Proses Perencanaan Landasan Teori 1. Manajemen Agribisnis

Pada umumnya, prinsip dan pengetahuan manajmen sama untuk semua bisnis. Baik bisnis besar, maupun agribisnis terkecil yang dikelola oleh satu orang, kedua-duanya berlandaskan prinsip umum yang sama. Perbedaaan antara bisnis besar dan bisnis kecil, antara agribisnis dan bisnis lainnya terletak pada seni menggunakan prinsip dasar manajemen untuk menjalankan bisnis. Dalam hal ini, prinsip umum manajemen akan diterapkan kepada sifat unik dan khusus pada agribisnis dan manajmen agribisnis, sehingga mengharuskan para manajer memiliki kemampuan dan keahlian yang unik serta menggunakan cara yang sangat khusus pula.

2.2.2. Proses Perencanaan

Perencanaan didefinisikan sebagai pemikiran yang mengarah ke masa depan yang menyangkut rangkaian tindakan berdasarkan pemahaman penuh terhadap semua factor yang terlibat dan yang diarahkan kepada sasaran khusus Downey dan Erickson,1992. Perencanaan memberikan sasaran bagi organisasi dan menetapkan prosedur- prosedur terbaik untuk mencapai sasaran tersebut. Selain itu, perencanaan juga memungkinkan suatu organisasi dapat memperoleh serta mengikat sejumlah sumber daya yang dibutuhkan untuk mencapai tujuannya Stoner dan Freeman, 1989. Perencanaan adalah merupakan suatu upaya penyusunan program baik program yang sifatnya umum maupun yang spesifik, baik jangka pendek maupun jangka panjang Said dan Intan, 2001. Perencanaan, meskipun mengandung pengertian masa depan, bukanlah hipotesis yang dibuat tanpa perhitungan. Hipotesis dalam perencanaan didasarkan atas data- data dan perkiraan yang telah tercapai, dan juga memperhitungkan sumber daya yang ada dan akan dapat dihimpun. Dengan, demikian, perencanaanberfungsi sebagai pedoman sekaligus ukuran untuk menentukan perencanaan berikutnya. Mosher 1965 menyatakan bahwa, seringkali perencanaan hanya meliputi kegiatan – kegiatan baru, atau alokasi keuangan untuk kegiatan – kegiatan lama, tanpa menilai kembali kualitasnya secara kritis. Acapkali lebih banyak sumbangan dapat diberikan kepada pembangunan dengan memperbaiki kualitas kegiatan yang sedang dalam pelaksanaan daripada memulai yang baru. Salah satu aspek perencanaan adalah pembuatan keputusan, proses pengembangan dan penyelesaian sekumpulan kegiatan untuk memecahkan masalah tertentu. Keputusan - keputusan harus dibuat pada berbagai tahap dalam proses perencanaan. Semua kegiatan perencanaan pada dasarnya melalui empat tahapan berikut ini: 1. menetapkan tujuan atau serangkaian tujuan 2. merumuskan keadaan saat ini 3. mengidentifikasi segala kemudahan dan hambatan 4. mengembangkan rencana atau serangkaian kegiatan untuk pencapaian tujuan Ada dua alasan perlunya perencanaan. Perencanaan dilakukan untuk mencapai “Protective Benefits” yang dihasilkan dari penguranngan kemungkinan terjadinya kesalahan dalam pembuatan “Protective Benefits” dalam bentuk meningkatnya sukses pencapaian tujuan organisasi Handoko, 1997. Adapun sifat perencanaan yang baik adalah: 1. Rasional, artinya dibuat berdasarkan pemikiran yang masak dan logis, bukan berdasarkan khalayak semata; 2. Lentur atau Luwes, artinya dimanapun dalam keadaan bagaimanapun serta kapanpun perencanaan dapat cocok, dapat mengikuti, dapat dilaksanakan dan dapat ditetapkan pada tempat, waktu serta keadaan bagaimanapun; 3. Kontinyu, artinya perencanaan harus terus- menerus dibuat, tidak hanya sekali saja untuk seumur hidup, berlanjut sesuai dengan perkembangan keadaan atau masyarakat Siagian, 1997. 2.2.3 Usaha Eceran atau Retailing Berman dan Evans 1992 mendifinisikan kata retail dalam kaitan retail management sebagai “those business activities involved in the sale of goods and service your consumer for their personal, family, or household use” atau keseluruhan aktivitas bisnis yang menyangkut penjualan barang dan jasa kepada konsumen untuk digunakan oleh mereka sendiri, keluarga, atau rumah tangganya. Pengecer retailer atau took eceran retailer store adalah usaha bisnis yang menjual barang –barang terutama lebih dari setengah volume penjualan toko ke konsumen rumah tangga untuk digunakan secara non bisnis Stanton, 1996. Dalam alur proses distribusi barang, bisnis retail merupakan tahap akhir proses distribusi dengan dilakukannya penjualan langsung kepada konsumen akhir, dimana bisnis retail merupakan suatu fungsi atau mata rantai proses distribusi sebagai perantara antara distributor wholesaler, ataupun importer dengan konsumen akhir. Pada dasarnya usaha eceran retailing tersebut mencakup beberapa kegiatan, seperti: 1. menyediakan barang yang dibutuhkan oleh konsumen akhir; 2. menjual dengan harga yang pantas; 3. menyampaikan kepad akonsumen dan; 4. meyakinkan konsumen bahwa barang yang dijualnya mampu memenuhi kebutuhan mereka. Salah satu usaha yang termasuk didalam usaha retailing yaitu supermarket. Cara menjual barang- barang secara eceran yang lain berlaku dalam supermarket yang lazimnya memanfaatkan bangunan yang besar, memasarkan segala jenis macam produk- produk sejak bahan makanan, alat- alat rumah tangga dan lain- lain yang diperlukan oleh para pembeli konsumen. Cirri- ciridalam perdagangan ini, antara lain: 1. jenis-jenis produk yang dijajakan terbungkus rapi secara seragam, ditempatkan secara teratur berdasarkan kelompok- kelompoknya; 2. cara pengaturan penempatan yang demikian sangat memudahkan para pembeli untuk melayani diri sendiri, dengan demikian tenaga- tenaga yang termasuk administrasi supermarket tersebut, tugasnya hanya sekedar membantu dan mengawasi. Menurut Philip Kotler, pasar swalayan supermarket ialah took yang relative besar dan menganut operasi swalayan, volume barang tinggi, laba sedikit, biaya rendah, “yang dirancang untuk melayani kebutuhan konsumen seluruhnya baik makanan, binatu dan barang- barang untuk perawatan rumah tangga. Penjualan eceran swalayan, pada tahun 1930-an, berkembang pesat sebagai akibat dari keadaan depresi ekonomi. Saat in penjualan eceran swalayan digunakan konsumen disegala bidang kehidupan, lebih- lebih untuk mendapatkan barang- barangkebutuhan sehari- hari dan barang- barang toko. Swalayan merupakan dasar bagi semua kegiatan potongan harga. Untuk menghemat uang, banyak konsumen tersedia melaksanakan sendiri proses “menempatkan- memilih- membandingkan. Jadi yang perlu ditekankan disini adalah bahwa retailing merupakan kegiatan yang berhubungan langsung dengan konsumen akhir, sehingga dapat dikatakan sebagai “ujung tombak” dari rangkaian kegiatan pendistribusian barang.

