Evaluasi Pembelajaran Komponen Pembelajaran
29
keputusan judgment berdasarkan hasil-hasil penilaian Permendikbud Nomor 59 Tahun 2014. Poerwati dan Sofan Amri 2013: 221 menyatakan, evaluasi adalah
kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif dalam
mengambil sebuah keputusan. Berdasarkan Kurikulum 2013, aspek yang dinilai tergantung pada Standar
Kompetensi Lulusan SKL, Kompetensi Inti KI, dan Kompetensi Dasar KD. SKL mencakup aspek sikap attitude, keterampilan skills, dan pengetahuan
knowledge. Kompetensi Inti mencakup aspek sikap terhadap Tuhan KI-I, aspek sikap terhadap diri sendiri dan terhadap lingkungannya KI-II, aspek
pengetahuan KI-III, dan aspek keterampilan KI-IV. Kompetensi Dasar pada KI-I yakni aspek sikap terhadap Tuhan mencakup mata pelajaran tertentu yang
bersifat generik, artinya berlaku untuk seluruh materi pokok. Kompetensi Dasar pada KI-II yakni aspek sikap terhadap diri sendiri dan terhadap lingkungannya
mencakup mata pelajaran tertentu yang bersifat relatif generik, namun beberapa materi pokok tertentu ada KD pada KI-II yang berbeda dengan KD lain pada KI-
II. Kompetensi Dasar pada KI-III mencakup aspek pengetahuan. Kompetensi Dasar pada KI-IV mencakup aspek keterampilan.
Kurikulum 2013 menerapkan pembelajaran otentik. Oleh karena itu, asesmen otentik sangat berperan. Penilaian otentik memiliki relevansi yang kuat terhadap
pendekatan ilmiah saintifik dalam pembelajaran sesuai dengan tuntutan Kurikulum 2013. Menurut Callison melalui Nurgiyantoro, 2013: 305, asesmen
otentik merupakan sebuah penilaian proses yang di dalamnya melibatkan berbagai
30
kinerja yang mencerminkan bagaimana peserta didik belajar, capaian hasil, motivasi, dan sikap yang terkait dengan aktivitas pembelajaran.
Nurgiyantoro 2013: 306 mengemukakan bahwa asesmen otentik merupakan penilaian terhadap tugas-tugas yang menyerupai kegiatan membaca dan menulis
sebagaimana halnya di dunia nyata dan di sekolah. Tujuan penilaian itu adalah untuk mengukur berbagai kemampuan dan keterampilan dalam berbagai konteks
yang mencerminkan situasi di dunia nyata di mana keterampilan-keterampilan tersebut diperlukan.
Selain itu, ada beberapa manfaat dalam penggunaan penilaian otentik, sebagaimana dikemukakan Mueller Nurgiyantoro, 2013: 309, yaitu sebagai
berikut. a.
Penggunaan penilaian otentik memungkinkan dilakukannya pengukuran secara langsung terhadap kinerja pembelajar sebagai indikator capaian kompetensi
yang dibelajarkan. b.
Asesmen otentik memberi kesempatan pembelajar untuk mengonstruksikan hasil belajarnya.
c. Asesmen otentik memungkinkan terintegrasikannya kegiatan pengajaran,
belajar, dan penilaian menjadi satu paket kegiatan yang terpadu. d.
Asesmen otentik memberi kesempatan pembelajar untuk menampilkan hasil belajarnya, unjuk kerjanya, dengan cara yang dianggap paling baik.
Pada Kurikulum 2013, penilaian mencakup tiga kompetensi yakni kompetensi sikap afektif, kompetensi pengetahuan kognitif, dan kompetensi keterampilan
psikomotorik. Penilaian kompetensi sikap dapat dilakukan dengan teknik
31
observasi, penilaian diri dalam penilaian sikap, penilaian antar peserta didik dan penilaian dengan jurnal. Penilaian kompetensi pengetahuan dapat dilakukan
melalui tes tulis, tes lisan, maupun penugasan. Penilaian kompetensi keterampilan dapat dilakukan melalui tes praktik, projek, dan portofolio.
32