Manajemen Mutu Landasan Teori 1. Manajemen Agribisnis

memperkenalkan produk baru ke pasar. Pola penyerapan penyebaran produk baru diteliti oleh Roger yang menyatakan bahwa gagasan-gagasan disebarkan melalui pasar dalam tahap-tahap yang sistematik : 1. kesadaran. Pada tahap ini, masyarakat telah mendengar tentang produk tersebut tetapi belum mendapatkan informasi yang memadai untuk mengambil keputusan pembelian; 2. minat. Pelanggann manapun cukkup tertarik untuk memiliki produk tersebut; 3. evaluasi. Pelanggan memutuskan apakah akan mencoba produk tersebut; 4. percobaan. Pelanggan mengambil sample dari produk tersebut; 5. penyerapanpemakaian. Pelanggan menggunakan produk tersebut secara teratur Downey,1992.

2.2.7. Manajemen Mutu

Goetsch dan Davis 1994 membuat definisi mengenai kualitas yang lebih luas cakupannya. Definisi tersebut adalah : Kualitas merpakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi aau melebihi harapan. Dalam buku “ Managing Quality”, Garvin 9dalam Bounds,et al,1994; Lovelock, 1994 mengungkapkan bahwa kualitas sebagai suatu konsep sudah lama dikenal, tetapi kemunculannya sebagai fungsi manajemen baru terjadi akhir- akhir ini. TQM Total Quality Manajemen merupakan system manajemen yang mengangkat kualitas sebagai strategi usaha dan berorientasi pada kepuasan pelanggan dengan melibatkan seluruhh anggota organisasi Santosa, 1992. Dasar pemikiran perlunya TQM sangatlah sederhana, yakni bahwa cara terbaik agar dapat bersaing dan unggul dalam persaingan global adalah dengan menghasilkan kualitas yang terbaik. Untuk menghasilkan kualitas yang terbaik diperlukan upaya perbaikan berkesinambungan terhadap kemampuan manusia, proses dan lingkungan. Penerapan TQM dalam suatu perusahaan dapat memberikan beberapa manfaat utama yang pada gilirannya meningkatkan laba serta daya saing perusahaan yang bersangkutan. Joseph M. Juran sebagai pencetus lahirnya The Juran Trilogy yang merupakan ringkasan dari tiga fungsi manajerial yang utama. Pandangan Juran terhadap fungsi-fungsi ini dijelaskan sebagai berikut: 1. menentukan siapa yang menjadi pelanggan; 2. mengidentifikasi kebutuhan para pelanggan; 3. mengembangkan produk dengan keistimewaan yang dapat memenuhi kebutuhan pelanggan; 4. mengembangkan system dan proses yang memungkinkan organisasi tersebut untuk menghasilkan keistimewaan tersebut; 5. menyebarkan rencana kepada level operasional. Pengendalian kualitas meliputi langkah-langkah berikut : 1. menilai kinerja kualitas actual; 2. membandinngkan kinerja dengan tujuan 3. bertindak berdasarkan perbedaan antara kinerja dan tujuan. Perbaikan kualitas harus dilakukan secara on going dan terus-menerus. Langkah-langkah yang harus dilakukan adalah : 1. mengembangkan infrastruktur yang diperlukan untuk melakukan perbaikan kualitas setiap tahun; 2. mengidentifikasi bagian-bagian yang membutuhkan perbaikan dan melakukan proyek perbaikan; 3. membentuk suatu tim proyek yang bertanggung jawab dalam menyelesaikan setiap proyek perbaikan; 4. memberikan tim-tim tersebut apa yang mereka butuhkan agar dapat mendiagnosis masalah guna menentukan sumber penyebab utama, memberikan solusi, dan melakukan pengendalian yang akan mempertahankan keuntungan yang diperoleh. Standardisasi mutu merupakan suatu spesifikasi teknis tentang mutu suatu komoditas produk yang dapat digunakan untuk umum, yang dibuat dengan cara kerjasama dan consensus dari pihak-pihak yang berkepentingan berdasarkan pad ahasil konsultasi ilmu pengetahuan, teknologi dan pengalaman. Sedangan sertifikasi mutu produk merupakan suatu pernyataan tertulis dari suatu lembaga yang kompeten danberwenang yang barisi kebenaran mutu, fakta hasil pemeriksaan atau hasil pengujianberdasarkan metode yang sah, sehingga sertifikasi berisi pernyataan yang kebenarannya ditanggung oleh lembaga yang menerbitkan sertifikasi tersebut Soekato, 1990. Standardisasi mutu sangat sangat dibutuhkan terutama dalam perdagangan odern dewasa ini, karena transaksi bisnis dapat berlangsung tanpa pembeli melihat langsung komoditas produk yang ditawarkan. Bahkanbentuk dan mutu produk tersebut kadang-kadang hanya dideskripsikan dalam bentuk tulisan pernyataan analisa mutu atau disampaikan secara lisan, misalnya melalui E-commerce. Menurut Sugiyanto 2002, Standardisasi mutu produk berkaitan dengan appeareance kenampakan, seperti ; ukuran besar volume, warna, kandungan air dan sebagainya yang ditentukan oleh penjual dan pembeli. Selain itu, mutu produk juga dikaitkan dengan maslah keamanan pangan, keamanan bagi manusia, hewan dan tumbuhan serta lingkungan. Di era pasar global, standardisasi mutu produk menjadi lebih kompleks, karena dikaitkan dengan masalah SPS Sanitary and Phytosanitary dan TBT Technical Barter to Trade yang dituangkan dalam peraturan teknis Technical Regulation yang diterbitkan oleh suatu Negara. Pelaksanaan kaidah-kaidah HACCP semakin menjadi suatu kebutuhan untuk para pembuat produk agribisnis, karena system HACCP merupakan suatu system pncegahan di mana resiko- resiko keselamatan yang potensial dapat diidentifikasi dan dikendalikan ketika suatu produk diproduksi. Selain itu sertifikasi HACCP juga telah menjadi sutu alat untuk menunjukkan keunggulan suatu produk disbanding produk pesaingannya Iwantoro, 2002. Peraturan teknis menyangkut batas ambang cemaran pestisida, mikroba, antibiotika, obat hewan, hormone pertumbuhan seperti tertuang dalam Keputusan Menteri Pertanian dan Surat Keputusan Menteri Bersama antara Menteri Kesehatan dan Pertanian tentangbatas ambang cemaran belum dapat diaplikasikan dilapang, baik untuk produk impor maupun produk di dalam negeri Sugiyanto, 2002. Peranan pemerintah dalam pengendaliaan mutu dan penciptaan standar mutu yang jelas perlu ditingkatkan, karena pemerintah mempunyai peranan yang sangat menentukan dalan pembinaan mutu produk, terutama meliputi pembinaan produksi dan perdagangan, penciptaan iklim pembinaan mutu, serta perlindungan konsumen. Pembinaan mutu oleh pemerintah antara lain bertujuan untuk : melindungi konsumen, merangsang produsen atau menggairahkan produksi, menyehatkan transaksi, memberikan kepastian usaha, serta memperlancar [proses pemasaran Arpah, 1993. Di samping pemerintah, juga diharapkan peran aktif dari masyarakat perusahaan swasta, industri, cendekiawan dan masyarakat umum yang dapat mewujudkan dalam berbagai bentuk organisasi seperti : perhimpunan profesi, lembaga konsumen, dan sebagainya. Sementara itu konsumen sebagai penerima akhir suatu produk agribisnis, juga perlu meninglatkan peranannya dalam bentuk tuntutan mutu dan hak perlindungna terhadap mutu produk agribisnis tersebut, yang dapat ditinjau dari segi kegunannya 2.2.8. Metode Analisis 2.2.8.1. Analisis Economic Order Quantity EOQ

