Hubungan intensitas penggunaan internet sebagai media komunikasi dengan intensitas komunikasi tatap muka pada pelajar SMA Kolese le Cocq D`Armandville Nabire.
vii
HUBUNGAN INTENSITAS PENGGUNAAN INTERNET SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DENGAN INTENSITAS KOMUNIKASI TATAP
MUKA PADA PELAJAR SMA KOLESE LE COCQ d’ARMANDVILLE NABIRE
Fitri Apriliyana Tiran ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan intensitas penggunaan internet sebagai media komunikasi dengan intensitas komunikasi tatap muka remaja. Penelitian kuantitatif asosiatif ini memanfaatkan metode try out terpakai. Skala pengukuran menggunakan kuesioner yang terdiri dari 4 aitem dengan reliabilitas 0,437. Subjek penelitian adalah 50 pelajar yang teridiri dari 24 orang laki-laki dan 26 orang perempuan dari sebuah sekolah menengah atas Kolese Le Cocq
d’Armandville Nabire. Data dianalisis dengan menggunakan teknik Rank Spearman. Berdasarkan hasil analisis data, tidak ditemukan hubungan yang signifikan antara intensitas penggunaan internet sebagai media komunikasi dengan intensitas komunikasi tatap muka remaja (r = 0,719; p > 0,05).
(2)
RELATIONSHIP INTENSITY OF INTERNET MEDIA COMMMUNICATION WITH INTENSITY OF FACE TO FACE COMMUNICATION TO SENIOR HIGH SCHOOL KOLESE LE COCQ
d’ARMANDVILLE NABIRE
Fitri Apriliyana Tiran ABSTRACT
This research aimed to examine the relationship intensity of internet media communication with intensity of face to face communication adolescent. This research was a associative quantitative research. A scale measuring intensity communication by using questionnaire. The scale scale was consisted of four items with reliability 0,437. Subjects were 50 studensts that consist of 24 men and 26 women from a senior high schoo Kolese Le Cocq d’Armandville Nabire. The data were analyzed using Ranks Spearman technique. The analysis shows that there is no significant relationship between intensity of internet media communication with intensity of face to face communication adolescent (r = 0,719; p >0,05).
(3)
HUBUNGAN INTENSITAS PENGGUNAAN INTERNET SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DENGAN INTENSITAS KOMUNIKASI TATAP
MUKA PADA PELAJAR SMA KOLESE LE COCQ d’ARMANDVILLE NABIRE
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Disusun Oleh: Fitri Apriliyana Tiran
NIM : 099114076
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
(4)
(5)
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI
IIT]BTII\IGAhT INTENSITAS PENGGTJNAAN INTERI\IET SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DENGAN INTENSITAS KOMT]I\IIKASI TATAP
MT]KA PADA PELAJAR SMA KOLESE LE COCQ d'ARMANI}VILLE
.
NASIREDipersiapkan dar ditulis oleh:
Fitri Apriliyana Tiran
NIM 099114976
Panitia:Penguji
15
'- _i i'_--.7 - ',r'
Susunm?an itia Pen guj i :
PengujiIff
Dftrama
Dr. T. Priyo Widiyanto, M.Si.
ilt
(6)
(7)
v
HALAMAN PESEMBAHAN
Karya ini saya permsembahkan kepada: Papaku Christofel Tiran & Mamaku Sri Wahyuni Susilawati Kedua saudaraku Fitri Apriliyani Tiran & Hellena Vivian Christa Tiran Alm. Febian Hayatullah Kumaini Hanafi SMA Kolese Le Cocq d’Armandville
Teman-teman dan kerabatku dan Almamaterku tercinta
(8)
PERI\TYATAAI\I KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak menlrat karya atau bagian karya orang lairf kecuali yang telatr disebutkan dalam kutipan dan daftar pustak4 sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Apabila dikemudian hari ditemukan indikasi plagiarism dalam karya ini"
maka saya bersedia m€nanggung sanksi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Yogyakarta 2l Oktober 2015 Penulis
(9)
vii
HUBUNGAN INTENSITAS PENGGUNAAN INTERNET SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DENGAN INTENSITAS KOMUNIKASI TATAP
MUKA PADA PELAJAR SMA KOLESE LE COCQ d’ARMANDVILLE NABIRE
Fitri Apriliyana Tiran ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan intensitas penggunaan internet sebagai media komunikasi dengan intensitas komunikasi tatap muka remaja. Penelitian kuantitatif asosiatif ini memanfaatkan metode try out terpakai. Skala pengukuran menggunakan kuesioner yang terdiri dari 4 aitem dengan reliabilitas 0,437. Subjek penelitian adalah 50 pelajar yang teridiri dari 24 orang laki-laki dan 26 orang perempuan dari sebuah sekolah menengah atas Kolese Le Cocq
d’Armandville Nabire. Data dianalisis dengan menggunakan teknik Rank Spearman. Berdasarkan hasil analisis data, tidak ditemukan hubungan yang signifikan antara intensitas penggunaan internet sebagai media komunikasi dengan intensitas komunikasi tatap muka remaja (r = 0,719; p > 0,05).
(10)
RELATIONSHIP INTENSITY OF INTERNET MEDIA COMMMUNICATION WITH INTENSITY OF FACE TO FACE COMMUNICATION TO SENIOR HIGH SCHOOL KOLESE LE COCQ
d’ARMANDVILLE NABIRE
Fitri Apriliyana Tiran ABSTRACT
This research aimed to examine the relationship intensity of internet media communication with intensity of face to face communication adolescent. This research was a associative quantitative research. A scale measuring intensity communication by using questionnaire. The scale scale was consisted of four items with reliability 0,437. Subjects were 50 studensts that consist of 24 men and 26 women from a senior high schoo Kolese Le Cocq d’Armandville Nabire. The data were analyzed using Ranks Spearman technique. The analysis shows that there is no significant relationship between intensity of internet media communication with intensity of face to face communication adolescent (r = 0,719; p >0,05).
(11)
LEMBAR PERNTYATAAT{ PERSETUJUAI\ PT]BLIKASI KARYA ILMIAH T]NTI]K KEPENTINGAI\T AKADEI\{ISI
Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata
Dharma:
Nama : Fitri Apriliyana Tiran
NIM
: 099114076demikian perkembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang bedudul:
HUBUNGAFI INTENSITAS PENGGT]NAAI\ INTER}IET SEBAGAI MEDIA KOMT]I\IKASI DENGAI\ INTENSITAS KOMTIIilKASI TATAP
MT]KA PADA PELAJAR KOLESE LE COCQ d'ARMAI\DVILLE NABIRE
Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Sanata Dharma hak
untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk lairq mengolahnya dalam bentuk
pangkalan data" mendistribusi secara terbatas, dan mempublikasikannya di
internet atau media lain demi kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari
saya ataupun memberikan royalti kepada saya selama mencanfumkan nama saya sebagai penulis.
Dengan demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenamya
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal 21 Oktober2015
Yang menyatakan
4tt
(Fitri Apriliyana Tiran)
(12)
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat, karunia, dan penyertaan-Nya sehingga penelitian dan penyusunan skripsi “Hubungan Intensitas Penggunaan Internet sebagai Media Komunikasi dengan Intensitas Komunikasi Tatap Muka Remaja di Nabire” dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan dalam meraih gelar sarjana Psikologi (S.Psi.) di Fakultas Psikologi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Dalam mengerjakan penelitian hingga terselesaikannya skripsi ini, penulis telah mendapatkan banyak doa, semangat, bimbingan, saran, serta kritik yang positif dari bebagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ungkapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Orang tua, Bapak Christofel Tiran dan Ibu Sri Wahyuni Susilawati, atas pengertian, dukungan, doa, dan segala bantuan yang tak terhingga yang telah diberikan kepada penulis selama ini dan hingga saat ini.
2. Bapak Dr. Tarsisius Priyo Widiyanto, M.Si. selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.
3. Ibu Ratri Sunar Astuti, M.Si selaku dosen pembimbing yang dengan sabar memberikan arahan, saran, serta semangat kepada penulis selama penilitian hingga terselesaikannya skripsi ini.
4. Ibu Debri Pristinella, M.Si. dan Ibu Dewi Soerna Anggraeni, M.Psi., selaku dosen penguji.
5. Seluruh dosen Fakultas Psikologi yang telah mendampingi dan berbagai ilmu selama penulis menempuh pendidikan di Fakultas Psikologi Univeristas Sanata Dharma, Yogykarta.
6. Seluruh staf laboratorium Psikologi, staf kebersihan, dan staf keamanan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
7. Romo Seno, Romo Tito, Romo Fristian yang telah memberikan semangat dan bimbingan selama proses kehidupan penulis.
8. SMA Kolese Le Cocq d’Armandville selaku almamater yang telah bersedia menjadi sampel penelitian skripsi ini.
9. Fitri Apriliyani Tiran dan Hellena Vivian Christa Tiran selaku saudara kandung penulis atas doa, kasih sayang, semangat, serta kritik kepada penulis. Terima kasih.
10. Sara, Consita, Yuliana, Itha, Febria atas doa, semangat, dan waktu kalian dari SMA hingga saat ini. I love you, girls.
11.Suhadianca Sangadji, Alm. Febian Hayatullah Kumaini Hanafi dan Sayid Abdullah atas doa, cinta, semangat dari kalian bertiga. I love you, boys. 12.Lele, Laurin, Andi Rosita, Yenny, Ole, Dian, Kris, Asti, Lele, Lia, Wiwik,
(13)
xi
dukungan, keceriaan, semangat, cerita, serta kebersamaan kepada penulis. Kalian adalah keluarga kedua selama penulis hidup sebagai mahasiswa di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma. Serta ucapan terima kasih kepada Ibu Sakidjan selaku ibu kost yang telah memberikan dukungan doa.
