Antioksidan dan Radikal Bebas

Aktivitas antioksidan yang dihasilkan untuk ekstrak metanol adalah 86,84, sedangkan ekstrak kloroform dan etil asetat kurang dari 20 Nurjanah 2003. Komponen bioaktif taurin juga terdapat pada kerang pisau Solen sp sebesar 0,103 g100 g atau 103 mg100 g Nurjanah et al. 2008. Kandungan taurin kerang pisau masih lebih rendah dari beberapa jenis ikan dan kerang- kerangan yang lain yaitu pada cumi-cumi 364 mg100 g, Short necked clam 421 mg100 g, Oyster 1178 mg100 g dan Scallop 669 mg100 g, namun lebih tinggi dari Northern shrimp atau udang 63 mg100 g Okuzumi dan Fujii 2000 Taurin mempunyai beberapa manfaat yaitu mencegah diabetes, mencegah kerusakan liver akibat alkohol dan penyembuhan pada masalah penglihatan. Taurin juga dapat menurunkan kadar kolesterol darah, menormalkan tekanan darah dan melawan penyakit hati Okuzumi dan Fujii 2000. Taurin ini juga berfungsi sebagai peredam reaktif oksigen spesies ROS dan reaktif nitrogen spesies Fang et al. 2002 .

2.3 Antioksidan dan Radikal Bebas

Antioksidan adalah zat alami yang diproduksi dalam tubuh atau dapat juga diperoleh melalui makanan berupa vitamin A, C, dan E, mineral Zn serta selenium Se. Antioksidan merupakan penghancur radikal bebas yang membantu melindungi tubuh dari kerusakan yang disebabkan oleh radikal bebas yang tidak terkontrol. Radikal bebas dibentuk sebagai hasil dari oksigen yang dibutuhkan untuk kelangsungan hidup atau melalui metabolisme senyawa organik. Beberapa radikal bebas digunakan oleh sistem kekebalan tubuh untuk membunuh sel-sel kanker dan virus, tetapi banyak radikal bebas tidak terdeteksi yang sangat berbahaya dan dapat menyebabkan kerusakan bahkan menghancurkan sel-sel yang sehat. Kerusakan ini dapat menyebabkan timbulnya penyakit atau kematian dari sel-sel dan meningkatkan risiko penyakit jantung serta dapat mengurangi lamanya hidup dan menurunkan kualitas hidup Setright 1993. Komponen antioksidan di alam mempunyai struktur kimia yang berbeda- beda, umumnya sebagai asam amino, asam askorbat, karotenoid, asam sinamat, flavonoid, melanoidin, asam organik tertentu, zat pereduksi, peptida, fosfatida, polifenol, tanin dan tokoferol. Senyawa antioksidan alami digolongkan sebagai komponen fenolik, protein, komponen nitrogen, karotenoid dan komponen lain, seperti vitamin C, keton dan glikosida Winarno 1997. Superoksida dismutase disebut juga metaloprotein, merupakan enzim antioksidan yang mengkatalisis dismutase anion superoksida O 2 - yang sangat reaktif menjadi oksigen O 2 dan senyawa yang tidak terlalu reaktif, seperti hidrogen peroksida H 2 O 2 , yang pada akhirnya oleh enzim katalase dan glutation peroksida diubah menjadi H 2 O dan O 2 Fang et al. 2002. Enzim ini dapat ditemukan pada hampir semua makhluk hidup. Antioksidan merupakan komponen berbobot molekul rendah yang bereaksi dengan oksidan sehingga dapat menghambat reaksi oksidasi. Efek yang membahayakan dari oksidan adalah spesies oksigen reaktif SOR yaitu radikal bebas yang dapat berasal dari asap rokok, polusi udara, radiasi, cahaya ultra violet maupun yang diproduksi secara kontinyu oleh tubuh manusia sebagai konsekuensi dari proses metabolisme normal. Jika radikal bebas tidak diinaktivasi maka reaksi kimianya dapat merusak makromolekul termasuk lipoprotein densitas rendah LDL Langseth 2000. Radikal bebas dapat didefinisikan sebagai suatu molekul, atom atau beberapa grup atom yang mempunyai satu atau lebih elektron tidak berpasangan pada orbital terluarnya. Akibatnya radikal bebas ini akan mencari pasangannya dengan cara merebut elektron dari molekul lain. Radikal bebas bersifat tidak stabil dan sangat reaktif. Beberapa contoh senyawa Reactive Oxygen Species ROS yang ditemukan