Tinjauan tentang Waria KAJIAN TEORI

22 menghadapi segala konsukuensi dari pengakuan dan penerimaan dirinya sebagai waria. Hal tersebut terjadi karena kaum waria pada kenyataannya telah mendapatkan stigma dari masyarakat tentang identitas seksualnya yang dianggap tidak normal. Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Stevanus Colonne dan Rika Eliana 2005 mengenai tipe-tipe konflik intrapersonal waria, ditemukan bahwa responden dalam penelitian tersebut mengalami konflik dalam diri akibat keinginannya untuk menjadi seorang waria. Selain itu responden juga merasakan ketidaknyamanan di berbagai bidang seperti cara beribadah akibat statusnya yang merupakan seorang waria. Konsekuensi- konsekuensi seperti itulah yang membuat proses pengakuan dan penerimaan diri sebagai waria menjadi sangat penting. c. Proses berikutnya merupakan proses meyakini identitasnya sebagai waria untuk bisa menegaskannya dalam kehidupan sosial. Proses ini melibatkan keberanian diri seorang waria untuk menghadapi lingkungan sosial yang merupakan masyarakat luas dan juga keluarganya. Tahapan ini tidak dapat diabaikan karena pada akhirnya, waria merupakan makhuk sosial yang juga akan hidup dalam lingkungan sosial. Selain proses-proses tersebut, terdapat juga beberapa faktor yang mempengaruhi pembentukan identitas waria. Faktor-faktor tersebut yaitu Titik Widayanti, 2009: 53: 23 a. Ikatan pertemanan Ikatan pertemanan yang dimaksud adalah bertemunya seseorang yang berkeinginan menjadi waria dengan orang-orang yang telah menegaskan diri sebagai waria. Pertemanan tersebut memungkinkan adanya transfer nilai yang dapat menjadi referensi bagi seseorang untuk menentukan identitasnya. b. Kondisi lingkungan sosial Lingkungan sosial yang dimaksud secara lebih spesifik mengacu pada kondisi keluarga waria. Faktor ini erat kaitannya dengan cara asuh yang diterapkan dalam sebuah keluarga serta respon keluarga saat mengetahui bahwa ada anggotanya yang memiliki kecenderungan memiliki identitas sebagai waria. c. Pengalaman seksual Faktor pengalaman seksual lebih cenderung terjadi pada proses perkembangan identitas diri. Kenal atau tidaknya individu terhadap perilaku seksual seorang waria membantunya untuk mengidentifikasi perilaku seksualnya sendiri serta memutuskan identitas dirinya. Terjadinya proses-proses yang dipengaruhi oleh beberapa faktor pembentukan identitas waria tersebut berbeda-beda terhadap satu individu dengan individu yang lainnya. Begitu pula dengan jangka 24 waktu yang dibutuhkan seseorang hingga pada akhirnya memiliki dan menegaskan dirinya sebagai seorang waria.