13.Teman-teman angkatan 2009 tanpa terkecuali, atas dukungan, doa, keceriaan, dan kebersamaan selama penulis menempuh pendidikan di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
14.Semua Pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan pendidikan di perguruan tinggi ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini, sehingga kritik dan saran yang membangun untuk sesuatu yang lebih baik. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Yogyakarta, 21 Oktober 2015
(14)
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ... iii
HALAMAN MOTTO ... iv
HALAMAN PESEMBAHAN ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
ABSTRAK ... vii
ABSTRACT ... viii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH .... ix
PRAKATA ... x
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 9
C. Tujuan Penelitian ... 9
D. Manfaat Penelitian ... 9
BAB II LANDASAN TEORI ... 11
A. Definisi Komunikasi Tatap Muka ... 11
1. Elemen-elemen dalam Komunikasi Tatap Muka ... 12
2. Ciri-ciri Komunikasi Tatap Muka ... 13
3. Tujuan Komunikasi Tatap Muka ... 14
3. Pesan Verbal dan Nonverbal ... 16
4. Faktor yang Mempengaruhi Komunikasi Tatap Muka ... 16
B. Komunikasi melalui Media Internet ... 18
1. Definisi Komunikasi Melalui Media Internet ... 18
2. Jenis-jenis Aplikasi Melalui Media Internet ... 19
(15)
xiii
4. Karakteristik Internet Sebagai Media Komunikasi ... 23
5. Keunggulan dan Kelemahan Internet sebagai Media Komunikasi ... 24
C. Masa Remaja ... 25
D. Dinamika Hubungan ... 27
E. Skema ... 32
F. Hipotesis ... 32
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 33
A. Jenis Penelitian ... 33
B. Variabel Penelitian ... 33
C. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 33
D. Subjek Penelitian ... 34
E. Metode Pengumpulan Data ... 35
F. Alat Pengumpulan Data ... 35
G. Uji Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... 37
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 39
A. Pelaksanaan Penelitian ... 39
B. Deskripsi Subjek Penelitian ... 39
C. Hasil Penelitian ... 41
D. Pembahasan ... 46
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 50
A. Kesimpulan ... 50
B. Keterbatasan Penelitian ... 50
C. Saran ... 50
1. Bagi Peneliti Selanjutnya ... 50
2. Bagi Subjek Penelitian ... 51
DAFTAR PUSTAKA ... 52
(16)
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Pilihan Media Internet ... 35
Tabel 2 Jenis Kelamin ... 36
Tabel 3 Intensitas Penggunaan Internet sebagai Media Komunikasi ... 36
Tabel 4 Intensitas Komunikasi Tatap Muka ... 36
Tabel 5 Frekuensi Komunikasi Internet ... 36
Tabel 6 Frekuensi Komunikasi Tatap Muka ... 36
Tabel 7 Hasil Uji Realibilitas ... 38
Tabel 8 Deskripsi Subjek berdasarkan Intensitas Penggunaan Internet sebagai Media Komunikasi ... 40
Tabel 9 Deskripsi Subjek berdasarkan Intensitas Komunikasi Tatap Muka ... 40
Tabel 10 Deskripsi Subjek berdasarkan Jenis Kelamin ... 40
Tabel 11 Deskripsi Subjek berdasarkan Usia ... 40
Tabel 12 Deskripsi Subjek berdasarkan Pilihan Aplikasi Internet ... 41
Tabel 13 Hasil Uji Normalitas pada Intensitas Penggunaan Internet sebagai Media Komunikasi ... 42
Tabel 14 Hasil Uji Normalitas pada Intensitas Komunikasi Tatap Muka ... 42
Tabel 15 Hasil Uji Linearitas ... 44
(17)
xv
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN A Kuesioner Penelitian ... 61
LAMPIRAN B Uji Reliabilitas ... 63
LAMPIRAN C Uji Normalitas ... 65
LAMPIRAN D Uji Linearitas ... 69
LAMPIRAN E Uji Hipotesis ... 71
(18)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Manusia dalam kehidupan sosialnya, menciptakan suatu interaksi
dengan komunitas atau individu tertentu, salah satunya adalah
menggunakan komunikasi. Trenholm dan Jensen (dalam Wiryanto, 2004)
menyatakan komunikasi adalah suatu proses dimana sumber
mentrasmisikan pesan kepada penerima melalui berbagai saluran.
Komunikasi menjadi sangat penting, karena memperantai informasi dari
satu pihak kepada pihak lain dengan tujuan tersebarnya maksud dan
makna yang sama antara pengirim dan penerima pesan. Keberhasilan
komunikasi dapat diukur dengan tersampaikannya informasi, sehingga
akan terbangun pemahaman dan pengertian antara dua belah pihak
(Maulana dan Gumelar, 2013).
Komunikasi adalah bagian paling penting dalam aktivitas
sehari-hari. Diawali dari ketika bangun pagi, bekerja atau belajar, berada di
dalam kendaraan, menunggu pekerjaan dan pelajaran dimulai, berdiskusi
di kelas, hingga mengirim email atau mengomentari status di jejaring sosial internet. Para ahli menyebutkan lebih dari 80% alokasi waktu dalam
satu hari dilakukan dengan komunikasi (Maulana dan Gumelar, 2013).
Menurut Darmawan (2007) komunikasi dapat terjadi dalam beberapa
bentuk, diantaranya dalam bentuk komunikasi personal dan komunikasi
(19)
dan komunikasi melalui perantara media. Berdasarkan cara penyampaian
komunikasi dapat dilakukan secara verbal dan non-verbal.
Perkembangan zaman ditandai dengan kecanggihan teknologi yang
membuat manusia mengubah bentuk, sifat dan cara berkomunikasi
mereka. Internet merupakan media komunikasi yang tidak terbatas dan
tanpa hambatan, baik hambatan geografis dan hambatan waktu. Menurut
Horrigan (2000) internet merupakan salah satu media teknologi yang
paling berkembang pesat karena memiliki kecepatan koneksi, perangkat
akses, dan aplikasi-aplikasi yang meluas. Sebagai contoh, fasilitas-fasilitas
(warnet), hotspot wife (wireless fidelity) gratis di sekolah, perpustakaan bahkan di area publik. Lazarsfeld, dkk (dalam Hemmer, 2009) menyatakan
bahwa setiap teknologi memiliki efek menggantikan, hal ini juga terjadi
pada beberapa media komunikasi sebelum internet, contoh dari radio ke
media cetak seperti buku, majalah, koran, dan lain sebagainya.
Menurut Ramadhan (2005) sejarah internet dibentuk oleh
Departemen Pertahanan Amerika Serikat pada tahun 1960-an. Internet
(Interconnected Network) adalah sebuah sistem yang mampu menghubungkan jaringan-jaringan komputer di seluruh dunia. Internet
sebagai media komunikasi, internet mempunyai peran sebagai alat
(chanel) untuk menyampaikan pesan (message) dari komunikator atau penyalur pesan (source) kepada komunikan atau penerima pesan (receiver).
(20)
Internet sebagai media komunikasi mendorong industri elektronik
untuk menciptakan perangkat komunikasi berbasis komputer seperti,
komputer, laptop, notebook, tablet, dan smartphone, seperti Blackberry, Android, dan iPhone berserta aplikasi-aplikasinya (email, chatting, dan jejaring sosial). Semua alat telekomunikasi tersebut dapat saling terhubung
dengan menggunakan jaringan internet yang memungkinkan pengguna
saling terhubung meskipun saling berjauhan tempat (Arham, 2014).
Menurut Greenfield dan Subrahmanyam (2008) komunikasi
melalui media internet merupakan bentuk komunikasi baru yang telah
banyak digunakan oleh masyarakat, terlebih pada remaja. Remaja
merupakan pengguna terbanyak komunikasi melalui media internet
seperti, chatting, email, dan jejaring sosial serta situs internet lainnya seperti You Tube, Blog, dan Game Online (Greenfield dan Subrahmanyam, 2008).
Penelitian pada tahun 2008 menunjukkan bahwa 58 remaja Jerman
menggunakan situs jejaring sosial Facebook dan MySpace untuk berkomunikasi (Kramer dan Winter, 2008). Penelitian Sheldon (2008) juga
menunjukkan bahwa remaja rata-rata menghabiskan waktu 47 menit
perhari untuk Facebook. Selain itu, penelitian Anderson, dkk (2010) menunjukkan bahwa 100 remaja yang menggunakan situs pribadi atau
weblogs terlibat komunikasi yang bertujuan untuk membina hubungan dan memelihara hubungan dengan teman sebaya.
(21)
Penelitian yang dilakukan Nielsen Survey menemukan fakta bahwa rata-rata remaja mengirim pesan tertulis (text messager) atau SMS sebanyak 3.417 kali dalam sebulan atau rata-rata 7 kali setiap jam. Remaja
putri lebih banyak mengirim pesan tertulis sebanyak 3.952 kali perbulan,
sedangkan remaja putra mengirim pesan tertulis sebanyak 2.815 kali
perbulan (dalam http://www.vemale.com/ diakses 23 Oktober 2013).
Fenomena internet sebagai media komunikasi juga terjadi pada
remaja di Indonesia. Survei dan studi yang dikaji sekitar tahun 2000
sampai dengan tahun 2003-an yang menunjukkan bahwa 252 responden
pelajar SMA Surabaya menggunakan internet sebesar 62,3% untuk
chatting. Penelitian lain yang dilakukan oleh Surya (2002) terhadap remaja SMA dan perguruan tinggi di Kotamadya Surabaya menemukan bahwa
fasilitas internet yang sering digunakan adalah chatting, emailing, dan browsing. Kemudian, studi terhadap 182 remaja SMA di Jakarta Selatan yang dilakukan Novanana (2003) menunjukkan juga bahwa 50,5%
menggunakan chatting untuk berkomunikasi.
Pada tahun 2008, Spire Research dan Consulting serta Majalah Marketing (dalam Qomariyah, 2009) melakukan survei tren dan kesukaan
di lima kota besar di Indonesia (Jakarta, Semarang, Surabaya, Medan, dan
Makasar). Sebanyak 1.000 responden usia 13 – 18 tahun menggunakan internet dalam kegiatan sehari-hari seperti mengirimkan pesan tertulis.
Kemudian, penelitan di Indonesia yang dilakukan pada bulan
(22)
berusia 12 – 17 tahun rata-rata mengirimkan pesan tertulis sebanyak 60 kali perhari. Remaja putri mengirim 100 pesan tertulis dan remaja putra
mengirim 50 pesan tertulis. Sebanyak 75% remaja menyatakan bahwa
mereka lebih suka komunikasi menggunakan tulisan, 63% dari mereka
menyatakan mengirim pesan tertulis setiap hari, dan 39% melakukan
komunikasi tatap muka (dalam http://www.vemale.com/ diakses 26
Agustus 2015).
Hasil penelitian terbaru tahun 2014 yang dilakukan oleh lembaga
PBB, UNICEF, bersama mitra Kementrian Komunikasi dan Informatika,
dan Universitas Harvard mengenai keamanan penggunaan media digital
pada anak dan remaja di Indonesia, diketahui sebanyak 98% dari anak dan
remaja yang berusia 10 – 19 tahun tahu tentang internet dan 79,5% adalah pengguna internet. Selain itu, penelitian ini juga menyatakan bahwa anak
dan remaja mengakses internet untuk terhubung dengan teman lama dan
teman baru dan mayoritas komunikasi mereka dilakukan dengan teman
sebaya, guru, dan anggota keluarga (dalam http://kominfo.go.id/ diakses 26
Agustus 2015). Hal tersebut sesuai dengan periode perkembangan remaja
secara sosial yang bertujuan untuk mencapai kemandirian dan perubahan
dalam menjalin relasi dengan orang lain (Santrock, 2007).
