124
Dalam pola pemanfaatan lahan masyarakat tradisional, hutan bukan sekedar tempat berlindung dan mencari makan, tetapi juga bermakna religi, dengan demikian
berlaku aturan dan batasa-batasan dalam memanfaatkan sumberdaya alam yang ada di dalamnya serta menentukan status lingkungan tersebut.
8. 2. Peran Masyarakat Adat Dalam Pengelolaan Tumbuhan Sowang 1. Masyarakat adat Sentani
Masyarakat adat Sentani adalah masyarakat yang sejak dahulu mendiami “Negeri Puyakha” yang berarti negeri air bersih atau danau. Secara adminitrasi
Masyarakat adat Sentani terbagi menjadi tiga wilayah.Wilayah Sentani meliputi Sentani Timur atau biasanya disebut kampung Asei memiliki beberapa kampung
kecil diantaranya Ayapo, Asei kecil, Waena dan Yoka. Wilayah Sentani Tengah atau biasanya disebut Kampung Ajau dan Ifar Besar yang meliputi Kampung Ifar Kecil,
Siboiboi, Yabuai, Sereh, Puyoh Besar, Puyoh Kecil, Ifar Babrongko dan Abar. Wilayah Sentani Barat atau biasanya disebut Kampung Yonokom dan Kwadeware
terdiri dari Kampung Doyo, Sosirih, Yakonde dan Dondai. Sosial budaya adat- istiadat Sentani yang dijunjung tinggi adalah gotong-royong atau dalam bahasa
Sentani disebut “ Dokabijee” baca- rokabijee Ansaka D. 2006. Pola pemanfaatan Tumbuhan Sowang, bagi masyarakat adat Sentani, selalu
memegang teguh aturan dan larangan yang telah dibuat oleh orang tua atau para leluhur, misalnya Tumbuhan Sowang yang digunakan untuk pembangunan rumah.
Tumbuhan Sowang dimanfaatkan secara turun temurun karena mereka beranggapan bahwa segala sesuatu yang dimiliki oleh orang tua bisa turun kepada anak-anaknya.
Pembangunan rumah, membuka kebun baru, pembuatan perahu, pembayaran maskawin biasanya selain harta benda yang digunakan secara adat dan secara
kekeluargaan ataupun dilakukan secara gotong royong. Masyarakat adat Sentani tinggal dan menetap di pinggiran danau Sentani
dengan membangun pemukiman di atas air atau yang disebut rumah panggung di atas air. Rumah-rumah ini menggunakan bahan dasar Tumbuhan Sowang sebagai tonggak
utama dari rumah. Tumbuhan Sowang diketahui sebagai kayu yang sangat kuat dan
125
dapat digunakan sebagai tiang penyangga rumah panggung yang dibangun di atas air dalam jangka waktu yang panjang. Rumah yang dibangun diatas air dengan
menggunakan Tumbuhan Sowang ini memiliki umur bangunan mencapai 100 tahun atau dapat bertahan hingga 3 – 4 keturunan. Dahulu pola pemukiman dibangun dalam
bentuk bangsal panjang, kemudian dibatasi dengan tungku api. Jumlah kepala keluarga yang menempati rumah panjang adalah lima sampai sepuluh kepala
keluarga. Selain digunakan untuk membangun rumah tinggal, Tumbuhan Sowang juga digunakan untuk membangun juga rumah adat atau disebut “Obhee”, dan
“Khombo” yaitu rumah pusat pendidikan bagi kaum pria. Bagi kaum pria yang berusia lima belas tahun diwajibkan masuk dan tinggal untuk mengikuti pendidikan,
karena di rumah pemujaan atau “Khombo” diajarkan tentang kehidupan bertani, keturunan dan warisan dari para leluhur.
Sistem pemerintahan masyarakat adat Sentani adalah Sistem pemerintahan Ondoafi, yang dapat digolongkan dalam sistem pemerintahan patrimony, yakni
sistem kepemimpinan berdasarkan keturunan. Bentuk sistem pemerintahan Ondoafi dapat dilihat pada gambar berikut ini.
Gambar 31. Rumah masyarakat Sentani
126
Gambar 32. Sistem Pemerintahan Ondoafi Suku Sentani Dari gambar di atas, dapat dijelaskan bahwa khose, merupakan cabang klien.
Adapun fungsi dan tugas dari struktur kepemerintahan keondoafian dapat dilihat pada tabel 29 berikut.
Tabel 29. Struktur Pemerintahan Adat Sentani
Struktur Pemerintahan Fungsi
Tugas
Ondoafi Khose
Sebagai Panglima Perang, Keamanan dan Medis
Menjaga dan
melindungi teritorial
atau hak
ulayat termasuk sumberdaya alam.
Merebut wilayah baru dengan cara berperang.
Mensejahterakan rakyat
memberkati setiap usaha rakyat kampung
baik berkebun,
nelayan, maupun berburu. Memberi pelayanan pengobatan
saat perang, atau sakit selain penyakit.