pada organisme hidup adalah superoksida O 2 , hidroksil OH, peroksil RO 2 , alkoksil RO dan radikal hidroperoksil HO 2 . Nitrit oksida dan nitrogen dioksida NO 2 adalah dua radikal bebas nitrogen. Tanda bintang merupakan simbul radikal bebas. Reactive Oxygen Species ROS dan Reactive Nitrogen Species RNS diproduksi dalam tubuh hewan dan manusia secara fisiologis dan patologis Fang et al. 2002. Sumber radikal bebas ada dua, yaitu endogen dan eksogen Niwa 1997 Sumber pertama yaitu yang terbentuk di dalam tubuh endogen merupakan hasil reaksi yang tidak sempurna dari reduksi oksigen pada rantai transfer elektron dalam mitokondria sehingga terbentuk senyawa radikal superoksida, peroksida dan hidroksil. Sumber kedua yaitu yang berasal dari luar tubuh eksogen, berasal dari udara lingkungan yang terpolusi, terkena sinar radiasi atau asupan zat kimia obat-obatan, insektisida, makanan tertentu, dan lain-lain Niwa 1997. Faktor- faktor penghasil oksigen radikal disajikan pada Tabel 2. Senyawa oksigen reaktif dibentuk dari hasil reduksi senyawa oksigen yang merupakan suatu senyawa yang diperlukan oleh semua organisme aerobik untuk menghasilkan ATP. Reduksi O 2 menjadi H 2 O terjadi pada proses tersebut yang dinyatakan dengan reaksi berikut: O 2 + 4H + + 4e - H 2 O Tabel 2 Faktor-faktor penghasil oksigen radikal No. Faktor penghasil oksigen- radikal Cara menghasilkan 1 Darah putih Memakan bakteri dan jamur dan memproduksi oksigen-radikal untuk mengeluarkannya 2 Sinar ultraviolet Perusakan lapisan ozon oleh gas CFC chloroflorocarbon telah meningkatkan jumlah radiasi ultraviolet ke bumi dan menghasilkan oksigen-radikal yang berlimpah 3 Radiasi sinar X Sinar-X yang berulang-ulang akan menghasilkan oksigen-radikal pada inti sel DNA dan merusak intinya 4 Zat kimia a Mekanismenya sama dengan radiasi produksi oksigen-radikal dalam inti sel contoh: zat kimia yang digunakan dalam pertanian Paraquat, insektisida, obat- obatan kimia pembunuh bakteri, obat antikanker b Zat-zat kimia penghasil oksigen radikal di seluruh sel, contoh: klorida, trihalometan dioksin, PCB polychloronated biphenil, Methyl Merkuri, senyawa-senyawa Mn 3+ dan senyawa Cd 2+ , fenilhidrazid obat anti TBC, antibiotik antidiare kloramfenikol, oksida nitrogen No x dari asap dan gas buangan 5 Kerusakan sirkulasi aliran darah di dalam pembuluh darah Pembakaran minyak berat atau petroleum Xantin dehidrogenase Xantin oksidase oksigen-radikal Keterangan : 1 dihasilkan di dalam tubuh 2, 3 dan 4 faktor-faktor polusi lingkungan 5 disebabkan oleh stres dalam masyarakat modern Sumber : Niwa 1997 Berdasarkan reaksi tersebut dapat dilihat bahwa reaksi reduksi oksigen memerlukan pengalihan empat elektron secara bertahap. Setiap tahap hanya melibatkan satu elektron. Proses pengalihan elektron yang berjalan kurang sempurna menghasilkan senyawa-senyawa oksigen reaktif atau radikal yang dapat merusak sel. Proses fagositosis yang berperan dalam reaksi inflamatori terkontrol pada jaringan yang luka juga menghasilkan sejumlah besar superoksida O 2 yang bertujuan untuk membunuh mikroorganisme asing Niwa 1997. Metabolisme senyawa radikal bebas disajikan pada Tabel 3. Tabel 3 Metabolisme senyawa-senyawa radikal bebas Reaksi Produk O 2 + e - O 2 - Superoksida 2O 2 - + 2H + O 2 + H 2 O 2 Hidrogen peroksida 2O 2 + 2Fe + 2FeO + O 2 Besi teroksidasi H 2 O 2 + Fe 2+ Fe 3+ + O 2 + OH˙ Radikal hidroksil OH˙ + RH atau LH H 2 O + R˙ atau L˙ Asam lemak atau molekul organik teroksidasi R˙ + LH RH + L˙ Asam lemak teroksidasi L˙ atau R˙ + O 2 LO 2 ˙ atau RO 2 ˙ Radikal peroksidasi LO 2 ˙ + LH LHO 2 Lipid peroksidasi Sumber : Miller et al. 1993 Radikal bebas mempunyai fungsi penting dalam kehidupan alami dan evolusi biologis, mengimplikasikan