Pada masa ini, remaja mengalami perkembangan aspek
kepribadian dan sosial yang lebih banyak melibatkan kelompok teman
(23)
Tingginya intensitas penggunaan internet sebagai media
komunikasi dapat mengakibatkan semakin rendahnya intensitas
komunikasi tatap muka (Arfika, 2012). Penelitian Takariani (dalam
Kurniasari, 2013) menunjukkan bahwa chatting melalui Facebook
berpengaruh secara signifikan sebesar 52,7% mengurangi komunikasi
tatap muka remaja dalam keluarga. Penggunaan internet sebagai media
komunikasi yang berlebihan dapat menurunkan sifat sosial remaja di
masyarakat karena lebih suka menggunakan jejaring sosial untuk
berkomunikasi (dalam http://kominfo.go.id/ diakses 10 Maret 2014).
Psikolog Neil Bernstein menyatakan bahwa kecenderungan remaja
menghindari komunikasi tatap muka dan lebih suka dengan pesan tertulis
karena media sosial seperti, Facebook, Twitter, dan pesan instan (chatting)
membuat remaja addiction atau ketergantungan (dalam http://ictwatch.com/ diakses 21 Februari 2013).
Fenomena komunikasi melalui media internet oleh Walther (1996)
disebut sebagai komunikasi Hypepersonal yakni komunikasi dengan perantara internet secara sosial lebih menarik daripada komunikasi tatap
muka. Hal tersebut tampaknya akan terus terjadi seiring dengan
perkembangan teknologi komunikasi. Komunikasi yang semula lebih
menekankan pada komunikasi tatap muka tampaknya akan lebih banyak
terjadi dengan komunikasi tulisan melalui media internet.
Berdasarkan, latar belakang yang telah dituliskan, peneliti memiliki
(24)
penggunaan internet sebagai media komunikasi dengan intensitas
komunikasi tatap muka remaja di Nabire. Ketertarikan peneliti untuk
melakukan studi ini karena diketahui bahwa remaja di Nabire memiliki
keinginan untuk berhubungan dengan teman sebaya baik melalui
komunikasi melalui media internet dan komunikasi tatap muka. Hal ini
berdasarkan hasil wawancara bahwa remaja di Nabire melalukan aktivitas
komunikasi di dunia maya seperti, browsing, chatting, dan update status
atau mengkomentari status teman mereka pada pukul 01.00 – 04.30 WIT. Hal ini membuat remaja di Nabire rela menggunakan waktu istirahat
mereka. Selain itu, diketahui juga bahwa di Nabire masih mengalami
minimnya fasilitas internet, seperti jumlah warnet yang tidak banyak,
akses koneksi yang tidak memadai (sangat lambat), dan biaya yang mahal
yakni Rp10.000-, perjam, dan belum tersedianya hotspot wife (wireless fidelity) di area publik. Selain itu, di Nabire baru mempunyai dua provider jasa telekomunikasi internet, yaitu Telkomsel dan Indosat. Hal ini karena
internet di Indonesia Bagian Timur (Papua) bisa menghabiskan
Rp6.000.000-, perbulan karena internet di sana sama sekali tidak memiliki
jaringan yang membuatnya dapat memperoleh askes internet murah atau
setara dengan tarif normal (dalam http://bisnis.liputan6.com/ diakses 12
Februari 2014).
Dari hasil wawancara juga diketahui bahwa dua dari tiga
narasumber menyatakan bahwa mereka lebih banyak menghabiskan waktu
(25)
dibandingkan komunikasi tatap muka yang terjadi selama 3 jam perhari.
Menurut Nie, 2001 (dalam Papalia, dkk 2013) dampak penggunaan
internet sebagai media komunikasi dapat menyebabkan remaja
menghabiskan waktu lebih banyak di internet dan memiliki sedikit teman
(Mesch, dalam Papalia, 2013).
Penggunaan internet yang berlebihan pada tahun 90-an hingga
awal 2000-an menunjukkan bahwa remaja yang menggunakan internet
sebagai media komunikasi akan lebih banyak menghabiskan waktu mereka
berkomunikasi dengan orang asing, sehingga mengurangi waktu hubungan
sosial remaja dengan keluarga dan teman di dunia nyata (Kraut dkk, 1998
dalam Valkenburg dan Peter 2009).
Selain itu, narasumber juga menyatakan bahwa mereka dan
beberapa teman mereka melakukan dua aktivitas yaitu komunikasi melalui
media internet dan komunikasi tatap muka pada waktu bersamaan.
Menurut Kay (dalam Papalia, 2013) komunikasi tatap muka pada remaja
itu penting karena terkait dengan tugas perkembangan pada aspek
kepribadian dan aspek sosial. Hal ini sesuai dengan tujuan komunikasi
tatap muka yaitu membangun dan mempertahankan hubungan sosial.
Hubungan sosial ini dapat menghindari diri dari kesendirian dan depresi
(Devito, 1995 dalam Maulana dan Gumelar, 2013). Hasil dari penelitian
ini diharapkan dapat menunjukkan hubungan intensitas penggunaan
internet sebagai media komunikasi dan intensitas komunikasi tatap pada
(26)
B. Rumusan Masalah
Apakah terdapat hubungan intensitas penggunaan internet sebagai
media komunikasi dengan intensitas komunikasi tatap muka remaja di
Nabire?
C. Tujuan Penelitian
Mengetahui hubungan intensitas penggunaan internet sebagai media
komunikasi dengan intensitas komunikasi tatap muka pada remaja di
Nabire.
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis
a. Memberikan tambahan pengetahuan mengenai komunikasi
melalui media internet dan komunikasi tatap muka pada bidang
Psikologi Komunikasi dan Psikologi Perkembangan.
b. Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi refrensi bagi
penelitian selanjutnya yang tertarik dengan masalah intensitas
penggunaan internet sebagai media komunikasi dan intensitas
(27)
2. Manfaat Praktis
a. Hasil penelitian ini dapat memberikan pengetahuan dan
pemahaman mengenai komunikasi tatap muka dan komunikasi
melalui media internet pada remaja di Nabire.
b. Subjek
Memberikan informasi kepada remaja tentang cara
mengartikan dan menggunakan aplikasi internet sebagai media
komunikasi. Hal ini diharapkan agar remaja mengetahui
tentang resiko bahaya yang mungkin timbul dari pertemuan
langsung dengan seseorang yang baru dikenal dari dunia maya.
c. Orangtua Subjek
Pihak orang tua dan guru harus mengawasi dan mendampingi
anak-anak mereka dalam aktivitas digitalnya, dan terlibat
didalamnya. Salah satu cara sederhana, contohnya orang tua
dapat menjadi 'teman' di akun jejaring sosial anak. Hal ini
bertujuan agar orangtua dapat bergabung dan berkomunikasi
secara intensif dengan anak- anak untuk menciptakan
lingkungan yang aman dan positif bagi pertumbuhan dan
(28)
BAB II LANDASAN TEORI
A. Definisi Komunikasi Tatap Muka
Menurut Wiryanto (2004) istilah komunikasi berasal dari bahas Latin yaitu,
communication yang berarti pemberitahuan atau pertukaran. Kata sifatnya yaitu
communis bermakna umum atau bersama-sama. Shannon dan Weaver (dalam Wiryanto, 2004) menyatakan bahwa komunikasi adalah suatu bentuk interaksi
manusia yang saling mempengaruhi satu sama lain, dengan cara sengaja maupun
tidak sengaja dan tidak terbatas pada bentuk komunikasi verbal, tetapi juga dalam
hal ekspresi muka atau nonverbal, lukisan, dan teknologi. Komunikasi tatap muka
memiliki banyak definisi dari berbagai ahli, misalnya Devito (1989)
mendefinisikan komunikasi tatap muka adalah penyampaian pesan oleh satu orang
dan penerimaan pesan oleh orang lain atau sekelompok kecil orang, dengan
berbagai dampaknya dan dengan peluang untuk memberikan umpan balik segera.
Rogers (dalam Wiryanto, 2004) mendefinisikan komunikasi tatap muka sebagai
komunikasi dari mulut ke mulut yang terjadi dalam interaksi tatap muka antara
beberapa pribadi.
Berdasarkan pengertian di atas, peneliti memahami bahwa komunikasi tatap
muka merupakan usaha manusia mengirim pesan dari seseorang dan diterima oleh
orang lain atau sekelompok orang dari mulut ke mulut dalam interaksi tatap muka
(29)
1. Elemen-elemen dalam Komunikasi Tatap Muka
DeVito (1990) menyatakan bahwa proses komunikasi tatap muka akan
terjadi dengan memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
a. Pengirim dan penerima pesan
Komunikasi tatap muka paling tidak melibatkan dua orang, setiap orang
merasakan dan mengirim pesan (fungsi komunikator). Lalu diterima dan
dipahami (fungsi komunikan).
b. Pengkodean dan pemecahan kode
Pengkodean (produksi pesan) adalah proses pengalihan pikiran dalam
bentuk lambang atau disusun terlebih dahulu dengan menggunakan
kata-kata. Pemecahan kode (tindakan menginterpretasikan kode) adalah proses
di mana komunikan menetapkan makna dan lambang yang disampaikan
komunikator.
c. Pesan
Pesan menngekspresikan pikiran dan perasaan. Komunikasi tatap muka
tidak selalu secara verbal. Melainkan dapat dikomunikasikan melalui
gerakan, sentuhan sama seperti kita berkomunikasi verbal.
d. Efek
Proses komunikasi memiliki berbagai akibat,baik pada salah satu pihak
atau keduanya. Efek dari kegiatan komunikasi mencakup tiga aspek yaitu:
Aspek kognitif
Menyangkut kesadaran dan pengetahuan, misalnya memperoleh
(30)
Aspek afektif
Menyangkut sikap, kepercayaan, emosi, dan perasaan, misalnya perasaan
sedih, gembira.
Aspek konatif dan psikomotor
Menyangkut perilaku dan tindakan berbuat seperti apa yang disarankan.
e. Channel komunikasi
Channel komunikasi adalah media yang dilalui oleh pesan. Channel
berfungsi sebagai jembatan antara komunikator dan komunikan, contoh
berbicara dan mendengar, mencium, melihat, mengeluarkan bau, dan
bahkan menyentuh untuk berkomunikasi. Hal-hal yang dapat dikatakan
sebagai channel adalah tatap muka, telepon, surat, televisi, dll. f. Konteks
Cara kita berkomunikasi setiap saat berbeda dipengaruhi oleh konteks.
Konteks adalah situasi yang ada hubungannya dengan kejadian. Tiga
dimensi konteks komunikasi adalah fisik, sosial psikologis, dan temporal.
