Langkah-langkah dalam metode AHP Penyusunan prioritas

supplier 2 ? dan penilaian dilakukan dengan menggunakan skala yang sama seperti yang dilakukan pada penentuan bobot. Nilai agregat tiap supplier dihitung dengan menjumlah hasil perkalian antara bobot dan nilai untuk masing-masing kriteria, supplier yang memiliki nilai paling besar adalah yang paling baik diantara ketiganya. Kelebihan AHP Suryadi dan Ramdhani 1998 : 131 dibandingkan dengan yang lain karena adanya : 1. Struktur yang berhirarki, sebagai konsekuensi dari criteria yang dipilih sampai kepada sub-sub criteria yang paling dalam. 2. Memeperhitungkan validitas sampai dengan batas toleransi inkonsistensi berbagai kriteria yang paling dalam. 3. Memperhitungkan ketahanan output analisis sensivitas pengambilan keputusan. 4. Karena menggunakan input persepsi manusia, model ini dapat mengolah data yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif sekaligus. Selain itu, AHP mempunyai kemampuan untuk memecahkan masalah yang multi-objectif dan multi criteria yang didasarkan pada perbandingan prefensi dari setiap elemen dalam hirarki, sehingga menjadi model pengambilan keputusan komprehensif.

2.3.1 Langkah-langkah dalam metode AHP

Menurut Suryadi dan Ramdhani, 1998 langkah-langkah yang ditempuh dalam AHP adalah sebagai berikut : 1. Pendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan. 2. Pembuatan struktur hirarki yang diawali dengan tujuan umum sampai dengan sub tujuan, meliputi kriteria adan kemungkinan alternatif paling baik. 3. Pembuatan matrik perbandingan berpasangan dengan melakukan penilaian tingkat keputusan satu elemen terhadap elemen lainnya. 4. Melakukan perbandingan berpasangan sebanyak nx        2 1 n dimana n merupakan jumlah elemen yang dibandingkan. 5. Perhitungan nilai eigen dan pengujian konsistensi. Jika tidak konsisten maka pengambilan data harus diulangi kembali. 6. Mengulangi langkah 3,4,5 untuk seluruh tingkat hirarki. 7. Perhitungan nilai vektor eigen untuk setiap matrik berpasangan. 8. Memerikasa konsistensi dari hirarki. Jika ternyata nilainya lebih dari 0,1 maka 10 maka penilaian dan data tersebut harus diperbaiki.

