129
adalah pribadi yang sangat terbuka dan tanpa ragu mengungkapkan pendapatnya serta prinsipnya dalam memandang berbagai hal.
Dalam berinteraksi, subyek E memiliki hubungan yang baik dengan teman-teman warianya. Begitu juga dengan masyarakat di
sekitar tempat tinggalnya. Ia terlihat nyaman menjalani kehidupannya sehari-hari dan mendapatkan respon yang baik pula
dari masyarakat tempatnya tinggal. Berdasarkan uraian hasil observasi di atas, dapat diketahui bahwa
kenyamanan subyek dalam berpenampilan yang diungkapkan dalam wawancara sesuai dengan data yang didapatkan dari observasi. Begitu
juga dengan hubungan yang dijalin para subyek dengan lingkungannya.
B. Pembahasan Hasil Penelitian
Manusia dalam teori psikologi individual dipandang sebagai seorang individu yang mampu mengevaluasi dan memilih cara bagaimana
ia akan bereaksi terhadap kejadian-kejadian dalam hidupnya Sweeney, 2009: 7. Pemahaman tersebut menunjukkan bahwa manusia memiliki
kontrol tentang bagaimana ia memaknai hal-hal yang terjadi dalam hidupnya sehingga pemaknaan tersebut akan mempengaruhi pilihan-
pilihan perilakunya juga. Meskipun kejadian-kejadian yang terjadi dalam kehidupan manusia dapat dipengaruhi oleh berbagai macam hal yang tidak
dapat dikontrol, manusia memiliki kemampuan untuk memilih perilaku
130
apa yang akan ia hasilkan sebagai dampak dari kejadian-kejadian tersebut. Kemampuan manusia dalam memaknai kejadian tersebut dapat
membedakan manusia satu dengan manusia yang lainnya. Waria merupakan seseorang yang dapat dikatakan mengalami
ketidaknyamanan terhadap gender fisiologis yang dimilikinya dan merasa lebih sesuai untuk berpenampilan maupun berperilaku selayaknya gender
yang berkebalikan dengan dirinya. Ketidaknyamanan terhadap gender fisologis yang dimiliki tersebut memiliki berbagai macam alasan mulai
dari faktor genetis hingga faktor lingkungan. Meskipun faktor-faktor tersebut adalah hal yang tidak dapat terkontrol oleh diri waria, berdasarkan
pada pemahaman teori psikologi individual, waria adalah manusia yang mampu memberikan pemaknaan dan berperilaku sesuai dengan
pemaknaan pada faktor-faktor tersebut. Pemaknaan dan perilaku yang dilakukan oleh waria dapat
diuraikan secara lebih khusus melalui pendirian-pendirian yang terdapat dalam teori psikologi individual. Adler 1964 dalam Feist Feist 2010:
81 memaparkan pendirian-pendirian dalam teori psikologi individual, di antaranya yaitu:
1. Kekuatan dinamis di balik perilaku manusia adalah berjuang untuk
meraih keberhasilan atau superioritas striving for successs of superiority
2. Persepsi subjektif subjective perception manusia membentuk
perilaku dan kepribadiannya
131
3. Kepribadian itu menyatu unfied dan konsisten diri self-consistent
4. Nilai dari semua aktivitas manusia harus dilihat dari sudut pandang
minat sosial social interest 5.
Struktur kepribadian yang self-consistent berkembang menjadi gaya hidup style of life seseorang
6. Gaya hidup dibentuk oleh daya kreatif creative power manusia.
Berdasarkan prinsip-prinsip tersebut dapat dipahami bahwa pada dasranya manusia memiliki kekuatan yang menggerakkanya untuk melakukan
pilihan-pilihan perilakunya. Kekuatan tersebut merupaan keinginan dari dalam diri manusia untuk meraih suatu keberhasilan atau dalam hal ini
disebut dengan superioritas. Adanya superioritas sendiri diawali dengan perasaan inferior yang dimiliki oleh manusia.
Subyek-subyek dalam penelitian ini yang merupakan waria masing-masing memiliki perasaan inferior dalam dirinya terkait dengan
kewariaannya. Mereka kemudian berusaha mengompensasikan perasaan inferior tersebut dengan usaha-usaha yang dilakukan untuk mencapai
superioritas. Usaha-usaha yang dilakukan para subyek merupakan perilaku yang tidak lepas dari persepsi subyektif dan tujuan fiktif yang dimiliki
subyek perihal kejadian-kejadian yang terjadi dalam hidupnya. Perilaku- perilaku subyek yang konsisten tersebut kemudian membentuk gaya
hidupnya. Subyek NA, S, I, maupun E merasa bahwa mereka memiliki
ketidaknyamanan dengan gender fisiologis yang mereka miliki sejak kecil.
132
Mereka juga mengungkapkan bahwa menurut mereka, mereka memang sudah terlahir demikian, dalam artian berjenis kelamin fisiologis laki-laki
namun memiliki perasaan dan kecenderungan perilaku selayaknya perempuan. Rasa ketidaknyamanan tersebut kemudian mendorong mereka
untuk berusaha melakukan hal-hal yang dapat memberikan kenyamanan kepada diri mereka. Meskipun demikian mereka memiliki cara yang
berbeda-beda untuk mengompensasi rasa inferioritas mereka tersebut. Berikut merupakan uraian dari dinamika elemen-elemen dalam psikologi
individual berupa perjuangan ke arah superioritas, persepsi subyektif, finalisme fiksional, minat sosial, dan gaya hidup pada diri subyek yang
membentuk perilaku dan kepribadiannya terkait dengan statusnya sebagai waria.
1. Subyek NA
Subyek NA memiliki ketidaknyamanan dengan gender fisiologis yang dimilikinya semenjak masih kecil. Subyek NA mengaku bahwa
mulai dari masuk SD ia sudah merasa lebih senang bermain dengan teman-teman perempuannya. Seiring dengan dirinya yang semakin
tumbuh dewasa, perasaan ketidaknyamanan tersebut menjadi semakin kuat hingga membuat subyek NA memiliki rasa inferior terhadap
penampilan fisiknya. Rasa kenyamanan dari dalam diri subyek NA untuk bertingkah laku dan melakukan hal-hal yang identik dengan
perempuan kemudian menjadi dorongan tersendiri untuk membuat dirinya berpenampilan layaknya perempuan juga. Semakin kuatnya