efek menguntungkan bagi organisme. Radikal oksigen menghasilkan aksi kritis, seperti transduksi jaringan, transkripsi gen, dan mengatur aktivitas enzim guanilat siklase dalam sel. Nitrit oksida adalah salah satu molekul jaringan yang terluas dan berpartisipasi dalam aktivitas setiap sel dan fungsi organ dalam tubuh. Nitrit oksida yang diproduksi oleh sel endotelial pada level fisiologis, penting untuk mengatur relaksasi dan proliferasi sel otot halus vaskular, adhesi leukosit, pengumpulan jumlah enzim yang berperan dalam pembekuan darah, trombosis dan hemodinamik. Nitrit oksida yang diproduksi oleh sistem syaraf berperan sebagai neurotransmiter dan yang secara umum diaktivasi makrofag adalah mediator penting pada respon imun. Akan tetapi, sebagai oksidan dan inhibitor enzim, radikal bebas dan spesies reaktif lain menyebabkan oksidasi biomolekul seperti protein, asam amino, lipid dan DNA, yang menyebabkan kerusakan sel dan kematian. Sebagai contoh, radiasi penyebab ROS memacu sifat fisika, kimia dan kandungan imunologis SOD, yang membuat kerusakan oksidatif dalam sel semakin buruk Fang et al. 2002. Efek sitotoksik dari radikal bebas berbahaya bagi sel mamalia dan mempercepat patogenesis penyakit kronis, tetapi bertanggung jawab untuk membunuh patogen dengan mengaktivasi makrofag dan fagosit lain dalam sistem imun. Ada dua sisi radikal bebas dalam sistem biologi yang bertindak sebagai jaringan dan mengatur molekul pada level fisiologis tetapi juga sebagai gangguan besar dan oksidan sitotoksik pada level penyakit Fang et al. 2002. Makhluk hidup tidak hanya mempunyai sistem perlindungan terhadap radikal bebas, tetapi juga sistem perbaikan yang melindungi akumulasi molekul yang rusak secara oksidatif. Sistem perlindungan terhadap radikal bebas di dalam tubuh disebut antioksidan biologis vitamin E, C, dan karotenoid, enzim superoksida dismutase, katalase, glutation peroksida, ubiquinon, bilirubin, asam urat, dan pengikatan ion logam transisi yang aman Austin et al. 1997. Aktivitas molekul radikal bebas dan SOR dapat menyebabkan kerusakan seluler dan genetik pada kondisi stres oksidatif. Jika radikal bebas tidak diinaktivasi maka reaksi kimianya dapat merusak makromolekul termasuk LDL sehingga menjadi LDL termodifikasi oksidatif. LDL termodifikasi oksidatif tidak dikenal oleh reseptor LDL, sehingga tidak diambil oleh reseptor LDL, tapi dikenal oleh makrofag, maka LDL termodifikasi oksidatif diambil oleh reseptor scavenger pada sel makrofag. Selanjutnya akan dihasilkan akumulasi kolesterol dan membentuk sel busa yang akhirnya akan mengakibatkan aterosklerosis. Hal ini terjadi karena reseptor scavenger tidak diatur oleh kadar kolesterol intraseluler Brown dan Goldstein 1983. Kadar LDL termodifikasi oksidatif yang rendah sekitar 1 dari LDL total sudah merupakan awal dari pembentukan aterosklerosis. Selanjutnya diikuti oleh migrasi transendotelial monosit ke ruangan subendotelial, mengalami diferensiasi menjadi makrofag. Makrofag mengambil kolesterol pada LDL termodifikasi oksidatif melalui reseptor khusus dan berubah menjadi sel busa lipid laden macrophage . Akumulasi sel busa di dalam subendotelial merupakan awal dari lesi aterosklerosis Merat et al. 2002. LDL normal tidak bersifat toksik terhadap sel pembuluh darah, bahkan pada konsentrasi yang setara pada penderita hiperkolesterolemia. Sebaliknya LDL termodifikasi oksidatif bersifat toksik. Perlakuan pada sel endotelial manusia dengan konsentrasi 20 µgml LDL teroksidasi menyebabkan luka akut dan kematian dalam waktu 24 jam Sevanian dan Bolger 1996. Penghambatan pembentukan LDL termodifikasi oksidatif dapat dilakukan menggunakan antioksidan. Jika LDL teroksidasi dapat dihindari, aterosklerosis