2.3.2 Penyusunan prioritas

Merupakan berbandingan berpasangan yang digunakan untuk mempertimbangkan faktor-faktor keputusan atau alternatif-alternatif dengan memperhitungkan hubungan antara faktor dan sub faktor itu sendiri. Proses perbandingan tersebut pada intinya adalah pengisian matriks perbandingan. Matrik perbandingan yang dihasilkan adalah matriks yang tidak mengandung nilai nol dan bilangan negatif. A 1 A 2 …… A m A 1 a 11 a 12 ……. a 1m A 2 a 21 a 22 …… a 2m A n a n1 a n2 …… a nm Gambar 2.2 Matrik Perbandingan Berpasangan Matriks A n  m merupakan matrik resiprokal. Dan diasumsikan terdapat n element. Yaitu w1, w2, …..wn yang akan dinilai secara perbandingan. Nilai perbandingan secara berpasangan antara w1,w2 dapat dipresentasikan seperti pada matrik tersebut. Wj Wi = a i,j = 1,2,…. n Dalam hal ini matriks perbandingan adalah matrik A dengan unsur- unsurnya adalah a, dengan i,j = 1,2,… n Unsur-unsur matrik tersebut diperoleh dengan membandingkan satu elemen operasi terhadap element operasi lainnya untuk tingkat hirarki yang sama. Misalnya unsur a i,j adalah perbandingan kepentingan element operasi A I terhadap element operasi a I sendiri, sehingga dengan sendirinya nilai unsur a ij adalah sama dengan 1. Dengan cara yang sama maka diperoleh semua unsur diagonal matriks perbandingan sama dengan nilai 1. Nilai unsur a 12 adalah perbandingan kepentingan element operasi A 1 terhadap elemet A 2. Besarnya nilai a 12 adalah1 a 12 Yang menyatakan tingkat intensitas kepentingan element operasi A 2 terhadap element A 1 . Untuk mengisi matrik perbandingan berpasangan itu kita menggunakan bilangan untuk menggambarkan relatif pentingnya suatu element diatas lainnya, berkenaan dengan sifat tersebut, table dibawah ini memuat skala banding berpasangan. Tabel 2.4 Skala Penilaian Perbandingan Berpasangan Intensitas kepentingan Keterangan Penjelasan 1 Kedua elemen sama penting Dua elemen mempunyai pengaruh yang sama besarnya terhadap tujuan. 3 Elemen yang satu lebih penting dibandingkan elemen lain Pengalaman dan penilaian sedikit menyokong satu elemen dibanding elemen lain. 5 Elemen yang satu lebih penting dibanding elemen lain Pengalaman dan penilaian sangat kuat menyokong satu elemen dibanding elemen lain. 7 Satu elemen jelas lebih mutlak dibanding elemen lain Satu elemen yang kuat disokong dan dominan terlibat dalam praktek. 9 Satu elemen mutlak penting dari pada elemen lain Bukti elemen yang satu terhadap elemen lain memiliki tingkat penegasan tertinggi yang mungkin terkuat. 2,4,6,8 Nilai-nilai diantara dua nilai pertimbangan yang berdekatan Nilai ini diberikan bila ada dua kompromi Kebalikan Jika untuk aktiva I mendapatkan satu angka dibanding aktiva j, maka j mempunyai nilai kebalikan dibandingkan dengan nilai I Saaty.T.L.1993

2.3.3 Perhitungan konsistensi Setiap Matriks Perbandingan

Dokumen yang terkait

Implementasi Metode Profile Matching dan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) pada Perekrutan Tenaga Kurir (Studi Kasus PT. JNE Cabang Medan)

16 91 137

Analisa Pemilihan Moda Transportasi Dengan Metode Analytic Hierarchy Process ( AHP ) Studi Kasus : Kuala Namu - Medan

22 147 107

Implementasi Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dan Fuzzy Multi-Attribute Decision Making (Fuzzy MADM) dalam Penentuan Prioritas Pengerjaan Order di PT. Sumatera Wood Industry

6 138 175

Analisis Pemilihan Supplier Dengan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dan Technique for Order Preference by Similarity to Ideal Solution (TOPSIS) di PT. Indo CafCo

12 57 78

Model Analitycal Hierarchy Process Untuk Menentukan Tingkat Prioritas Alokasi Produk

0 34 6

PENGUKURAN TINGKAT KINERJA SUPPLIER BAHAN BAKU PUPUK ORGANIK DENGAN METODE ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS (AHP) (STUDI KASUS DI CV TRANS TRITUNGGAL JAYA MALANG).

2 3 95

PENGUKURAN TINGKAT KINERJA SUPPLIER PASIR DENGAN METODE ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS (AHP) PADA PABRIK GENTENG COR DAN PAVING DI PT. CAHAYA PURNAMA NUSANTARA

0 1 20

PENGUKURAN TINGKAT KINERJA SUPPLIER BAHAN BAKU PUPUK ORGANIK DENGAN METODE ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS (AHP) (STUDI KASUS DI CV TRANS TRITUNGGAL JAYA MALANG)

0 0 18

PENGUKURAN TINGKAT KINERJA SUPPLIER BAHAN BAKU PUPUK ORGANIK DENGAN METODE ANALITYCAL HIERARCHI PROCESS (AHP) DI CV ABC

0 0 11

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN EVALUASI KINERJA DOSEN MENGGUNAKAN ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS (AHP) DAN FUZZY ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS (FUZZY-AHP)

0 2 7