Pada tahun 1995 DeVito menambahkan dua elemen komunikasi tatap
muka, yaitu: kompetensi dan etika.
2. Ciri-ciri Komunikasi Tatap Muka
Komunikasi tatap muka memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Pengguna yang melakukan komunikasi berada dalam jarak yang dekat
(31)
menggunakan media dalam penyampaian pesan karena perbedaan
jarak, itu tidak dapat dikatakan sebagai komunikasi tatap muka.
b. Pengguna yang berkomunikasi mengirim dan menerima pesan secara
spontan baik secara verbal dan nonverbal. Respon yang diberikan
merupakan feedback yang dapat mengurangi kebohongan salah satu lawan bicara dengan cara melihat gerak-gerik ketika sedang
berkomunikasi.
c. Keberhasilan komunikasi menjadi tanggung jawab para peserta
komunikasi berdasarkan syarat-syarat yang berlaku seperti waktu,
tempat, dan lawan bicara.
d. Kedekatan hubungan pengguna komunikasi akan tercermin pada pesan
nonverbal mereka, seperti sentuhan, tatapan mata yang ekspresif, dan
jarak fisik yang dekat.
Berdasarkan pengertian di atas, maka disimpulkan bahwa komunikasi
tatap muka mempunyai ciri-ciri dari pengirim dan penerima pesan, pesan
verbal dan pesan nonverbal, dan efek.
3. Tujuan Komunikasi Tatap Muka
DeVito (1995) menyatakan bahwa komunikasi tatap muka memiliki lima
tujuan, yaitu:
a. Proses belajar. Setiap kita berkomunikasi secara tatap muka, kita belajar
mengenai sesuatu yang terjadi di sekitar lingkungan kita. Kita belajar
(32)
untuk mengerti, memahami, dan merespon lingkungan di sekitar kita,
seperti peraturan, norma-norma dan etika yang berlaku. Selain itu, kita
juga mengetahui bagaimana pendapat orang lain mengenai suatu hal
ataupun peristiwa, dan kita juga mengetahui bagaimana orang lain menilai
atau merespon diri dan tingkah laku kita.
b. Untuk membangun hubungan. Setiap orang ingin membangun dan
mempertahankan sebuah hubungan. Kita menghabiskan waktu untuk
melakukan komunikasi tatap muka untuk membangun dan
mempertahankan hubungan sosial. Hubungan sosial menghindari diri kita
dari kesendirian dan depresi.
c. Untuk memengaruhi. Dalam komunikasi tatap muka kita sering mencoba
mempengaruhi sikap dan perilaku orang lain.
d. Untuk bermain. Berdiskusi tentang hobi, dan menceritakan lelucon
merupakan hal yang sangat penting. Hal itu dapat menyeimbangkan hidup
dan membuat pikiran kita beristirahat sejenak dari hal-hal yang serius.
e. Untuk menolong. Melalui komunikasi tatap muka kita dapat
menenangkan, menghibur, dan memberi saran kepada teman. Secara
professional atau bukan, keberhasilan untuk menolong seseorang
(33)
3. Pesan Verbal dan Nonverbal
Menurut Maulana dan Gumelar (2013) proses komunikasi tatap muka
terjadi penyampain pesan anatara pengirim dan penerima pesan, yaitu pesan
verbal dan pesan nonverbal.
a. Pesan verbal merupakan proses komunikasi yang berkaitan dengan dua hal
yakni, kata dan makna yang mencakup pengiriman kata-kata dari sistem saraf dengan maksud menghasilkan makna. Kemudian, berbahasa dan berpikir. Bahasa ialah kemampuan yang kompleks di mana orang dapat mengkomunikasikan berbagai pesan dengan menggunakan simbol yang
dapat dimengerti.
b. Pesan nonverbal mencakup segala ungkapan yang tidak disadari dalam
bentuk gerak, isyarat, gerak tubuh air muka, nada atau getaran suara, dan
tarikan napas.
Dari keseluruhan yang telah dituliskan di atas, maka disimpulkan
bahwa komunikasi tatap muka adalah proses penyampaian ide, gagasan
dan pikiran berupa pesan verbal dan pesan nonverbal yang memiliki tujuan
terntentu antara pengirim dan pengerima pesan yang terjadi secara kontak
fisik dan memiliki berbagai akibat, baik pada salah satu pihak atau
keduanya.
4. Faktor yang Mempengaruhi Komunikasi Tatap Muka
Menurut Rakhmat (2011) faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
(34)
a. Presepsi interpersonal adalah memberikan makna terhadap stimuli indrawi
yang berasal dari komunikan berupa pesan verbal dan nonverbal.
Kecermatan dalam memberikan makna akan berpengaruh terhadap
keberhasilan komunikasi, seorang peserta komunikasi yang salah memberi
makna terhadap pesan akan mengakibatkan kegagalan komunikasi.
b. Konsep diri adalah pandangan dan perasaan kita tentang diri kita.
Konsep diri positif ditandai dengan lima hal, yaitu:
1. yakin akan kemampuan mengatasi masalah,
2. merasa setara dengan orang lain,
3. menerima pujian tanpa rasa malu,
4. menyadari bahwa setiap orang bahwa setiap orang mempunyai
berbagai perasaan, keinginan, dan perilaku yang tidak seluruhnya
disetujui oleh masyarakat,
5. mampu memperbaiki dirinya karena ia sanggup mengungkap
aspek-aspek kerpribadian yang tidak disenanginya dan berusaha mengubah.
c. Atraksi interpersonal adalah kecenderungan “suka” kepada orang lain, adanya sikap positif dan daya tarik seseorang. Semakin ada ketertarikan
kepada seseorang maka kecenderungan untuk berkomunikasi dengannya
(35)
B. Komunikasi melalui Media Internet
Pada bagian ini dijelaskan definisi dari komunikasi melalui media internet,
jenis aplikasi komunikasi melalui media internet, karakteristik internet sebagai
media komunikasi, dan keunggulan dan kelemahan internet sebagai media
komunikasi.
1. Definisi Komunikasi Melalui Media Internet
Ferris (dalam Sosiawan, 2008) mendefinisikan komunikasi melalui media
internet sebagai “interaksi secara interpersonal yang dihubungkan oleh komputer yang meliputi komunikasi asynchronous dan synchronous melalui fasilitas dalam internet”. Kemudian, menurut Sosiawan (2008) secara aplikatif komunikasi melalui media internet adalah “penggunaan komputer beserta fasilitas dan kemampuannya untuk digunakan sebagai alat penyampaian pesan
baik bersifat massa ataupun pribadi”.
Sosiawan (2008) menyatakan bahwa secara rinci komunikasi melalui
media internet dalam proses penggunaannya dapat diuraikan menjadi tiga,
yaitu:
a. Aktivitas dan proses komunikasi bermedia internet adalah pertukaran data
melalui komputer namun tetap melibatkan manusia sebagai pemberi
kontertulis pada aktivitas dan proses komunikasi tersebut seperti menulis
“surat” melalui email, menuliskan kata-kata pada waktu yang sama dalam komunitas chatting, serta menciptakan web site.
(36)
b. Level dan konteks komunikasi melalui media internet adalah
pengelompokan pengguna komunikasi berdasarkan jenis aplikasi yang
digunakan dalam berkomunikasi melalui media internet. (a) level
individual, pengguna internet menggunakan internet tools untuk mencari dan menerima informasi dan berkomunikasi dengan pengguna lain. Email
adalah fasilitas yang paling banyak digunakan pada level ini. (b) level
komunikasi group, pada level ini, email masih tetap digunakan sebagai fasilitas dalam pengguaan sistem chat. (c) level komunikasi massa menggunakan fasilitas broadcast online yaitu web sites.
c. Perspektif lintas budaya menjelaskan bahwa komunikasi melalui media
internet mampu melintasi jarak dan batas. Oleh karena itu, dapat terjadi
pentukaran antarbudaya.
Berdasarkan pengertian di atas, peneliti memahami bahwa komunikasi
melalui media internet merupakan aktivitas interaksi komunikasi secara
pribadi atau massa yang dihubungkan oleh jaringan komputer dengan
penggunaan aplikasi digunakan oleh user.
2. Jenis-jenis Aplikasi Melalui Media Internet
Menurut Sosiawan (2008) ada tiga fasilitas internet yang digunakan untuk
(37)
a. Surat Elektronik (email)
Surat elektornik (email) adalah fasilitas surat menyurat berbasiskan media
web. Berbeda dengan surat secara fisik, pengirim surat dilakukan secara otomatis dengan software yang sudah tersedia. Sebagai pengganti alamat pengiriman, para pengguna email harus memiliki akun (account) yang menunjukkan diri pengguna. Dewasa ini, banyak penyedia jasa email
(provider) di internet, sepeti yahoo, google, hotmail, dsb. b. Chat
Chat adalah sistem percakapan yang memungkinkan para penggunanya berkomunikasi seolah-olah secara langsung seperti tatap muka, namun
dengan menggunakan tertulis atau tulisan. Software yang mendukung fitur
chat, misalnya Internet Relay Chat (IRc), Yahoo Messenger, MSN Messenger. Selain itu, fasilitas chat juga tersedia di situs jejaring sosial
Facebook. Semakin berkembangnya media komunikasi melalui media internet, fitur chat juga semakin beraneka ragam yang tidak hanya terpasang di komputer atau laptop, tetapi juga gadget dan smartphone, seperti WhatsApp Messenger, LINE: Free Calls & Messages, WeChat, KakaoTalk: Free Calls & Text, BBM, dsb.
Satu syarat khusus dalam chatting adalah baik komunikator dan
komunikan harus pada kondisi online untuk berkomunikasi (Sosiawan, 2008). Jenis komunikasi yang terjadi dalam chatting adalah synchronous communication, di mana pengirim dan penerima pesan berada pada waktu
(38)
yang sama dalam komunikasi, maka proses komunikasi juga berlangsung
relatif cepat.
c. Situs Jejaring Sosial
Situs jejaring sosial (social network service) kini berkembang pada web site sebagai media komunikasi. Menurut Ajie (dalam Singgih, 2011) situs jejaring sosial adalah sejenis perangkat lunak berbasis web yang memungkinkan pengguna internet saling berhubungan satu sama lain.
Adanya situs jejaring sosial akan terbentuk komunitas-komunitas maya
berdasarkan kriteria tertentu. Secara sistematis situs-situs ini menawarkan
akun seperti pada email, namun user nantinya akan memiliki sebuah halaman ibarat ruangan, di mana user diberi kebebasan memberi atau memasang foto, biodata, serta info yang berkaitan dengan dirinya.