dapat dicegah dengan menghambat pembentukan sel busa, serta mencegah kerusakan dan kematian sel pada pembuluh darah Jacob dan Burri 1996. Terjadinya oksidasi LDL berperan penting dalam pembentukan aterogenik. LDL yang teroksidasi oleh radikal bebas atau dimodifikasi secara minimum MM- LDL terjadi di daerah subendotelial. MM-LDL akan merangsang endotel untuk mengeluarkan intracellular cell adhesion molecule ICAM, vascular cell adhesion molecule VCAM, monocyte-chemotacticprotein MPC-1, macrophage colony stimulating factor M-CSF, Tissue factor TF, dan plasminogen activator inhibitor PAI-1. Pelepasan senyawa-senyawa ini menstimulasi terjadinya adhesi monosit pada endotel dan migrasi monosit ke dalam subendotelial, sehingga M-CSF akan memacu diferensiasi monosit menjadi makrofag. Selanjutnya makrofag melalui reseptor “scavenger” akan menangkap LDL teroksidasi ox-LDL yang terbentuk dari oksidasi lanjut MM-LDL sehingga terjadi akumulasi kolesterol dalam makrofag yang selanjutnya berubah menjadi sel-sel busa. Sel busa akan merangsang faktor-faktor pertumbuhan yang mengakibatkan terjadinya proliferasi sel-sel otot polos dan lama kelamaan akan berkembang menjadi plak yang kompleks Barliner et al. 1995. Plak aterosklerosis terletak dalam intima, dan terdiri dari sel-sel otot polos yang sudah berproliferasi, sel limfosit T, dan jaringan penghubung seperti kolagen, elastin dan proteoglikan serta sel-sel busa yang sudah mati, maupun deposit kolesterol dan kalsium. Pembentukan plak aterosklerosis lanjut tergantung pada peranan beberapa faktor pertumbuhan yang dilepaskan oleh makrofag dan sel busa. Faktor pertumbuhan ini dapat merangsang atau menghambat proliferasi sel otot polos, yang merupakan faktor kunci untuk progresi plak atau tetap dalam keadaan tidak berubah. Proses aterogenesis Barliner et al. 1995 dapat dilihat pada Gambar 3. Beberapa reaksi redoks penghasil radikal bebas membutuhkan katalisator, biasanya logam transisi atau suatu enzim metaloenzim atau flavoprotein. Berbagai proses metabolisme normal dalam tubuh dapat menghasilkan radikal bebas dalam jumlah kecil sebagai hasil antara. Radikal bebas dalam sel hidup, terbentuk pada membran plasma dan organel-organel sel yaitu mitokondria, peroksisom, retikulum endoplasmik dan sitosol melalui reaksi enzimatis fisiologik yang berlangsung dalam proses metabolisme. Proses fagositosis oleh sel-sel fagosit termasuk neutrofil, monosit, makrofag dan eosinofil, juga menghasilkan radikal bebas, superoksida O 2 . Gitawati 1995. Gambar 3 Proses aterogenesis Barliner et al. 1995 Jenis bahan yang telah diteliti sebagai sumber antioksidan adalah asam kafeat terdapat pada biji kopi Moon dan Terao 1998; ekstrak jahe Septiana 2001; senyawa kurkumin pada kunyit Mashuda et al. 1998; minyak bekatul padi Damayanti 2002; fenol, flavonoid, tanin, triterpenoid dan saponin dari ekstrak kulit kayu manis Azima 2004; vitamin A, C, karotenoid, gingerol jahe, katekin anggur merah, klorofil sayuran, likopen tomat, epigallokatekin teh, isoflavon kedelai dan lain-lain; sterol lembaga gandum Marliyati 2005; daun suji Prangdimurti 2007. Penelitian tentang aktivitas antioksidan dari biota laut juga telah dilakukan pada bintang laut Astropecten sp Setianingsih 2003, kulit batang sentigi Pemphis acidula Khusniya 2004, daun kangkung laut Ipomea pes-caprae Agustiningrum 2004, spons Callyspongia sp Hanani et al. 2005, dan beberapa jenis rumput laut yang terdapat di Indonesia Santoso et al. 2004. Jenis biota ini menunjukkan adanya aktivitas antioksidan, namun penelitian masih perlu dilanjutkan untuk mengetahui senyawa yang berfungsi sebagai antioksidan serta prospek pemanfaatannya.

2.4 Bahan Alam dari Sumberdaya Hayati Laut