2.2.4 Manajemen Persediaan

Dokumen yang terkait

Rancang Bangun Sistem Informasi Pengendalian Persediaan Buah Dan Sayur (Studi Kasus Di PT. Hero Supermarket Tbk).

2 21 190

PENGENDALIAN PERSEDIAAN BUAH APEL DI GIANT SUPERMARKET YOGYAKARTA PENGENDALIAN PERSEDIAAN BUAH APEL DI GIANT SUPERMARKET YOGYAKARTA.

0 4 15

BAB 1 PENDAHULUAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN BUAH APEL DI GIANT SUPERMARKET YOGYAKARTA.

0 4 12

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN BUAH APEL DI GIANT SUPERMARKET YOGYAKARTA.

0 3 55

Usulan Pengendalian Persediaan Bahan Baku Dalam Upaya Meminimasi Biaya (Studi Kasus Di PT.Sinar Continental Bandung).

1 9 95

SISTEM PERSEDIAAN BARANG DAGANG DI SAKINAH SUPERMARKET SURABAYA.

6 22 120

PENGARUH BAURAN PEMASARAN TERHADAP PERILAKU PEMBELIAN KONSUMEN MAKANAN BALITA SUPERMARKET DI SURABAYA (Studi Kasus Supermarket Reny, Supermarket Bilka, Dan Supermarket Barata Di Surabaya) - Perbanas Institutional Repository

0 2 17

PENGARUH BAURAN PEMASARAN TERHADAP PERILAKU PEMBELIAN KONSUMEN MAKANAN BALITA SUPERMARKET DI SURABAYA (Studi Kasus Supermarket Reny, Supermarket Bilka, Dan Supermarket Barata Di Surabaya) - Perbanas Institutional Repository

0 0 10

PENGARUH BAURAN PEMASARAN TERHADAP PERILAKU PEMBELIAN KONSUMEN MAKANAN BALITA SUPERMARKET DI SURABAYA (Studi Kasus Supermarket Reny, Supermarket Bilka, Dan Supermarket Barata Di Surabaya) - Perbanas Institutional Repository

0 0 10

Perencanaan Persediaan dan Pengendalian Mutu Buah Lokal di Sinar Supermarket “Surabaya” (Studi Kasus di PT. Sinar Supermarket)

0 0 11