusat pendidikan bagi kaum pria yang
berusia lima belas tahun, hal ini merupakan kewajiban karena di tempat itulah diajarkan tetang kehidupan bertani, mempelajari keturunan, dan pembagian warisan
dari setiap leluhurnya. Sehari-hari masyarakat adat Numbay meramu sagu dan melaut atau menangkap ikan untuk menunjang kelangsungan hidup mereka.
134
Gambar 35. Gambar Para-para adat masyarakat Numbay
Sistem pemerintahan masyarakat adat Numbay secara umum, dapat dikatakan sistem pemerintahan patrimony, dimana sistem kepemimpinan berdasarkan
keturunan. Pengangkatan dan pelantikan Kepala Suku Kampung, yang disebut “Cheri”, dilakukan oleh “Citra Ghuri” sebutan suku asli. Kedudukan Cheri
sewaktu-waktu dapat berperan sebagai “Haru Kha-kha” atau cabang klein, hal ini dilihat dari tugas yang akan dijalankan sedangkan tua-tua kampung adalah Citra
Ghuri.
Cheri
Citra Ghuri Cheri
Remtha Haru Kha-kha
R a k y a t Gambar 36. Sistem Pemerintahan Keondoafian masyarakat Numbay
Tua-tua Kampung
135
Dalam melaksanakan tugas dan fungsi sebagai kepala adat Numbay, seorang Cheri dibantu oleh Citra Ghuri, harus melalui seorang “pesuruh” atau yang bekerja
hanya untuk Cheri. Penugasan ini disahkan dengan pemberian “manik-manik” alat pembayaran berupa batu-batuan yang mempunyai fungsi dan tugas yang dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 31. Struktur Pemerintahan Adat Suku Numbay
Bagi pemimpin pemerintahan adat dan masyarakat adat Numbay, keberadaan dan kelestarian hutan pada kawasan cagar alam Pegunungan Cycloops, yang menjadi
tempat untuk mencari makan dan kehidupan selain di laut, sangat dijaga. Karena dari hutanlah semua yang dibutuhkan untuk menunjang kelangsungan hidup manusia
terdapat di dalamnya. Salah satunya yaitu Tumbuhan Sowang, bagi masyarakat adat Numbay Tumbuhan Sowang sangatlah penting bagi kehidupan masyarakat Numbay,
karena apabila punah, dikhawatirkan keturunan masyarakat Numbay tidak dapat melihat jenis tumbuhan yang sangat penting bagi kehidupan masyarakat Numbay
yang banyak membuat tempat tinggal di atas air. Dalam menjaga keberadaan Tumbuhan Sowang, masyarakat adat Numbay mempunyai peraturan dan hukum.
Apabila diketahui ada masyarakat adat yang menebang pohon dengan tidak memperkirakan keberlanjutannya maka akan dikenakan denda adat.
Struktur Pemerintahan Fungsi
Tugas
Cheri
Pemimpin Pemerintahan Adat
Mengatur dan
menyelenggarakan aktivitas
kehidupan Sosial, ekonomi dan religius atau keagamaan.
Melindungi dan mengatur hak- hak tanah.
Citra Ghuri
Sebagai Panglima Perang, Keamanan dan
Medis Menjaga
dan melindungi
wilayah teritorial atau hak ulayat termasuk sumberdaya
alam Merebut wilayah baru dengan
cara berperang.
Remtha Haru Kha-kha
Menjaga dan menguasai laut
Menentukan dimana sebaiknya rumah
tersebut dibangun,
menentukan lokasi mencari Ikan.
136
4. Masyarakat adat Ormu