Kelompok Komponen Kimia Lintah Laut

adalah ekstrak etil asetat sebesar 1,01 contoh utuh dan 0,38 untuk contoh tanpa jeroan. Tabel 6 membuktikan bahwa lintah laut kering mengandung berbagai senyawa dengan tingkat kepolaran yang berbeda-beda. Ekstrak metanol memiliki jumlah terbanyak karena pelarut metanol memiliki nilai konstanta dielektrik tinggi dibandingkan dengan pelarut lainnya kecuali air, sehingga dapat membuka dinding sel yang mengakibatkan hampir semua senyawa tertarik keluar dari dalam sel. Selain itu pelarut metanol mampu mengekstrak senyawa organik, sebagian lemak serta tanin Heath dan Reineccius 1987.

4.3 Kelompok Komponen Kimia Lintah Laut

Pengujian komponen kimia dilakukan terhadap tepung lintah laut kering baik utuh maupun tanpa jeroan untuk menelusuri golongan senyawa metabolit sekunder yang dikandungnya. Pengujian ini hanya memperlihatkan hasil kualitatif berdasarkan warna dan endapan yang terbentuk. Hasil rekapitulasi uji komponen kimia identifikasi kelompok menunjukkan bahwa ekstrak kasar Discodoris sp kering pada fraksi polar metanol mengandung senyawa alkaloid, steroid, saponin, asam amino, dan fenol Tabel 7. Tabel 7 Hasil identifikasi golongan senyawa ekstrak Discodoris sp Pereaksi Golongan Hasil Warna Utuh Tanpa jeroan Wagner Alkaloid ++ ++ Endapan coklat Meyer Alkaloid ++ ++ Endapan putih- kuning Dragendorf Alkaloid ++ ++ Endapan merah jingga Lieberman-Burchard Steroid ++ + Merah muda pink Molish Karbohidrat +++ +++ Cincin Ungu Saponin Saponin + + Ada busa Ninhidrin Asam amino +++ +++ Ungu-biru FeCl 3 fenol + + Hijau-oranye Keterangan: +++ sangat kuat, ++ kuat, + lemah, - tidak terdeteksi Peranan komponen bioaktif bagi hewan air khususnya invertebrata laut adalah sebagai pencari makanan, pengenalan dengan populasi, penentuan habitat dan pasangan simbiotik yang sesuai, pengaturan sinkronisasi siklus reproduksi, pemberi sinyal jika ada predator yang membahayakan Stachowicz 2001, antifeedant Ehara et al. 2002 yang disitir Derby 2007, antibakteri dan antifungi Ciavatta et al. 2007, pertahanan saat stres metabolisme Gavagnin et al. 2003. Sebagian kecil invertebrata laut menghasilkan sendiri substansi kimia untuk pertahanan diri. Sebagian besar memanfaatkan zat kimia yang dihasilkan oleh organisme lain, atau mengembangkan hubungan simbiotik dengan organisme penghasil senyawa aktif Murniasih 2005 Contoh zat kimia untuk pertahanan sendiri adalah pada nudibranch Dendrodoris limbata yang menghasilkan polygodial sebagai pertahanan diri terhadap predator. Senyawa ini tidak ditemukan dalam pakannya, dengan demikian hewan ini mampu mensintesis metabolit sekunder seperti sesquiterpenoid, diterpenoid, dan sesterpenoid untuk pertahanan diri defensive compound secara de novo Cimino Chiselin 1999. Menurut Riguera 1997 komponen polar dari invertebra laut didominasi oleh garam-garam alkaloid, asam amino, polihidrosteroid dan saponin. Sebagaimana diketahui bahwa hampir semua tanaman mengandung flavonoid, kecuali tanaman alga Markham 1988. Lintah laut termasuk pemakan rumput laut alga dari berbagai jenis dan ukuran, yang tumbuh pesat pada saat ketersediaan makanan cukup Proksch et al. 2002. Flavonoid pada penelitian ini tidak terdeteksi, hal ini diduga karena makanannya kelompok alga yang tidak mengandung flavonoid. 