Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN
berusia 12 – 17 tahun rata-rata mengirimkan pesan tertulis sebanyak 60
kali perhari. Remaja putri mengirim 100 pesan tertulis dan remaja putra mengirim 50 pesan tertulis. Sebanyak 75 remaja menyatakan bahwa
mereka lebih suka komunikasi menggunakan tulisan, 63 dari mereka menyatakan mengirim pesan tertulis setiap hari, dan 39 melakukan
komunikasi tatap muka dalam http:www.vemale.com diakses 26 Agustus 2015.
Hasil penelitian terbaru tahun 2014 yang dilakukan oleh lembaga PBB, UNICEF, bersama mitra Kementrian Komunikasi dan Informatika,
dan Universitas Harvard mengenai keamanan penggunaan media digital pada anak dan remaja di Indonesia, diketahui sebanyak 98 dari anak dan
remaja yang berusia 10 – 19 tahun tahu tentang internet dan 79,5 adalah
pengguna internet. Selain itu, penelitian ini juga menyatakan bahwa anak dan remaja mengakses internet untuk terhubung dengan teman lama dan
teman baru dan mayoritas komunikasi mereka dilakukan dengan teman sebaya, guru, dan anggota keluarga dalam
http:kominfo.go.id
diakses 26 Agustus 2015. Hal tersebut sesuai dengan periode perkembangan remaja
secara sosial yang bertujuan untuk mencapai kemandirian dan perubahan dalam menjalin relasi dengan orang lain Santrock, 2007.
Pada masa ini, remaja mengalami perkembangan aspek kepribadian dan sosial yang lebih banyak melibatkan kelompok teman
sebaya dibandingkan orangtua Conger,1991; Papalia dan Ods, 2001.
Tingginya intensitas
penggunaan internet
sebagai media
komunikasi dapat
mengakibatkan semakin
rendahnya intensitas
komunikasi tatap muka Arfika, 2012. Penelitian Takariani dalam Kurniasari, 2013 menunjukkan bahwa chatting melalui Facebook
berpengaruh secara signifikan sebesar 52,7 mengurangi komunikasi tatap muka remaja dalam keluarga. Penggunaan internet sebagai media
komunikasi yang berlebihan dapat menurunkan sifat sosial remaja di masyarakat karena lebih suka menggunakan jejaring sosial untuk
berkomunikasi dalam http:kominfo.go.id diakses 10 Maret 2014. Psikolog Neil Bernstein menyatakan bahwa kecenderungan remaja
menghindari komunikasi tatap muka dan lebih suka dengan pesan tertulis karena media sosial seperti, Facebook, Twitter, dan pesan instan chatting
membuat remaja
addiction atau
ketergantungan dalam
http:ictwatch.com
diakses 21 Februari 2013
. Fenomena komunikasi melalui media internet oleh Walther 1996
disebut sebagai komunikasi Hypepersonal yakni komunikasi dengan perantara internet secara sosial lebih menarik daripada komunikasi tatap
muka. Hal tersebut tampaknya akan terus terjadi seiring dengan perkembangan teknologi komunikasi. Komunikasi yang semula lebih
menekankan pada komunikasi tatap muka tampaknya akan lebih banyak terjadi dengan komunikasi tulisan melalui media internet.
Berdasarkan, latar belakang yang telah dituliskan, peneliti memiliki ketertarikan untuk mengkaji apakah ada hubungan antara intensitas
penggunaan internet sebagai media komunikasi dengan intensitas komunikasi tatap muka remaja di Nabire. Ketertarikan peneliti untuk
melakukan studi ini karena diketahui bahwa remaja di Nabire memiliki keinginan untuk berhubungan dengan teman sebaya baik melalui
komunikasi melalui media internet dan komunikasi tatap muka. Hal ini berdasarkan hasil wawancara bahwa remaja di Nabire melalukan aktivitas
komunikasi di dunia maya seperti, browsing, chatting, dan update status atau mengkomentari status teman mereka pada pukul 01.00
– 04.30 WIT. Hal ini membuat remaja di Nabire rela menggunakan waktu istirahat
mereka. Selain itu, diketahui juga bahwa di Nabire masih mengalami minimnya fasilitas internet, seperti jumlah warnet yang tidak banyak,
akses koneksi yang tidak memadai sangat lambat, dan biaya yang mahal yakni Rp10.000-, perjam, dan belum tersedianya hotspot wife wireless
fidelity di area publik. Selain itu, di Nabire baru mempunyai dua provider
jasa telekomunikasi internet, yaitu Telkomsel dan Indosat. Hal ini karena internet di Indonesia Bagian Timur Papua bisa menghabiskan
Rp6.000.000-, perbulan karena internet di sana sama sekali tidak memiliki jaringan yang membuatnya dapat memperoleh askes internet murah atau
setara dengan tarif normal dalam http:bisnis.liputan6.com diakses 12 Februari 2014.
Dari hasil wawancara juga diketahui bahwa dua dari tiga narasumber menyatakan bahwa mereka lebih banyak menghabiskan waktu
selama 4 hingga 6 jam perhari untuk berkomunikasi melalui media internet
dibandingkan komunikasi tatap muka yang terjadi selama 3 jam perhari. Menurut Nie, 2001 dalam Papalia, dkk 2013 dampak penggunaan
internet sebagai media komunikasi dapat menyebabkan remaja menghabiskan waktu lebih banyak di internet dan memiliki sedikit teman
Mesch, dalam Papalia, 2013. Penggunaan internet yang berlebihan pada tahun 90-an hingga
awal 2000-an menunjukkan bahwa remaja yang menggunakan internet sebagai media komunikasi akan lebih banyak menghabiskan waktu mereka
berkomunikasi dengan orang asing, sehingga mengurangi waktu hubungan sosial remaja dengan keluarga dan teman di dunia nyata Kraut dkk, 1998
dalam Valkenburg dan Peter 2009. Selain itu, narasumber juga menyatakan bahwa mereka dan
beberapa teman mereka melakukan dua aktivitas yaitu komunikasi melalui media internet dan komunikasi tatap muka pada waktu bersamaan.
Menurut Kay dalam Papalia, 2013 komunikasi tatap muka pada remaja itu penting karena terkait dengan tugas perkembangan pada aspek
kepribadian dan aspek sosial. Hal ini sesuai dengan tujuan komunikasi tatap muka yaitu membangun dan mempertahankan hubungan sosial.
Hubungan sosial ini dapat menghindari diri dari kesendirian dan depresi Devito, 1995 dalam Maulana dan Gumelar, 2013. Hasil dari penelitian
ini diharapkan dapat menunjukkan hubungan intensitas penggunaan internet sebagai media komunikasi dan intensitas komunikasi tatap pada
remaja di masa depan.