102
Prancis standard tidak mengenal leksikon tersebut. Untuk mengungkapkan hal yang sama, orang Prancis cenderung mempergunakan kata
déraisonner.
d. Leksikon Verlan
Verlan adalah bahasa walikan yang dibentuk dengan membalik cara membacanya dari belakang ke depan atau dari kanan ke kiri, kemudian
dituliskan. Sebagai contoh leksikon fête
yang berarti ‘pesta’ dibaca [f ε t], setelah mengalami proses pembalikan berubah menjadi
teuf [t œ f]. Pemakaian variasi bahasa ini ditujukan untuk menyamarkan tuturan supaya tidak
diketahui oleh pihak lain. Pemakaian verlan dapat dilihat pada situasi tutur berikut ini.
Gambar 18. Menggoda pejalankaki QS
Jeune homme :
Eh ... Téma la ficelle Putain .... Elle a un cul de ... ouf la meuf
Eh ... Lihat talinya Gila .... Pantatnya ... gila bener cewek itu
Konteks menggambarkan tiga anak muda sedang bersantai di pinggir sungai Seine sambil mengganggu gadis-gadis yang lewat di dekat mereka. Salah satu
gadis yang mereka goda berpakaian sedikit aneh sehingga menarik perhatian mereka. Bagian atas dari celana dalam yang berwarna menyolok menyembul
keluar melebihi batas celana panjangnya, sehingga dari jauh sudah kelihatan. Bahasa yang mereka pergunakan benar-benar mencerminkan jiwa anak muda.
103
Penanda tingkat tutur yang dipergunakan dalam tuturan di atas berupa variasi verlan
téma, ouf dan meuf , serta bahasa kotor atau gros-mots seperti putain dan un cul de. Menurut Goudaillier 2001: 273 leksikon téma [t e m a]
merupakan kebalikan dari verba infinitif argot mater [m a t e] yang bermakna
‘melihat’.Variasi verlan terjadi melalui proses pembalikan, sehingga verba infinitif
mater yang diucapkan [m a t e] berubah menjadi téma dan diucapkan [t e m a].
Di dalam bahasa Prancis standard leksikon tersebut berpadanan dengan
regarder. Demikian pula dengan leksikon ouf [u f] dan meuf [m œ f] yang merupakan bentuk verlan monosilabik dari
fou [f u] dan femme [f a m] Goudaillier, 2001: 211 dan 196 . Leksikon
fou bermakna ‘gila’ dan femme bermakna ‘wanita’. Di dalam bahasa Prancis standard kedua leksikon tersebut
dipergunakan dengan makna yang sama. Berdasarkan analisis situasi dapat diketahui bahwa pemakaian variasi
verlan sebagai penanda tingkat tutur muncul dalam tuturan karena lingkungan peserta tutur yang semuanya anak muda dan dalam situasi non formal.
Calvet 1994: 63 menegaskan bahwa variasi kebahasaan ini merupakan ciri identitas kelompok anak muda di daerah pinggiran. Kelompok yang
beranggotakan anak-anak yang putus sekolah, yang dicampakkan dari masyarakat, pencopet dan penjahat kecil; mereka ingin menunjukkan cirinya
yang berbeda dan pemberontakannya melalui musik rap yang kata-katanya merupakan kata-kata verlan. Akhirnya mereka membentuk budayanya sendiri,
yang dapat dilihat dari cara mereka berpakaian sepatu kets, topi besbal, celana gombrong, cara berbicara dengan
verlan dan bermusik dengan warna musik rap.
104
e. Leksikon Gros-mots atau Kata-kata Kotor