1 Alkaloid Alkaloid pada ekstrak kasar fraksi metanol terdeteksi kuat pada bubuk lintah laut utuh dan tanpa jeroan baik dengan pereaksi Wagner, Meyer maupun Dragendorf. Alkaloid pada umumnya mencakup senyawa bersifat basa yang mengandung satu atau lebih atom nitrogen, biasanya dalam gabungan, sebagai bagian dari sistem siklik. Alkaloid biasanya tanpa warna, seringkali bersifat optis aktif, kebanyakan berbentuk kristal tetapi hanya sedikit yang berupa cairan misalnya nikotina pada suhu kamar. Alkaloid merupakan turunan yang paling umum dari asam amino. Secara kimia, alkaloid merupakan suatu golongan heterogen. Secara klasik, alkaloid dipisahkan dari kandungan tumbuhan lainnya sebagai garamnya dan sering diisolasi sebagai kristal hidroklorida atau pikrat Harborne 1987. Alkaloid diklasifikasikan berdasarkan struktur N-heterosiklik. Beberapa alkaloid umum dan strukturnya Gambar 7 antara lain adalah sebagai berikut Facchini 2001: Tropan Piperidin Piridin Quinolin Isoquinolin Indol Kafein Gambar 7 Struktur beberapa alkaloid umum Facchini 2001 a kokain adalah contoh tipe tropan dari alkaloid pirrolidin dengan N- heterosiklik diturunkan dari L-ornithin, turunan asam amino dari glutamat; b grup alkaloid piperidin diturunkan dari L-lysin; c grup alkaloid piridin diturunkan dari aspartat atau fenilalanin. Nikotin adalah contoh alkaloid jenis ini; d alkaloid quinolin seperti quinin yang dapat diturunkan dari L-triptofan; e alkaloid isoquinolin yang mempunyai N-heterosiklik isomerik dengan quinolin, dapat diturunkan dari tirosin. Morfin adalah alkaloid jenis ini; f alkaloid indol terdiri dari cincin indol yang diturunkan dari L-tryptofan. Jamur ergot adalah alkaloid jenis ini; g alkaloid purin, seperti kafein dan teobromin adalah turunan purin yang diturunkan dari aspartat, glisin dan glutamin. Kafein adalah stimulan pusat yang dapat digunakan sebagai stimulan kardiak dan pernapasan dan sebagai diuretik. Theobromin, alkaloid utama biji coklat berfungsi sebagai diuretik, relaksan otot halus, dan stimulan kardiak. Kandungan ekstrak siput laut Nerita albicilla Martin et al.1986 adalah suatu senyawa alkaloid isopteropodin yang bersifat antitumor. Ectinascidins-743 dari tunicate Tetrahydroisoquinoline termasuk golongan alkaloid yang dapat menghambat pertumbuhan sel kanker Bernik dan Jimeno 2001. 2 SteroidTriterpenoid Steroid dengan pereaksi Liberman Burchard pada contoh utuh terdeteksi kuat, tetapi pada contoh tanpa jeroan lemah. Hal ini diduga karena bagian jeroan mengandung berbagai zat yang diperlukan untuk aktivitas metabolisme. Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam satuan isoprena dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C 30 asiklik, yaitu skualena. Senyawa ini berstruktur siklik yang rumit, kebanyakan berupa alkohol, aldehida atau asam karboksilat. Mereka berupa senyawa tanpa warna, berbentuk kristal, seringkali bertitik leleh tinggi dan aktif optik Harborne 1987. Triterpenoid dapat dipilah menjadi sekurang-kurangnya empat golongan senyawa: triterpena, steroid, saponin dan glikosida jantung. Triterpena tertentu terkenal karena rasanya, terutama kepahitannya. Senyawa triterpenoid yang terdapat pada tumbuhan tingkat tinggi adalah fitosterol yang terdiri dari sitosterol, stigmasterol dan kaempesterol Harborne 1987. Steroid merupakan golongan dari senyawa triterpenoid. Senyawa ini dapat diklasifikasikan menjadi steroid dengan atom karbon tidak lebih dari 21, yaitu sterol, sapogenin, glikosida jantung dan vitamin D. Steroid alami berasal dari berbagai transformasi kimia dua triterpena yaitu lanosterol dan sikloartenol. Senyawa steroid dapat digunakan sebagai bahan dasar pembuatan obat Harborne 1987. Struktur salah satu jenis triterpenoid sitosterol dapat dilihat pada Gambar 8. Gambar 8 Struktur sitosterol Foye 1995 Beberapa steroid, seperti fukosterol, diisolasi dari sumber daya hayati laut bersifat non toksik dan mempunyai khasiat menurunkan kolesterol dalam darah dan mendorong aktivitas antidiabetes Bhakuni 2005. Pada alkaloid steroid, gugus hidroksil pada atom C3 diganti dengan suatu senyawa N dari alkaloid Robinson 1995. 