Komunikasi yang lazim terjadi pada jejaring sosial seperti Facebook, Twitter, Path, MySpcae, Google+, dan lain sebagainya adalah melalui pemberian komentar. User dapat memberikan status dan user lain yang sudah terdaftar sebagai “teman” dari user tersebut dapat memberi komentar. Bila komentar tersebut direspon secara kontinu, maka terjadi
proses komunikasi antaruser.
Dari pengertian di atas, peneliti simpulkan bahwa ada jenis aplikasi yang
saat ini banyak digunakan dalam berkomunikasi melalui media internet
adalah aplikasi chatting seperti WhatsApp Messenger, LINE: Free Calls & Messages, WeChat, KakaoTalk: Free Calls & Text, BBM, dan jejaring sosial seperti Facebook, Twitter, Path, MySpace, Google+.
(39)
3. Intensitas Penggunaan Internet sebagai Media Komunikasi
Menurut Irawati (2003) intensitas adalah kuantitas usaha seseorang atau
individu dalam melakukan tindakan. Seseorang yang melakukan suatu usaha
tertentu memiliki jumlah, pada pola tindakan dan perilaku yang sama, yang
didalamnya adalah usaha untuk mendapatkan pemuasaan kebutuhannya.
Sesuatu tindakkan yang dilakukan pada waktu tertentu itu memiliki jumlah
tindakan yang dikatakan sebagai mempunyai intensitas.
Menurut Horrigan (dalam Qomariah, 2009) tedapat dua hal mendasar yang
harus diamati untuk mengetahui intensitas penggunaan internet sebagai media
komunikasi seseorang, yakni frekuensi internet sebagai media komunikasi dan
lamanya menggunakan akses internet tersebut oleh pengguna. Andarwati dan
Sankarto (2005) menyatakan bahwa intensitas mengacu pada frekuensi yang
dinyatakan dalam satuan kurun waktu tertentu (per hari, per minggu, atau per
bulan) dan durasi yang dinyatakan dalam satuan kurun waktu tertentu
(permenit atau perjam).
The Graphic, Visualization dan Usability Center, the Georgia Institute of Technology (dalam Qomariah, 2009) menggolongkan pengguna internet menjadi tiga kategori berdasarkan intensistas internet yang digunakan:
a. Heavy users/ pengguna berat (lebih dari 40 jam perbulan)
b. Medium users/ pengguna sedang (antara 10 sampai 40 jam perbulan) c. Light users/ pengguna ringan (kurang dari 10 jam perbulan)
Berdasarkan pengertian di atas, peneliti memahami bahwa intensitas
(40)
yang sama yang dilakukan memiliki jumlah dalam kurun waktu tertentu dan
mengacu pada kuantitas atau frekuensinya.
4. Karakteristik Internet Sebagai Media Komunikasi
Menurut Sosiawan (2008) perbedaan karakteristik internet sebagai media
komunikasi dengan media komunikasi lainnya, antara lain:
a. Komunikasi melalui internet diharuskan menggunakan komputer, namun
dewasa ini konsep penggunaan internet juga sudah digunakan melalui
telepon gengam.
b. Komunikasi memberikan penawaran yang interaktif. Terdapat timbal balik
yang cukup tinggi dalam komunikasi melalui internet (hal ini jelas terdapat
pada chatting) baik komunikator dengan komunikan, maupun komunikator dengan software atau komputer.
c. Siapa saja mampu menjadi komunikator dalam komunikasi melalui
internet.
d. Komunikasi melalui media internet juga memiliki dampak pada
pergeseran pola hidup. Hal ini akibat seringnya penggunaan internet
sebagai media komunikasi.
e. Dampak sosial dan ekonomi. Hal ini berhubungan dengan perubahan pola
hidup. Bergesernya pola hidup dan cara individu berkomunikasi, dapat
mengakibatkan “kecanduan” dalam penggunaan internet untuk berkomunikasi. Selain itu, hal ini juga memberi dampak ekonomi, melihat
(41)
bahwa dalam penggunaannya internet juga harus dibayar dengan harga
terntentu.
f. Adanya variasi bentuk komunikasi pada satu media. Internet memiliki
banyak fitur dan mampu membuat dan menyampaikan pesan dengan cara
yang sangat beragam. Hal ini belum (tidak) mampu ditiru media lain yang
biasanya hanya memiliki satu jenis media (misalnya, koran).
5. Keunggulan dan Kelemahan Internet sebagai Media Komunikasi
Sebagai media komunikasi, internet tak hanya memiliki keunggulan,
namun juga kelemahan. Secara aplikatif, keunggulan internet sebagai media
komunikasi antara lain:
a. Pada email pesan yang disampaikan cenderung berumur panjang. Pesan-pesan dapat disimpan oleh user hingga pesan dihapus sendiri oleh user. Selain itu, penerima pesan bebas menentukan kapan pesan akan diterima
atau dibaca. Adapun kelemahannya terletak pada bentuknya yang
monoton. Sifat email yang formal, dapat mengurangi minat penggunaan
email, dan terdapat jeda dalam penerimaan dan respon suatu pesan, sehingga keberlanjutan proses komunikasi juga rendah.
b. Pada fitur chat, penyampaian pesan terjadi dengan cepat. Hal ini menyebabkan komunikasi yang terjadi memiliki kontinu yang tinggi.
Adapun kelemahannya terdapat pada prasyarat di mana komunikator dan
komunikan harus berada pada kondisi online. Kondisi ini terjadi sesuai waktu di dunia maya. Bila komunikator berada di Jawa dan komunikan
(42)
berada di Papua, maka saat komunikator online pada pukul tujuh, komunikan online pada pukul sembilan.
c. Pada jejaring sosial, komunikasi dapat terjadi pada level komunikasi yang
bervariasi. Misalnya pada Facebook, proses komunikasi melalui komentar yang diterima komunikator dapat bersifat pribadi atau kelompok.
Berdasarkan keseluruhan yang telah peneliti tuliskan, maka disimpulkan
bahwa komunikasi melalui media internet merupakan interaksi pribadi
antaruser yang dihubungkan oleh jaringan komputer berserta perangkat keras
(hardware) seperti komputer, smartphone, dan gadget, dan perangkat lunak (software) seperti apliaksi email, chat, dan jejaring sosial.
C. Masa Remaja
Masa remaja adalah masa datangnya pubertas 11 – 17 tahun atau sampai usia sekitar 18 tahun. Banyak tokoh yang memberikan definisi tentang remaja, seperti
Papalia dan Ods (2001) menyatakan bahwa masa remaja adalah masa transisi
perkembangan antara masa kanak-kanak dan dewasa yang pada umumnya dimulai
pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia belasan tahun atau awal dua
puluhan tahun. Santrock (2007) menyatakan bahwa masa remaja merupakan
periode transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa,
melibatkan perubahan pemikiran dan intelegensi individu, secara sosial ditandai
dengan adanya tuntutan untuk mencapai kemandirian dan perubahan dalam
(43)
Pada masa ini, remaja mengalami perkembangan. Ada berbagai aspek yakni
perkembangan aspek fisik berupa perubahan pada tubuh mereka seperti
pertambahan tinggi dan berat tubuh, pertumbuhan tulang, dan otot dsb. Aspek
kognitif, menurut Piaget (dalam Santrock, 2001) menyatakan bahwa remaja secara
aktif membangun dunia kognitif mereka. Remaja telah berada pada tahap formal
operations yakni suatu tahap di mana seseorang sudah mampu berpikir secara abstrak. Remaja dapat memahami bahwa tindakan yang dilakukan pada saat ini
dapat memiliki efek pada masa yang akan datang, sehingga seorang remaja
mampu memperkirakan konsekuensi dari tindakannya, termasuk adanya
kemungkinan yang dapat membahayakan dirinya. Aspek kepribadian dan sosial,
perkembangan kepribadian adalah perubahan cara individu berhubungan dengan
dunia dan menyatakan emosi secara unik; sedangkan perkembangan sosial berarti
perubahan dalam berhubungan dengan orang lain (Papalia dan Olds, 2001 dalam
Papalia 2013).
Pada remaja perkembangan aspek kepribadian dan sosial lebih banyak
melibatkan kelompok teman sebaya dibandingkan orangtua (Conger, 1991;
Papalia & Olds, 2001). Laursen (dalam Papalia, 2013) menyatakan bahwa teman
sebaya merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan pada
masa-masa remaja. Menurut William Kay (dalam Papalia, 2013) tugas
perkembangan remaja yang berkaitan dengan komunikasi adalah mengembangkan
keterampilan komunikasi tatap muka dan belajar bergaul dengan teman sebaya
atau orang lain, baik secara individu. Namun, meledaknya teknologi komunikasi
(44)
telah mengubah cara remaja dalam berkomunikasi. Menurut Conger dan Papalia
dan Olds (dalam Papalia, 2013) gaya hidup remaja banyak dipengaruhi oleh
kelompok teman sebaya, misalnya mengenai cara berpakaian yang menarik,
musik, dan cara berkomunikasi.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pada dasarnya komunikasi
merupakan bagian dari aktivitas yang tidak dapat terpisahkan dari kehidupan
manusia. Menurut teori perkembangan, remaja sebagai pribadi yang sedang
mengalami dinamika dalam proses mencari jati diri menuju dewasa,
membutuhkan kehadiran orang lain sebagai bagian penting bagi perkembangan
remaja (Christofides, Muise, dan Desmariais, 2009 dalam Widiantari dan
Herdiyanto, 2013). Pada saat masa remaja seseorang akan merasa lebih senang
untuk menghabiskan waktu dengan teman-teman sebaya, serta adanya
peningkatan minat terhadap relasi interpersonal (Santrock, 2007 dalam Widiantari
dan Herdiyanto, 2013).
D. Dinamika Hubungan Intensitas Penggunaan Internet sebagai Media Komunikasi dengan Intensitas Komunikasi Tatap Muka pada Remaja di Nabire
Remaja mengalami transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dengan
masa dewasa yang secara sosial ditandai dengan adanya tuntutan untuk mencapai
kemandirian dan perubahan dalam menjalin relasi dengan orang lain dalam
konteks sosial (Santrock, 2007). Dalam kehidupan sosialnya, remaja menciptakan
(45)
merupakan bentuk interaksi yang saling mempengaruhi satu sama lain, dengan
bentuk komunikasi verbal dan komunikasi nonverbal (Wiryanto, 2004). Namun
saat ini, dengan adanya internet, interaksi secara interpersonal dapat dihubungkan
melalui komputer (Sosiawan, 2008).
Komunikasi melalui media internet memberikan kemudahan komunikasi
karena tidak mengharuskan pertemuan secara tatap muka untuk menyampaikan
peasan verbal dan pesan nonverbal (Subrahmanyam dan Greenfield, 2008).
