Validitas Instrumen Validitas dan Reliabilitas Instrumen

3.7.2 Reliabilitas Instrumen

Instrumen tes dikatakan reliable dapat dipercaya jika memberikan hasil yang tetap atau konsisten apabila diteskan berkali-kali. Jika kepada responden diberikan tes yang sama pada waktu yang berlainan, maka setiap responden akan tetap berada dalam urutan yang sama dalam kelompoknya. Uji reliabilitas yang dilakukan menggunakan program komputer dengan melihat pada nilai Cronbach’s Alpha berarti item soal tersebut reliabel. Pada program ini digunakan metode Cronbach’s Alpha yang diukur berdasarkan skala Cronbach’s Alpha 0 sampai 1. Menurut Nunnanly dalam Gulo 2012: 26, suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach’s Alpha lebih dari 0,60. Tabel 3.9 Hasil Uji Reabilitas Instrumen Tes Tabel 3.10 Hasil Uji Reabilitas Angket Focus Group Discussion Reliability Statistics Cronbachs Alpha N of Items .966 21

3.8 Teknik Analisis Data

3.8.1 Focus Group Discussion FGD

Focus group discussion FGD bertujuan untuk mengetahui apakan media cerita bergambar sudah memenuhi kriteria untuk diberikan kepada anak autis. Data Focus group discussion FGD diperoleh dari angket dan hasil diskusi. Reliability Statistics Cronbachs Alpha N of Items .630 15

3.8.2 Uji Lapangan

Uji Lapangan didapatkan dari uji efektivitas yang dilakukan langsung dengan anak autis yang ada di SDN 3 Poncowarno dan kemenarikan yang dilakukan dengan siswa kelas III di SDN 3 Poncowarno.

3.8.3 Uji Efektivitas

Data yang diperoleh dari pretes dan postes. Data ini kemudian dianalisis untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan penguasaan konsep IPA materi kenampakan permukaan bumi bagi anak autis. Nilai pretes dan postes dirumuskan sebagai berikut: Jumlah Skor yang diperoleh Nilai Siswa = ---------------------------------- x 100 Jumlah Skor Maksimal

3.8.4 Uji Kemenarikan

Kualitas daya tarik dapat dilihat dari aspek kemenarikan dan kemudahan penggunaan yang ditetapkan dengan indikator dengan rentang presentase: 1sangat menarik 90-100, 2 menarik 70-89, 3 cukup menarik 50- 69, 4 kurang menarik 0-49 Arikunto, 2012. Adapun presentase diperoleh dari persamaan: ✁✂

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Kondisi pembelajaran di SD Negeri 3 Poncowarno Kabupaten Lampung Tengah belum tersedianya guru pendamping untuk anak autis dan anak auris hanya menggunakan sumber belajar berupa buku paket. Sehingga berpotensi untuk dikembangkannya bahan ajar berupa media cerita bergambar. 2. Proses merancang media cerita bergambar materi kenampakan permukaan bumi untuk anak autis kelas III SD, yaitu: 1 perancangan pengembangan produk dilakukan berdasarkan model desain instruksional ASSURE, 2 desain produk awal, 3 uji ahli desain pembelajaran, media pembelajran dan materi pembelajran, 4 focus group discussion FGD, 5 uji lapangan, 6 produk media cerita bergambar. 3. Produk media cerita bergambar efektif, artinya penggunaan media cerita bergambar mampu meningkatkan pemngetahuan siswa. 4. Daya tarik media cerita bergambar dalam kategori menarik, artinya media cerita bergambar mampu meningkatkan motivasi anak autis dalam belajar. ✄ ☎✆

5.2 Implikasi

Pengembangan produk pembelajaran harus memenuhi kriteria efektif, dan kemenarikan. Efektivitas berkaitan dengan sejauhmana anak autis memahami materi pembelajaran. Sedangkan daya tarik berkaitan dengan bagaimana agar anak autis memiliki motivasi belajar. Media Cerita Bergambar bidang studi IPA materi kenampakan permukaan bumi memfasilitasi siswa autis untuk belajar memahami konsep dan memiliki kompetensi yang dijabarkan dalam tujuan pembelajaran umum KI dan KD dan pembelajaran khusus indikator. Media Cerita Bergambar yang digunakan dalam pembelajaran membantu siswa autis meningkatkan motivasi belajar. Teori belajar behaviorisme menurut Thorndike diterapkan dalam pembelajaran menggunakan media. Media yang diberikan merupakan stimulus dan responnya adalah sikap anak autis dalam belajar. Belajar menggunakan media memberikan perubahan perilaku yang dapat diukur yaitu dengan instrumen tes untuk mengetahui kompetensi yang dimiliki anak autis dan dapat diamati. Hal ini berarti belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon. Pendapat ini dikemukakan Thorndike, seorang pencetus teori belajar Behaviorisme. Teori belajar behaviorisme memandang bahwa belajar adalah perubahan perilaku yang dapat diamati dan dapat diukur, diprediksi dan dikontrol dan tidak dijelaskan perubahan internal dalam diri siswa.