Khose bidang perekonomian
Pembantu Ondoafi Menentukan atau menetapkan
menebang pohon, menetapkan musim bercocok tanam, musim
menangkap ikan, musim berburu Mengeluarkan larangan yang
berhubungan dengan penebangan pohon,
bercocok tanam,
menangkap ikan, dan berburu. Menyediakan keperluan pesta
adat yang berhubungan dengan konsumsi.
Abu Along
Ondoafi
Khose I Khose II
Khose III Khose IV
Khose V
R a k y a t
127
Tabel di atas menunjukkan bahwa dalam menjalankan roda pemerintahan adat, Ondoafi diangkat dan dilantik oleh “Abu Along atau tua-tua kampung”. Kedudukan
Ondoafi sewaktu-waktu dapat berperan sebagai “Khoselo” atau cabang klein, hal ini dilihat dari tugas yang akan dijalankan Abu Along sebagai Khoselo. Pendelegasian
tugas oleh Ondoafi kepada seorang Khoselo harus melalui “pesuruh” atau yang bekerja hanya untuk Ondoafi, dan pendelegasian itu disahkan dengan pemberian
“Ebha Gelang Kaca dan Roboni manik-manik”. Khoselo wajib memberikan
Khose bidang Perencanaan dan
Pemukiman
Pembantu Ondoafi Merencanakan
pembangunan rumah baik rumah adat “
Obhee”, rumah Ondoafi dan rumah khose dengan memakai
kayu Sowang dengan melihat umur dari kayu tersebut.
Menentukan dimana sebaiknya rumah
tersebut dibangun,
menentukan lokasi berkebun dan berburu.
Menyediakan harta
atau kekayaan
untuk pembayaran
maskawin.
Khose bidang Kependudukan
Pembantu Ondoafi Mengatur
pertambahan dan
pengurangan jumlah penduduk baik
laki-laki maupun
perempuan. Mengatur dan memindahkan
penduduk yang masuk pada hak ulayat atau kampung.
Khose bidang Intelejen
Pembantu Ondoafi Mengamati dan menyampaikan
berita kepada Ondoafi maupun rakyat. Berita yang bersifat
rahasia hanya diketahui oleh Ondoafi dan orang-orang tertentu
dengan
persetujuan Ondoafi,
sedangkan berita yang bersifat tidak rahasia, misalnya pesta
adat, penobatan Ondoafi dapat diketahui
oleh rakyat.
Penyampaian berita
rahasia dirumah
kediaman Ondoafi
sedangkan berita yang bersifat umum di sampaikan dirumah
adat atau obhee.
128
masukan dan saran kepada Ondoafi jika dalam situasi tertentu, sehingga dalam pengambilan keputusan bermanfaat untuk kepentingan umum. Perencanaan kegiatan
dan pendelegasian tugas yang bersifat umum dilaksanakan di “Obhee atau Para-Para adat”. Dalam pemanfaatan Tumbuhan Sowang, biasanya masyarakat yang hendak
menebang atau mengambil Tumbuhan Sowang dari dalam hutan tertentu harus menyerahkan beberapa harta miliknya sebagai alat pertukaran untuk Tumbuhan
Sowang tersebut. Tradisi ini dilakukan dan diketahui oleh Ondoafi maupun Khose yang memiliki tugas, dan masyarakat banyak menggunakan batu-batuan atau manik-
manik yang merupakan harta dari setiap masyarakat tersebut untuk ditukarkan dengan beberapa potong Tumbuhan Sowang yang akan digunakan.
Gambar 33. Harta Masyarakat Sentani dan Ondoafi Sentani Barat
Sistem pemerintahan masyarakat adat tidak terikat pada sistem pemerintahan distrik atau kampung. Pemerintah distrik dalam menjalankan roda pemerintahan dan
pembangunan, mengadakan kontak relasi yang hanya merupakan garis koordinasi. Program pemerintah yang berhubungan dengan pembangunan dan pemanfaatan
sumberdaya alam, yang berada pada satu wilayah adat harus sepengetahuan Ondoafi, untuk memperoleh perizinan. Seperti dalam pembangunan daerah, apabila daerah
tersebut masuk dalam kawasan teritorial dari Ondoafi maka pemerintah setempat harus melakukan pelepasan hak ulayat berupa ganti rugi. Ondoafi melakukan rapat
129
tertutup dengan tua-tua adat dan bawahannya Khosee untuk menentukan berapa besar harga dari pelepasan hak ulayat tersebut. Hal ini juga berlaku dalam
pengelolaan sumberdaya alam di daerah sekitar kawasan tempat tinggal Ondoafi, termasuk dalam pengambilan Tumbuhan Sowang. Menurut masyarakat adat Sentani
Tumbuhan Sowang merupakan harta dan menjadi tumbuhan yang diwariskan untuk keturunan mereka sehingga kelestarian dari Tumbuhan Sowang ini tetap terjaga.
Selain itu, hukum masyarakat adat Sentani juga berlaku kepada siapa pun yang tertangkap menebang Tumbuhan Sowang tanpa ijin Ondoafi.
2. Masyarakat adat Mooi