C. Tinjauan tentang Psikologi Individual

1. Konsep Dasar Psikologi Individual merupakan sebuah konsep teori tentang tingkah laku dan kepribadian manusia yang diusung oleh Alfred Adler. Adler mempercayai bahwa kepribadian manusia mulai terbentuk pada 6 tahun pertama kehidupan Corey, 2009: 98. Dalam psikologi individual, manusia dipandang sebagai seorang individu yang mampu mengevaluasi dan memilih cara bagaimana ia akan bereaksi terhadap kejadian-kejadian dalam hidupnya Sweeney, 2009: 7. Secara lebih lanjut, psikologi individual menjelaskan bahwa tingkah laku seseorang tidak ditentukan semata-mata oleh keturunan ataupun lingkungan. Melainkan, manusia memiliki kemampuan untuk mengintrepretasi, mempengaruhi, dan menciptakan kejadian-kejadian itu sendiri Corey, 2009: 99. Dari uraian tersebut, dapat dipahami bahwa manusia bukanlah makhluk yang tidak berdaya akibat adanya faktor keturunan dan lingkungan. Manusia memiliki kebebasan untuk mempersepsikan kejadian-kejadian dalam hidupnya yang dipengaruhi oleh faktor-faktor tersebut. Persepsi yang diciptakan manusia itulah yang membedakan manusia satu dengan yang lainnya. 25 Psikologi individual memandang bahwa manusia lahir dengan tubuh yang lemah dan inferior, karena hal tersebut manusia memiliki sifat dasar untuk menyatu dengan orang lain yang disebut dengan minat sosial yang merupakan standar akhir dari kesehatan psikologis seseorang Feist Feist, 2010: 81. Adler sangat menekankan minat sosial dalam psikologi individual karena ia percaya bahwa kebahagiaan dan kesuksesan manusia sebagian besar didasarkan pada kepuasan kehidupan sosial yang dimilikinya Corey, 2009: 102. Adler 1964 dalam Feist Feist 2010: 81, menguraikan secara lebih khusus pendirian-pendirian utama teorinya, di antara lain yaitu: a. Kekuatan dinamis di balik perilaku manusia adalah berjuang untuk meraih keberhasilan atau superioritas striving for success or superiority b. Persepsi subjektif subjective perception manusia membentuk perilaku dan kepribadiannya c. Kepribadian itu menyatu unified dan konsistensi diri self- consistent d. Nilai dari semua aktivitas manusia harus dilihat dari sudut pandang minat sosial social interest e. Struktur kepribadian yang self-consistent berkembang menjadi gaya hidup style of life seseorang f. Gaya hidup dibentuk oleh daya kreatif creative power manusia. 26 2. Elemen-Elemen Dasar Tingkah Laku dan Kepribadian dalam Psikologi Individual a. Persepsi-Persepsi Subyektif Psikologi individual mempercayai bahwa persepsi subyektif seseorang membentuk perilaku dan kepribadian mereka Feist Feist, 2010: 85. Persepsi-persepsi subyektif merupakan hal yang menentukan cara manusia berjuang menuju superioritas Yustinus Semiun OFM, 2013: 224. Manusia memiliki cara untuk memandang kenyataan di dalam hidupnya dan membentuknya menjadi persepsi-persepsi yang subyektif. Kenyataan tersebut dapat berupa inferioritas, pengalaman-pengalaman awal dalam kehidupan, dan juga dorongan-dorongan dasar dalam diri manusia. Pengeinterpretasian individu tentang pengalaman-pengalaman awalnya dapat memunculkan beragam pandangan hidup Olson Henrgenhahn, 2011: 201. Adler 1956 berpendapat bahwa manusia memiliki tujuan final fiktif tentang masa depan yang konsisten dengan tingkah lakunya. Tujuan tersebut tidak ada dalam masa depan tetapi dalam persepsi individu sekarang tentang masa depan Yustinus Semiun OFM, 2013: 225. Meskipun tujuan tersebut fiktif dan belum tentu benar ataupun salah, tujuan tersebut memiliki pengaruh yang besar terhadap tingkah laku dan kepribadian individu saat ini. Lebih 27 lanjut, motivasi terbesar pada diri seseorang bukan tentang apa yang benar, melainkan lebih banyak ditentukan oleh persepsi- persepsi subyektif mereka tentang apa yang benar. b. Perjuangan ke Arah Superioritas Setiap individu memulai kehidupan dengan kekurangan fisik yang menggerakkan perasaan-perasaan inferioritas, yaitu perasaan-perasaan yang menggerakkan seseorang untuk berjuang ke arah keberhasilan atau superioritas Yustinus Semiun OFM, 2013: 238. Kekurangan fisik yang dimaksudkan dalam pernyataan tersebut adalah suatu rasa lemah dan tidak berdaya yang dirasakan oleh manusia pada awal-awal kehidupannya. Karena hal tersebut, manusia secara natural bergantung pada orang dewasa untuk bertahan hidup dan akhirnya memiliki perasaan inferior Olson Hergenhahn, 2011: 175. Perasaan-perasaan inferior yang dimiliki manusia tersebut memiliki hubungan yang saling mempengaruhi dengan perjuangan menuju superioritas. Superioritas yang dimaksudkan dalam hal ini bukanlah rasa superioritas terhadap orang lain, melainkan perubahan dari posisi yang rendah menuju posisi yang lebih tinggi Corey, 2009: 101. Tanpa adanya perjuangan menuju kesempurnaan yang merupakan bawaan alami manusia, maka seseorang tidak akan pernah merasa inferior. Lebih lanjut, tanpa adanya perasaan inferior, manusia tidak akan pernah menetapkan