Internet sebagai media komunikasi adalah bentuk penggunaan komputer beserta
fasilitas untuk alat penyampaian pesan baik bersifat massa ataupun pribadi
(Sosiawan, 2008). Fasilitas internet yang digunakan untuk berkomunikasi antara
lain, email, chat, dan jejaring sosial.
Saat ini internet sebagai media komunikasi telah menjadi bagian dari
kehidupan sehari-hari sebagian besar orang (Utz & Beukeboom, 2011). Internet
sebagai media komunikasi menjadi sangat popular di kalangangan remaja
(Kramer dan Winter, 2008). Remaja yang menggunakan internet sebagai media
komunikasi bertujuan untuk membina hubungan dan memelihara hubungan
dengan teman sebaya (Anderson-Butcer dkk, 2010). Hal ini diperkuat oleh hasil
penelitian lembaga PBB, UNICEF, bersama mitra Kementrian Komunikasi dan
Informatika, dan Universitas Harvard mengenai keamanan penggunaan media
digital pada anak dan remaja di Indonesia, diketahui sebanyak 79,5% anak dan
remaja mengakses internet untuk terhubung dengan teman lama dan teman baru
(46)
dengan guru, dan komunikasi dengan anggota keluarga (dalam
http://kominfo.go.id/)
Remaja menghabiskan banyak waktu mereka di dunia mereka sendiri,
sebagian besar terpisah dari orang dewasa (Larson dan Wilson dalam Papalia
2013). Tingginya intensitas penggunaan internet sebagai media komunikasi dapat
mengakibatkan semakin rendahnya intensitas komunikasi tatap muka (Arfika,
2012). Hal ini diperkuat oleh Neil Brenstein yang menyatakan bahwa
kecenderungan remaja yang menghidari komunikasi tatap muka karena
komunikasi melalui media internet seperti, Facebook, Twitter dan chatting
membuat remaja ketergantungan (dalam http://ictwatch.com/). Ditambah, jika
dibandingkan antara kualitas komunikasi yang dilakukan melalui internet dengan
kualitas komunikasi tatap muka, ditemukan bahwa penggunaan internet sebagai
media komunikasi memiliki keterbatasan dalam membangun kedekatan emosional
(Boneva, dkk; Schiffrin, dkk; Cummings, dkk; Gross, dkk dalam Pollet, 2006).
Menurut Menteri Kominfo, penggunaan internet sebagai media komunikasi
dapat berdampak pada peningkatan kejahatan di dunia maya atau cyber crime,
karena kemungkinan anonimitas(dalamhttp://kominfo.go.id/). Penggunaan internet
sebagai media komunikasi memfasilitasi pengguna untuk terkoneksi dengan
bebagai macam orang yang pernah dan belum diajak berhubungan sebelumnya
(Gatot, 2014) sehingga menciptakan potensi perilaku komunikasi tertentu. Hal ini
diperkuat oleh hasil penelitian Nie 2001 (dalam Papalia 2013) yang menyatakan
bahwa penggunaan internet sebagai media komunikasi memberikan beberapa
(47)
banyak berkomunikasi dengan orang asing, sehingga memiliki sedikit teman di
dunia nyata (Mesch, dalam Papalia 2013). Pengguna membuat indentitas yang
dinginkan pada media internet seoerti situs jejaring sosial dan mencoba menjadi
popular (Zhao, dkk, dalam Utz & Beukeboom, 2011). Contohnya, pengguna
sengaja memilih foto yang membuat mereka tampak keren dan popular (Siibak,
dalam Utz & Beukeboom, 2011). Dr Karen North (dalam CBSNews, 2014)
mengatakan bahwa penggunaan internet sebagai media komunikasi tidak sebaik
itu pada kenyataanya karena sebenarnya mereka terlalu sibuk menampilkan diri
pada media internet yang digunakannya. Pada akhirnya, waktu yang dihabiskan
untuk menggunakan dan memelihara komunikasi melalui media internet dapat
menjauhkan diri dari waktu pribadi dan berbagai bersama di dunia nyata (Papalia,
2013). Oleh karena itu, intensitas penggunaan internet sebagai media komunikasi
yang tinggi, mungkin berkaitan dengan intensitas komunikasi tatap muka pada
remaja.
Dalam melakukan komunikasi, seseorang bertujuan untuk memperantai
informasi dari satu pihak kepada pihak lain dengan tujuan tersebarnya maksud dan
makna yang sama antara pengirim pesan dan penerima pesan (Wiryanto, 2004).
Komunikasi tatap muka adalah bentuk komunikasi yang mampu untuk mencapai
tujuan tersebut. Hal ini karena komunikasi tatap muka memiliki tujuan yang dapat
membuat pesertanya mengerti, memahami, dan merespon lingkungannya, seperti
bagaimana pendapat orang lain menilai atau merespon diri dan tingkah laku.
Selain itu, komunikasi tatap muka dapat membantu dalam tercapainya mufakat
(48)
pesertanya (Widjaja, 1997). Komunikasi tatap muka dapat menghindari diri dari
kesendirian dan depresi (Devito, dalam Maulana dan Gumelar, 2013). Hal ini
diperkuat oleh Soelistiyowati dan Nugroho (2012) bahwa komunikasi tatap muka
merupakan kemampuan yang wajib dimiliki oleh semua orang dalam kehidupan
sehari-hari.
Intensitas komunikasi tatap muka yang tinggi dapat membantu seseorang
dapat beradaptasi dengan baik, memahami apa yang dirasakan oleh diri sendiri
dan lawan bicara yang terlihat jelas dari pesan nonverbal seperti gerak tubuh, nada
suara, dan ekspresi wajah (Soelistiyowati dan Nugroho, 2012). Namun,
penggunaan internet sebagai media komunikasi menciptakan lingkungan dengan
situasi anomim. Kualitas komunikasi remaja melalui media intenet juga memiliki
keterbatasan dalam membangun kedekatan emosional. Waktu dan energi yang
dihabiskan untuk komunikasi melalui media internet justru mengurangi waktu
komunikasi tatap muka dengan orang lain. Maka dari itu, dapat dikatakan bahwa
individu dengan intensitas komunikasi melalui media internet yang tinggi
memiliki intensitas komunikasi tatap yang rendah. Sebaliknya, semakin rendah
intensitas komunikasi melalui media internet, maka semakin tinggi intensitas
(49)
E. Skema
Remaja
Menjalin relasi dengan orang lain
F. Hipotesis
Berdasarkan uraian di atas, peneliti merumuskan hipotesis sebagai berikut:
Ada hubungan antara intensitas penggunaan internet sebagai media
komunikasi dengan intensitas komunikasi tatap muka. Intensitas
penggunaan internet sebagai media komunikasi rendah
Intensitas komunikasi tatap muka tinggi Intensitas
penggunaan internet sebagai media komunikasi tinggi
Intensitas komunikasi tatap muka rendah
Tidak membangun kedekatan emosional Anonimitas
Waktu dihabiskan berkomunikasi dengan orang asing
Membantu mencapai mufakat dalam diskusi dalam kelompok bicara yang lebih banyak pesertanya
Menghindari diri dari depresi dan
kesendirian
Beradaptasi dengan baik, memahami apa yang dirasakan oleh diri sendiri dan lawan
(50)
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif korelasional yang bertujuan
mengetahui hubungan intensitas penggunan internet sebagai media komunikasi
dengan intensitas komunikasi tatap muka. Penelitian korelasoinal bertujuan
menyelidiki sejauh mana variasi variabel berdasarkan koefisien korelasi (Azwar,
1998).
B. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini yaitu:
1. Variabel bebas: intensitas penggunaan internet sebagai media
komunikasi.
2. Variabel terikat: intensitas komunikasi tatap muka.
C. Definisi Operasional Variabel Penelitian
1. Intensitas Penggunaan Internet sebagai Media Komunikasi
Intensitas penggunaan internet sebagai media komunikasi adalah seberapa
jumlah atau seberapa sering remaja di Nabire menggunakan internet sebagai alat
(51)
Intensitas penggunaan internet sebagai media komunikasi diukur
berdasarkan frekuensi internet dalam waktu 30 hari dan lamanya menggunakan
akses tersebut dalam ukuran waktu permenit atau perjam.
2. Intensitas Komunikasi Tatap Muka
Intensitas komunikasi tatap muka remaja adalah seberapa jumlah atau
seberapa sering remaja di Nabire mengirimkan pesan verbal dan pesan nonverbal
ke teman sebaya secara langsung dalam ukuran waktu tertentu.
Intensitas komunikasi tatap muka remaja diukur berdasarkan frekuensi
komunikasi tatap muka dalam waktu 30 hari di luar pertemuan jam sekolah dan
lamanya komunikasi tersebut dalam ukuran waktu permenit atau perjam.
D. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah remaja yaitu pelajar perempuan dan
laki-laki di sekolah Kolese Le Cocq D’Armanville di Nabire. Pada penelitian ini, teknik pengambilan sampel yang digunakan oleh peneliti adalah simple random sampling. Simple random sampling adalah suatu metode pengambilan sampel di mana setiap unit dalam populasi mempunyai peluang yang sama untuk terpilih
(Sugiyono, 2003).
Karateristik subjek yang menjadi pertimbangan untuk penelitian adalah:
1. Subjek dalam rentang usia remaja yaitu 15 – 18 tahun.
2. Subjek memiliki dan menggunakan pilihan aplikasi internet sebagai media
(52)
3. Melakukan komunikasi tatap muka dengan teman sebaya di luar jam sekolah.
E. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
penelitian survei yang dilakukan dengan cara memberikan angket terbuka. Pada
penelitian ini, peneliti melakukan uji coba terpakai pada angket. Uji coba terpakai
merupakan uji coba yang hasilnya sekaligus dapat digunakan sebagai data
penelitian (Hadi, 2005). Penelitian menggunakan uji coba terpakai karena
keterbatsan akses izin kepada beberapa pihak sekolah.
