14
sesaji. Mereka bekerja sama dengan penuh tanggung jawab, sehingga semua kegiatan dapat diselesaikan sesuai dengan waktu yang ditentukan.
Kegiatan selanjutnya yaitu sambutan secara resmi oleh Pemerintah DaTi II Kabupaten yang kemudian dilanjutkan dengan mendoakan sesaji
oleh pemimpin upacara nglarung. Pemimpin upacara dan masyarakat membakar kemenyan dan memanjatkan doa di depan sesaji, memohon
agar sesaji diterima oleh Kanjeng Ratu Kidul serta agar diberi keselamatan dan murah rejeki.
Para nelayan mulai menggotong sesaji dan menaikkan sesaji ke atas perahu setelah kegiatan doa selesai. Masyarakat dan pengunjung
mempersiapkan diri di tengah laut untuk berebut sesaji. Pemimpin upacara menunjuk tempat untuk menggulingkan sesaji yang akan dilarung
kemudian diperebutkan oleh masyarakat. Mereka percaya bahwa dengan memperebutkan sesaji akan menambah rejeki dan mampu mengobati
penyakit.
2.1.1.3.2 Nilai-nilai yang terkandung dalam tradisi nglarung
Tradisi Nglarung mengandung nilai-nilai budaya. Hal ini juga diungkapkan oleh Sunjata 2013:110-112 bahwa dalam pelaksanaan upacara adat
nglarung mengandung nilai-nilai budaya antara lain: a nilai gotong royong, tercermin mulai dari persiapan sampai akhir upacara melibatkan banyak orang; b
nilai etos kerja, menjadi salah satu bentuk pemacu motivasi dalam bekerja atau etos kerja bagi masyarakat yang bermata pencaharian sebagai nelayan; c nilai
ketaqwaan kepada Sang Pencipta, pelaksanaan upacara tersebut sebagai ungkapan
15
rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat yang telah dilimpahkanNya, selain itu juga untuk memohon keselamatan dan kesejahteraan
dalam mengarungi hidup ini. Nilai-nilai yang terkandung dalam tradisi nglarung memiliki kaitan dengan karakter kebangsaan. Nilai gotong royong dan nilai etos
kerja berkaitan dengan olah rasa dan karsa. Nilai ketaqwaan kepada Sang Pencipta berkaitan dengan olah hati.
2.1.2 Pendidikan Karakter Kebangsaan
Berikut akan dijelaskan mengenai arti karakter, karakter kebangsaan, dan pendidikan karakter kebangsaan.
2.1.2.1 Arti Karakter
Koesoema 2007 mengungkapkan bahwa kata karakter berasal dari kata bahasa Latin kharakter, kharassein, dan kharax yang berarti dipahat. Berkarakter
artinya mempunyai watak atau berkepribadian. Menurut Kementerian Pendidikan Nasional 2010, interaksi seseorang dengan orang lain menumbuhkan karakter
masyarakat dan karakter bangsa. Oleh karena itu, pengembangan karakter bangsa hanya dapat dilakukan melalui pengembangan karakter individu seseorang.
Menurut Kesuma 2011:11 karakter merupakan suatu nilai yang diwujudkan dalam bentuk perilaku kepada anak. Sedangkan menurut Samani dan Hariyanto
2013:41-42 mengungkapkan bahwa karakter dimaknai sebagai cara berpikir dan berperilaku yang khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam
lingkungan keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Karakter adalah perilaku yang tampak dalam bersikap maupun bertindak. Menurut Pemerintah Republik