Uji Validitas dan Realibitas

37

4.6.2 Uji Validitas dan Realibitas

Validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat mengukur apa yang ingin diukur. Jika periset menggunakan kuisioner dalam pengumpulan data, kuisioner yang disusunnya harus mengukur apa yang ingin diukurnya Umar, 2003; Wardiyanta, 2006. Schiffman LG dan Kanuk L 2004 menyatakan, kuisioner dikatakan valid jika pada kenyataannya data yang terkumpul adalah data yang sesuai untuk menjawab pertanyaan atau tujuan yang dinyatakan pada awal proses penelitian. Uji validitas ditujukan untuk memperoleh konstruksi atau kerangka suatu konsep yang valid. Apabila terdapat konsistensi antara variabel satu dengan variabel lainnya, maka konstruksi tersebut telah memiliki validitas. Korelasi antar pertanyaan dengan skor total dapat diukur dengan menggunakan rumus teknik korelasi product moment, yaitu : dengan: r = Indeks validitas X = Skor pertanyaan Y = Skor total pertanyaan n = Banyaknya butir pertanyaan Berdasarkan uji validitas yang dilakukan terhadap 15 atribut pertanyaan dalam kuisioner, diketahui bahwa semua atribut tersebut memiliki validitas yang baik. Dinyatakan valid karena nilai r hitung setiap atribut lebih besar dari r tabel product moment 0,632. Hasil dari perhitungan validitas dapat dilihat pada Lampiran 2. Kuisioner yang telah teruji valid harus mengalami pengujian tahap selanjutnya yang harus dilakukan sebelum kuisioner benar-benar disebarkan yaitu melakukan uji reliabilitas. Umar 2003 dan Wardiyanta 2006 mendefinisikan reliabilitas adalah suatu nilai yang menunjukkan konsistensi suatu alat pengukur di dalam mengukur gejala yang sama secara berulang dua kali atau lebih. Setiap alat pengukur yang baik seharusnya memiliki kemampuan untuk memberikan 38 hasil pengukuran yang konsisten. Pada pengukuran gejala fisik yang sudah pasti alat ukurnya, konsistensi akan dapat dengan mudah diperoleh. Namun, untuk mengukur permasalahan bisnis yang mencakup fenomena sosial seperti sikap, opini, persepsi, dan pengukuran yang konsisten agak sulit dicapai. Pengukuran reliabilitas menggunakan rumus α cronbach yaitu: dengan: r 11 = reliabilitas instrumen k = banyak butir pertanyaan σ t 2 = varian total ∑σ b 2 = jumlah varian butir Skor reliabilitas yang diperoleh kemudian diuji tingkat korelasinya. Bila diperoleh r hitung lebih besar dari r tabel product moment pada taraf nyata α = 0,05 maka pertanyaan-pertanyaan pada kuisioner sudah reliabel. Berdasarkan uji reliabilitas yang dilakukan terhadap kuisioner yang akan digunakan, diketahui bahwa kuisioner memiliki tingkat reliabilitas yang baik. Dinyatakan reliabel karena nilai r hitung 0,964 lebih besar dari r tabel product moment 0,632. Dengan demikian, kuisioner yang digunakan akan memberikan hasil pengukuran yang konsisten. 4.6.3 Importance Performance Analysis IPA Menurut Simamora 2004, Importance Performance Analysis IPA adalah suatu teknik yang digunakan untuk mengukur atribut-atribut atau dimensi- dimensi dari tingkat kepentingan dengan tingkat kinerja yang diharapkan pengunjung dan sangat berguna bagi pengembangan strategi pemasaran. Terdapat dua variabel yang digunakan yaitu X yang mewakili tingkat kinerja yang dapat memberikan kepuasan pengunjung dan Y yaitu tingkat kepentingan pengunjung. Untuk memenuhi tujuan tersebut, maka langkah-langkah yang harus dikerjakan sebagai berikut : 1 Sebagai indikator skala ukuran kuantitatif untuk kepentingan menurut persepsi pelanggan dan tingkat kinerja secara nyata dari suatu produk dinyatakan dalam bentuk tanggapan pengunjung terhadap kepuasan berupa 39 skala likert. Skala ini memungkinkan responden untuk dapat mengekspresikan identitas perasaan responden terhadap karakteristik suatu produk dengan cara menentukan jumlah skor dari setiap indikator dari variabel X dan Y, dengan mengalikan seluruh frekuensi data dengan bobotnya Simamora, 2004. Adapun penilaian tersebut dapat ditampilkan dengan skala penilaian sebagai berikut: Tabel 6 . Skor Tingkat Kepentingan dan Kinerja Skor Jawaban Kepentingan Kinerja 5 Sangat penting Sangat baik 4 Penting Baik 3 Cukup penting Cukup baik 2 Tidak penting Tidak baik 1 Sangat tidak penting Sangat tidak baik Sumber: Simamora, 2004 2 Selanjutnya dilakukan pembagian jumlah bobot dengan banyaknya responden, hasilnya berupa rata-rata bobot X untuk kinerja dan rata-rata bobot Y untuk kepentingan. Dalam penyederhaan rumus, maka untuk setiap faktor yang mempengaruhi kepuasan dengan rumus : n X X i   n Y Y i   Keterangan : X = skor rataan tingkat kinerja Y = skor rataan tingkat kepentingan n = jumlah responden Diagram kartesius merupakan suatu bangun yang dibagi atas empat bagian yang dibatasi oleh dua buah baris yang berpotongan tegak lurus dengan titik X,Y dimana X merupakan rata-rata dari rataan skor tingkat kinerja dari seluruh faktor kepuasan dan Y adalah rata-rata dari rataan skor tingkat kepentingan dari seluruh faktor kepentingan. Selanjutnya tingkat unsur- 40 unsur akan dijabarkan dan dibagi menjadi empat bagian kedalam diagram kartesius. Titik-titik tersebut diperoleh dari rumus. dan Gambar 5. Diagram Cartesius Sumber : Supranto, 2001 Keterangan: Kuadran A : menunjukkan bahwa atribut-atribut yang sangat penting bagi pengunjung, akan tetapi perusahaan belum melaksanakan sesuai dengan keinginan pengunjung, sehingga menimbulkan rasa tidak puas. Kuadran B : menunjukkan bahwa atribut-atribut yang dianggap penting oleh pengunjung telah dilaksanakan dengan baik dan dapat memuaskan pelanggan. Kuadran C : menunjukkan bahwa atribut-atribut yang memang dianggap oleh pengunjung kurang penting, dimana sebaiknya perusahaan menjalankan secara sedang. Kuadran D : menunjukkan bahwa atribut-atribut yang dianggap kurang penting tetapi dijalankan dengan sangat baik oleh perusahaan atau sangat memuaskan.

4.6.4 Customer Satisfication Index CSI