F. Alat Pengumpulan Data
Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner
yang selanjutnya diisi oleh subjek penelitian. Kuesioner yang digunakan dalam
penelitian ini terdiri dari 6 pertanyaan terbuka yang disusun oleh peneliti, yaitu:
Tabel 1
Pilihan Media Komunikasi Sebagai Media Internet
Jenis Aplikasi Keterangan Skor
Email Fasilitas surat bebasis web 1 Chat Sistem percakapan yang
memungkinkan penggunanya
berkomunikasi seolah-olah secara langsung
2
Jejaring Sosial Perangkat lunak berbasis web yang memungkinkan pengguna internet saling berhubung satu sama lain
(53)
Tabel 2
Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Skor
Perempuan 1
Laki-laki 2
Tabel 3
Intensitas Penggunaan Internet sebagai Media Komunikasi
Intensitas Komunikasi Internet
Kategori Skor
Lebih dari 40 jam Tinggi 3 10 hingga 40 jam Sedang 2 Kurang dari 10 jam Ringan 1
Tabel 4
Intensitas Komunikasi Tatap Muka
Intensitas Komunikasi Tatap Muka
Kategori Skor
Lebih dari 50 jam Tinggi 3 35 hingga 50 jam Sedang 2 Kurang dari 35 jam Ringan 1
Tabel 5
Frekuensi Komunikasi Internet
Frekunesi Penggunaan Internet Skor
Berapa jumlah frekuensi mengguakan internet sebagai media komuniasi anda perhari? (selama 30 hari)
Data numerik
Tabel 6
Frekuensi Komunikasi Tatap Muka
Frekuensi Komunikasi Tatap Muka Skor
Berapa jumlah frekuensi komunikasi tatap muka anda perhari? (selama 30 hari)
(54)
G. Uji Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur 1. Uji Validitas
Validitas merupakan sejauh mana suatu alat ukur dapat dengan akurat dan
teliti menjalankan fungsi ukurnya. Alat ukur memiliki validitas yang tinggi
apabila alat ukur tersebut mampu menghasilkan data yang akurat sesuai dengan
tujuan ukurnya (Azwar, 2012). Validitas yang digunakan dalam penelitian ini
adalah validitas tampang dan validitas isi. Validitas tampang adalah validitas yang
pengujiannya dilakukan dengan melihat dari segi penampilan luar alat ukur,
apakah dapat memotivasi subjek untuk memberikan jawaban dengan serius atau
tidak. Validitas isi adalah pengujiannya dapat dilakukan dengan menggunakan
nalar dan akal sehat. Penilaiannya tidak dapat didasarkan hanya pada keputusan
penulis saja tetapi juga berdasarkan keputusan dari professional judgment atau penilai yang ahli dalam bidang tersebut (Azwar, 2012).
Peneliti melakukan dua kali pengambilan data. Pertama, peneliti
menyusun skala untuk mengukur jumlah rata-rata waktu yang dihabiskan subjek
untuk melakukan komunikasi melalui media internet dan komunikasi tatap muka
dengan teman sebaya di luar jam sekolah. Skala ini, diberikan kepada 50 subjek
tersebut. Pada skala pertama diketahui bahwa intensitas penggunaan internet
sebagai media komunikasi subjek 5 jam perhari. Sedangkan intensitas komunikasi
tatap muka subjek dengan teman sebaya di luar jam sekolah yaitu 2 hingga 3 jam
perhari. Kemudian, pada pengambilan data kedua, peneliti menyusun skala dalam
(55)
komunikasi dan intensitas komunikasi tatap muka selama 30 hari. Peneliti
bertanya langsung kepada 50 subjek tersebut.
Uji validitas isi dilakukan oleh peneliti bersama dengan professional judgment yaitu dosen pembimbing skripsi.
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah sejauh mana hasil dari pengukuran dapat dipercaya.
Koefisien reliabilitas berkisar dari angka 0 sampai denga 1,00. Semakin angka
koefisien mendekati 1,00 maka pengukuran semakin reliable, akan tetapi sangat
sulit dijumpai suatu pengukuran dengan angka koefisien reliabilitas mencapai
1,00.
Hasil perthitungan koefisien reliabilitas pada angket penelitian secara
keseluruahan sebesar 0,437.
Tabel 7
Hasil Uji Reliabilitas
Nilai Alpha Cronbach Jumlah Aitem
(56)
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada tanggal 7 Juli – 5 Agustus 2014 dengan membagikan 50 lembar kuesioner. Teknik pengambilan angket dilakukan oleh
peneliti sendiri dengan cara mendatangi subjek penelitian langsung di sekolah
mereka atau di SMA Kolese Le Cocq d’Armandville Nabire (SMA YPPK Adhi Luhur). Informasi mengenai subjek peneltian di peroleh dari pihak sekolah.
Informasi tersebut adalah jumlah pelajar yang membawa media komunikasi
(smartphone) ke sekolah. Pada saat pengisian angket, peneliti menunggu subjek penelitian untuk memastikan yang mengisi angket adalah subjek sendiri dan bila
terjadi kesulitan dalam pengisian, subjek dapat langsung menanyakan pada
peneliti.
B. Deskripsi Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini berjumlah 50 orang yang berusia antara 15 tahun
sampai dengan 18 tahun dengan status pelajar (perempuan dan laki-laki) kelas XI
dan XII di SMA Kolese Le Cocq d’Armandville. Subjek penelitian memahami dan menggunakan internet sebagai media komunikasi dan juga memahami dan
melakukan komunikasi tatap muka di luar jam sekolah.
(57)
Tabel 8
Deskripsi Subjek berdasarkan Intensitas Penggunaan Internet sebagai Media Komunikasi
Subjek Intensitas Penggunaan Internet Total
Tinggi Sedang Ringan Subjek
Perempuan 22 orang 2 orang 0 orang 50 orang Laki-laki 23 orang 3 orang 0 orang
Tabel 9
Deskripsi Subjek berdasarkan Intensitas Komunikasi Tatap Muka
Subjek Intensitas Komunikasi Tatap Muka Total
Tinggi Sedang Ringan Subjek
Perempuan 4 14 6 50 orang Laki-laki 4 12 10
Tabel 10
Deskripsi Subjek berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Total Subjek
Perempuan 24 orang Laki-laki 26 orang
Jumlah 50 orang
Tabel 11
Deskiprisi Subjek berdasarkan Usia
Usia Total Subjek
15 tahun 14 orang 16 tahun 24 orang 17 tahun 8 orang 18 tahun 4 orang
(58)
Tabel 12
Deskripsi Subjek berdasarkan Pilihan Aplikasi Internet
Pilihan Aplikasi Total Subjek
Email 0 orang
Chat 6 orang
Jejaring Sosial 44 orang
Jumlah 50 orang
C. Hasil Penelitian 1. Uji Asumsi a. Uji Normalitas
Uji normalitas merupakan suatu pengujian yang dilakukan untuk
mengetahui apakah data penelitian berasal dari populasi yang bersifat nomal atau
tidak (Santoso, 2010). Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan program
SPSS 16.0 for Windows dengan teknik One-Sample Kolmogrov-Smirnov Test.
Asusmsi untuk uji normalitas adalah jika nilai Asymp Sig. (2-tailed) atau p > 0,05 adalah sebaran data yang dimiliki normal. Apabila nila p < 0,05 maka
seberan data yang dimiliki dinyatakan tidak normal. “Asymp Sig. (2-tailed)
merupakan nilai p yang dihasilkan dari uji hipotesis nol yang berbunyi tidak ada
hubungan antara distribusi data yang diuji dengan distribusi data normal” (Santoso, 2012).
(59)
Tabel 13
Hasil Uji Normalitas pada Intensitas Penggunaan Internet sebagai Media Komunikasi
Variabel N Nilai K-SZ Nilai Asymp
Sig. (2-tailed)
Keterangan
Durasi komunikasi internet
50 1.611 .011 Tidak normal
Frekuensi komunikansi internet
50 1.561 .015 Tidak nomal
Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa nilai Asymp Sig. (2-tailed) atau nilai probabilitas pada Test of Normality Kolmogrov-Smirnov, intensitas komunikasi internet pada pelajar diukur berdasarkan durasi komunikasi
intenet dan frekuensi komunikasi internet. Dari hasil data durasi komunikasi
intenet subjek diperoleh nilai p 0,011 (p < 0,05) dan data frekuensi komunikasi
internet subjek diperoleh nilai p 0,015 (p < 0,05). Oleh karena itu, dapat
dikatakan sebaran data intensitas komunikasi internet mengikuti distribusi tidak
normal.
Tabel 14
Hasil Uji Normalitas pada Intensitas Komunikasi Tatap Muka
Variabel N Nilai K-SZ Nilai Asymp
Sig. (2-tailed)
Keterangan
Durasi komunikasi tatap muka
50 1.040 .229 Normal
Frekuensi
komunikasi tatap muka
50 1.040 .229 Normal
Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa nilai Asymp Sig. (2-tailed) atau nilai probabilitas pada Test of Normality Kolmogrov-Smirnov pada intensitas komunikasi tatap muka pada pelajar yang diukur berdasarkan durasi
(60)
sebesar 0,229 (p > 0,05) sehingga dapat dikatakan sebaran data intensitas
komunikasi tatap muka mengikuti distribusi normal.
b. Uji Linearitas
Uji linearitas merupakan suatu pengujian yang dilakukan untuk
mengetahui apakah dua variabel mempunyai hubungan yang linear atau tidak
secara signifikasi. Uji ini digunakan sebagai prasyarat dalam analisis hubungan
yang termasuk dalam hipotesis assosiatif. Asumsi uji linearitas pada penelitian ini
menggunakan uji linearitas via Anova. Dalam uji linearitas via Anova ada dua
hasil yang menentukan dua variabel mempunyai hubungan yang linear. yaitu F-Linearity dan F-Deviation from Linearity. Pertama, asumsi F-Linearity adalah jika p < 0,05 maka model linear cocok diterapkan pada hubungan model tersebut. Jika
p > 0,05 maka model linear tidak cocok diterapkan pada hubungan model
tersebut. Kedua, asumsi F-Deviation from Linearity adalah jika p > 0,05 maka variabel penelitian dapat dikatakan berhubungan secara linear. Jika p < 0,05 maka
(61)
Tabel 15
Hasil Uji Linearitas
Nilai F Nilai Asymp
Sig. (2-tailed)
Keterangan
Linearity .093 .064 Model ccocok
diterapkan pada hubungan model
Deviation from Linearity Intensitas komunikasi tatap muka* intensitas komunikasi internet
.997 .520 Berhubungan secara linear
Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa variabel x dan variabel y memiliki nilai F-Linearity signifikasi p < 0,05 yaitu 0,064 (p < 0,05) yang berarti model cocok diterapkan pada hubungan model tersebut. F-Deviation from Linearity signifikasi p > 0,05 yaitu 0,520 (p > 0,05) yang berarti variabel berhubungan secara linear.
c. Uji Hipotesis
Uji hipotesis dilakukan dengan teknik analisis hubungan Rank Spearman
yang terdapat pada program SPSS 16.0 for Windows. Peneliti menggunakan teknik analisis ini karena diketahui bahwa hasil uji normalitas pada penelitan ini
menunjukkan bahwa populasi data pada intensitas penggunaan internet sebagai
media komunikasi bersifat tidak normal dan data intensitas komunikasi tatap
muka bersifat normal akan tetapi peneliti tetap menggunakan teknik analisis Rank Spearman karena kedua data dalam penelitan ini terkategori jenis data ordinal.