Dokumen yang terkait

Rancang Bangun Sistem Informasi Pengendalian Persediaan Buah Dan Sayur (Studi Kasus Di PT. Hero Supermarket Tbk).

2 21 190

PENGENDALIAN PERSEDIAAN BUAH APEL DI GIANT SUPERMARKET YOGYAKARTA PENGENDALIAN PERSEDIAAN BUAH APEL DI GIANT SUPERMARKET YOGYAKARTA.

0 4 15

BAB 1 PENDAHULUAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN BUAH APEL DI GIANT SUPERMARKET YOGYAKARTA.

0 4 12

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN BUAH APEL DI GIANT SUPERMARKET YOGYAKARTA.

0 3 55

Usulan Pengendalian Persediaan Bahan Baku Dalam Upaya Meminimasi Biaya (Studi Kasus Di PT.Sinar Continental Bandung).

1 9 95

SISTEM PERSEDIAAN BARANG DAGANG DI SAKINAH SUPERMARKET SURABAYA.

6 22 120

PENGARUH BAURAN PEMASARAN TERHADAP PERILAKU PEMBELIAN KONSUMEN MAKANAN BALITA SUPERMARKET DI SURABAYA (Studi Kasus Supermarket Reny, Supermarket Bilka, Dan Supermarket Barata Di Surabaya) - Perbanas Institutional Repository

0 2 17

PENGARUH BAURAN PEMASARAN TERHADAP PERILAKU PEMBELIAN KONSUMEN MAKANAN BALITA SUPERMARKET DI SURABAYA (Studi Kasus Supermarket Reny, Supermarket Bilka, Dan Supermarket Barata Di Surabaya) - Perbanas Institutional Repository

0 0 10

PENGARUH BAURAN PEMASARAN TERHADAP PERILAKU PEMBELIAN KONSUMEN MAKANAN BALITA SUPERMARKET DI SURABAYA (Studi Kasus Supermarket Reny, Supermarket Bilka, Dan Supermarket Barata Di Surabaya) - Perbanas Institutional Repository

0 0 10

Perencanaan Persediaan dan Pengendalian Mutu Buah Lokal di Sinar Supermarket “Surabaya” (Studi Kasus di PT. Sinar Supermarket)

0 0 11