3 Saponin Saponin adalah glikosida triterpena dan sterol yang telah terdeteksi dalam lebih dari 90 suku tumbuhan. Glikosida adalah suatu kompleks antara gula pereduksi glikon dan bukan gula aglikon. Glikon bersifat mudah larut dalam air dan glikosida-glikosida mempunyai tegangan permukaan yang kuat Winarno 1997. Saponin merupakan senyawa aktif permukaan dan bersifat, seperti sabun, serta dapat dideteksi berdasarkan kemampuannya membentuk busa. Pencarian saponin dalam tumbuhan telah dirangsang oleh kebutuhan akan sumber sapogenin yang mudah diperoleh dan dapat diubah di laboratorium menjadi sterol hewan yang berkhasiat penting misalnya kortison, estrogen kontraseptif dan lain- lain. Banyak saponin yang mempunyai satuan gula sampai lima dan komponen yang umum ialah asam glukuronat Harborne 1987. Pembentukan busa yang mantap sewaktu mengekstraksi tumbuhan atau waktu memekatkan ekstrak tumbuhan merupakan bukti terpercaya akan adanya saponin. Saponin jauh lebih polar daripada sapogenin karena ikatan glikosidanya Harborne 1987. Struktur saponin secara umum disajikan pada Gambar 9. Gambar 9 Struktur umum saponin Hoffman 1991 Saponin dari kedelai diketahui berperan sebagai anti agregasi platelet Sastrohamijoyo 1996, hasil penelitian King 2002 membuktikan bahwa saponin kedelai dan Quillaja mempunyai kemampuan dalam mencegah hiperkolesterolemik pada tikus yang diberi kolesterol dalam ransumnya. Hal ini terjadi karena beberapa mekanisme diantaranya mekanisme yang melibatkan asam empedu dan ekskresi sterol netral. Saponin pada ekstrak kasar fraksi metanol dalam penelitian ini terdeteksi lemah, sehingga lintah laut kering bukanlah sumber saponin yang baik 4 Fenol hidrokuinon Kuinon adalah senyawa berwarna dan mempunyai kromofor dasar, seperti kromofor pada benzokuinon, yang terdiri atas dua gugus karbonil yang berkonjugasi dengan dua ikatan rangkap karbon-karbon. Kuinon dapat dipilah menjadi empat kelompok, yaitu benzokuinon, naftokuinon, antrakuinon dan kuinon isoprenoid. Tiga kelompok pertama biasanya terhidroksilasi dan bersifat ‘senyawa fenol’ serta mungkin terdapat in vivo dalam bentuk gabungan dengan gula sebagai glikosida atau dalam bentuk kuinol tanpa warna, kadang-kadang juga bentuk dimer. Diperlukan hidrolisis asam untuk melepaskan kuinon bebasnya Harborne 1987. Senyawa kuinon yang terdapat sebagai glikosida mungkin larut sedikit dalam air, tetapi umumnya kuinon lebih mudah larut dalam lemak dan akan terekstraksi dari tumbuhan bersama-sama dengan karotenoid dan klorofil. Reaksi yang khas adalah reduksi bolak-balik yang mengubah kuinon menjadi senyawa tanpa warna, kemudian warna kembali lagi bila terjadi oksidasi oleh udara. Reduksi dapat dilakukan menggunakan natrium borohidrida dan oksidasi ulang dapat terjadi hanya dengan mengocok larutan tersebut di udara Harborne 1987. Antioksidan yang termasuk dalam golongan ini biasanya mempunyai intensitas warna yang rendah atau kadang-kadang tidak berwarna dan banyak digunakan karena tidak beracun. Antioksidan golongan fenol meliputi sebagian besar antioksidan yang dihasilkan oleh alam dan sejumlah kecil antioksidan sintetis, serta banyak digunakan dalam lemak atau bahan pangan berlemak. Beberapa contoh yang termasuk golongan ini antara lain hidrokuinon gossipol, pirogallol, katekol resorsinol dan eugenol Ketaren 1986. Pada penelitian ini fenol terdeteksi lemah. Struktur fenol hidrokuinon dapat dilihat pada Gambar 10. Gambar 10 Struktur umum fenol hidrokuinon Kkgm 2007

4.4 Aktivitas Antioksidan Metode DPPH