Dasar pengambilan keputusan pada uji hipotesis yaitu dengan melihat
(62)
Sebaliknya, jika p < 0,05 maka H1diterima (Santoso, 2012). Koefisien hubungan
merupakan kovarian atau asosiasi antara dua variabel. Besarnya koefisien
hubungan berkisar antara +1 s/d -1. Koefisien hubungan menunjukkan kekuatan
hubungan dan arah hubungan dua variabel. Jika koefisien positif, maka kedua
variabel mempunyai hubungan searah. Artinya jika nilai variabel x tinggi, maka nilai variabel y tinggi pula. Sebaliknya, jika koefisien hubungan negatif, maka kedua variabel mempunyai hubungan terbalik. Artinya jika nilai variabel x tinggi, maka y akan menjadi rendah (Sarwono, 2006).
Tabel 16
Hasil Uji Hipotesis Jenis Komunikasi N Nilai
Correlation Coefficient
Nilai Sig.
(2-tailed) Keterangan Intensitas penggunaan internet sebagai media komunikasi
50 -.052 .719 Tidak ada hubungan yang signifikan antara intensitas penggunaan internet sebagai media komunikasi dengan intensitas komunikasi tatap muka pada remaja di Nabire Intensitas
komunikasi tatap muka
Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa nilai probabilitas atau
nilai sig. (2-tailed) sebesar 0,719 (p > 0,05). Hal ini berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara intensitas penggunaan internet sebagai media komunikasi
(63)
D. Pembahasan
Hasil uji hubungan Rank Spearman pada hipotesis atau H1 menyatakan bahwa
tidak ada hubungan yang signifikan antara intensitas penggunaan internet sebagai
media komunikasi dengan intensitas komunikasi tatap muka pada remaja di
Nabire. Hasil tersebut ditunjukkan dengan angka korelasi sebesar 0,719 (p >
0,05).
Komunikasi adalah komponen inti dari membangun dan memelihara
hubungan (Duck & Pittman, dalam Anderson & Emmers-Sommer, 2006).
Penggunaan internet sebagai media komunikasi dapat membangkitkan keinginan
untuk bersosialisasi lebih dekat secara emosional karena dapat membangun dan
mempertahankan interaksi sosial (Singgih, 2011). Hal ini sesuai dengan tujuan
komunikasi tatap muka yaitu membangun dan mempertahankan sebuah hubungan
sosial yang dapat menghindari diri dari kesendirian dan depresi (Devito, dalam
Maulana dan Gumelar, 2013). Penggunaan internet sebagai media komunikasi
dapat memperdalam kedekatan emosional dengan individu-individu yang telah
mereka kenal (Philipot dan Doulliez, ibid). Menurut Roobsky (2002) kedekatan
emosinal ini dapat menimbulkan empati diantara orang yang saling mengenal
maupun orang asing. Aplikasi-aplikasi media internet memungkinkan pengguna
komunikasi untuk bertukar emotikon untuk mempresentasikan emosi-emosi
(Roobsky, 2002).
Penggunan internet sebagai media komunikasi memungkinkan anonimitas.
Anonimitas terbukti mengurangi kecemasan sosial dan meningkatkan kepercayaan
(64)
mendia komunikasi tak perlu kehadiran fisik atau tatap muka, contoh pribadi yang
mudah cemas ketika berinteraksi tidak terlihat melalui gerak-gerik, wajah merah,
canggung. Namun, melalui internet hal ini tidak tampak. Anonim digunakan
untuk alasan melindungi informasi pribadi, mengutarakan pikiran tanpa harus
takut dihakimi. Meskipun demikian, anonim tidak selalu dianggap positif, sebab
bagi pengguna dengan identitas asli sering menjadi korban dari yang anonim
sehingga menimbulkan kekhawatiran seperti intimidasi, hate speech, pelecehan seksual, pencurian identitas, dan penyebaran informasi palsu
(http://internetsehat.id/ diakses 19 September 2015).
Teknologi komunikasi internet yang popular pada tahun 1990-an lebih banyak
memberikan dampak negatif bagi remaja antara lain membuat remaja lebih
banyak menghabiskan waktu mereka untuk berkomunikasi dengan orang asing,
sehingga mengurangi waktu hubungan sosial remaja dengan keluarga dan teman
di dunia nyata (Kraut dkk dalam Valkenburg dan Peter, 2009). Namun, akses
internet saat ini memberikan dampak positif karena dapat menstimulasi dan
memperbaiki hubungan sosial daripada mengurangi hubungan sosial (Kraut dkk
dalam Papalia 2013). Hasil survei serupa juga dilaporkan oleh Lebo (2003) bahwa
penggunaan internet sebagai media komunikasi mulai tahu 2000-an telah direspon
lebih banyak memberikan dampak positif, seperti akses yang mudah untuk
terhubung dengan orang lain tanpa harus bertemu secara tatap muka. Selain itu,
dilaporkan juga bahwa 88,4% remaja mengahabiskan jumlah jam yang sama
dengan komunikasi tatap muka pada teman dan keluarga sebesar 11 jam
(1)
70
Hasil Uji Linearitas
ANOVA Table
Sum of Squares df Mean Square F Sig. Intensitas komunikasi tatap
muka subjek * Intensitas komunikasi internet subjek
Between Groups (Combined) 3212.333 32 100.385 .968 .547
Linearity 9.623 1 9.623 .093 .064 Deviation from Linearity 3202.710 31 103.313 .997 .520 Within Groups 1762.167 17 103.657
Total 4974.500 49
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(2)
71
LAMPIRAN E
UJI HIPOTESIS
(3)
72
Hasil Uji Hipotesis a. Uji Hipotesis
Correlations
Intensitas komunikasi internet subjek
Intensitas komunikasi tatap
muka subjek Spearman's rho Intensitas komunikasi internet
subjek
Correlation Coefficient 1.000 -.052 Sig. (2-tailed) . .719
N 50 50
Intensitas komunikasi tatap muka subjek
Correlation Coefficient -.052 1.000 Sig. (2-tailed) .719 .
N 50 50
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(4)
73
LAMPIRAN F
DESKRIPSI DATA DEMOGRAFIK
SUBJEK
(5)
74
Deskripsi Data Demografik Subjek
Subjek Jenis
Kelamin
Usia Pilihan
Aplikasi
Jum. Jam Internet/
Bulan
Kategori Jum. Teman Internet/ Bulan Jum. Jam Tatap Muka/ Bulan Kategori
1 Perempuan 16 Jejaring sosial 48 Tinggi 184 43 Sedang 2 Perempuan 16 Chat 74 Tinggi 177 42 Sedang 3 Perempuan 15 Jejaring sosial 43 Tinggi 166 53 Tinggi 4 Perempuan 15 Jejaring sosial 79 Tinggi 89 44 Sedang 5 Perempuan 15 Jejaring sosial 77 Tinggi 129 45 Sedang 6 Perempuan 16 Jejaring sosial 48 Tinggi 208 29 Rendah 7 Perempuan 16 Jejaring sosial 53 Tinggi 87 27 Rendah 8 Laki-laki 15 Jejaring sosial 53 Tinggi 137 55 Tinggi 9 Laki-laki 16 Jejaring sosial 36 Sedang 162 30 Rendah 10 Laki-laki 16 Jejaring sosial 44 Tinggi 158 32 Rendah 11 Laki-laki 18 Jejaring sosial 44 Tinggi 187 47 Sedang 12 Perempuan 16 Jejaring sosial 78 Tinggi 198 50 Sedang 13 Perempuan 16 Chat 74 Tinggi 186 46 Sedang 14 Perempuan 16 Jejaring sosial 46 Tinggi 103 30 Rendah 15 Perempuan 17 Jejaring sosial 72 Tinggi 90 41 Sedang 16 Laki-laki 16 Jejaring sosial 80 Tinggi 89 60 Tinggi 17 Perempuan 17 Jejaring sosial 52 Tinggi 87 48 Sedang 18 Perempuan 16 Jejaring sosial 39 Sedang 213 33 Rendah 19 Laki-laki 17 Jejaring sosial 55 Tinggi 127 30 Rendah 20 Laki-laki 16 Jejaring sosial 45 Tinggi 227 59 Tinggi 21 Laki-laki 15 Jejaring sosial 43 Tinggi 227 46 Sedang 22 Laki-laki 16 Chat 45 Tinggi 204 55 Tinggi 23 Laki-laki 18 Jejaring sosial 41 Tinggi 216 30 Rendah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(6)
24 Laki-laki 17 Jejaring sosial 74 Tinggi 204 30 Rendah 25 Laki-laki 18 Jejaring sosial 64 Tinggi 178 33 Rendah 26 Laki-laki 18 Jejaring sosial 59 Tinggi 156 30 Rendah 27 Perempuan 17 Jejaring sosial 43 Tinggi 178 60 Tinggi 28 Laki-laki 16 Jejaring sosial 45 Tinggi 205 32 Rendah 29 Laki-laki 16 Jejaring sosial 76 Tinggi 205 27 Rendah 30 Laki-laki 16 Jejaring sosial 44 Tinggi 96 42 Sedang 31 Perempuan 17 Jejaring sosial 46 Tinggi 154 38 Sedang 32 Perempuan 17 Jejaring sosial 75 Tinggi 187 27 Rendah 33 Laki-laki 16 Jejaring sosial 52 Tinggi 143 33 Rendah 34 Perempuan 17 Jejaring sosial 51 Tinggi 140 29 Rendah 35 Perempuan 15 Jejaring sosial 48 Tinggi 63 46 Sedang 36 Perempuan 16 Jejaring sosial 36 Sedang 117 45 Sedang 37 Perempuan 16 Jejaring sosial 82 Tinggi 90 60 Tinggi 38 Laki-laki 15 Jejaring sosial 68 Tinggi 88 42 Sedang 39 Perempuan 16 Jejaring sosial 54 Tinggi 113 44 Sedang 40 Perempuan 16 Jejaring sosial 52 Tinggi 76 43 Sedang 41 Laki-laki 15 Jejaring sosial 77 Tinggi 152 49 Sedang 42 Laki-laki 15 Jejaring sosial 43 Tinggi 80 59 Sedang 43 Laki-laki 16 Jejaring sosial 50 Tinggi 104 46 Sedang 44 Laki-laki 15 Jejaring sosial 47 Tinggi 115 46 Sedang 45 Perempuan 16 Jejaring sosial 51 Tinggi 93 50 Sedang 46 Laki-laki 16 Jejaring sosial 79 Tinggi 90 47 Sedang 47 Laki-laki 15 Chat 38 Sedang 114 55 Sedang 48 Laki-laki 15 Chat 32 Sedang 140 46 Sedang 49 Laki-laki 15 Jejaring sosial 64 Tinggi 127 51 Tinggi 50 Laki-laki 15 Chat 63 Tinggi 93 40 Sedang