yang tidak berfungsi sebagaimana mestinya seperti mengalami sakit, cacat tubuh, atau perkembangan yang tidak sempurna.
2 Faktor psikologis, baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh. Terdiri atas :
3 Faktor intelektif yang meliputi faktor potensial yaitu kecerdasan dan bakat serta faktor kecakapan nyata, yaitu
prestasi yang dimiliki. b Faktor non intelektif yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu
seperti sikap, kebiasaan, minat kebutuhan, motivasi, emosi, dan penugasan diri.
3 Faktor kematangan fisik dan psikis b. Faktor yang berasal dari luar diri eksternal
1 Faktor sosial yang terdiri atas lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat dan kelompok.
2 Faktor budaya seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian.
3 Faktor lingkungan fisik seperti fasilitas rumah dan fasilitas belajar.
4 Faktor lingkungan spiritual atau keagamaan. Dalam lingkungan perguruan tinggi, prestasi belajar lebih dikenal
dengan istilah prestasi akademik. Prestasi akademik mahasiswa nampak dalam hasil studi yang berupa nilai-nilai dari mata kuliah yang
tercermin pada Indeks Prestasi IP. Indeks prestasi juga berarti tingkat
keberhasilan belajar mahasiswa yang dinyatakan dengan bilangan yang ditulis sampai dua angka di belakang koma Peraturan Akademik,
2002:15. Dalam buku pedoman FKIP edisi tahun 2001 dijelaskan bahwa Indeks Prestasi Semester adalah kemampuan belajar mahasiswa
ditentukan sesuai dengan tingkat keberhasilan belajar pada semester lalu hal. 27.
Angka indeks prestasi semester diperoleh dari jumlah nilai huruf yang telah ditransfer ke nilai bobot dikalikan jumlah sks kemudian
dibagi dengan jumlah sks yang ditempuh. Sks adalah kepanjangan dari satuan kredit semester yaitu takaran penghargaan untuk pengalaman
belajar yang diperoleh melalui satu jam kegiatan terstruktur dan terjadwal yang diiringi tugas lain baik yang terstruktur maupun
kegiatan mandiri selama dua sampai empat jam per minggu Buku Pedoman FKIP, 2001: 26.
Beban studi yang boleh diambil oleh mahasiswa pada semester berikutnya berdasarkan pada indeks prestasi sebelumnya dapat
ditentukan sebagai berikut : Tabel 1
Beban Studi Maksimal
IPS Beban Studi Maksimal
3,00 25 sks
2,50-2,99 22 sks
2,00-2,49 19 sks
1,99 15 sks
Sumber : Peraturan Akademik USD, 2002: 11
Tinggi rendahnya IP yang dicapai oleh mahasiswa akan mempunyai konsekuensi terhadap penyelesaian studinya, misalnya
untuk menentukan cepat atau lambatnya mahasiswa menyelesaikan studinya, kemampuan mengembangkan potensinya dan sebagainya.
2. Motivasi Belajar
Motif adalah daya dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan sesuatu atau keadaan seseorang atau organisme yang
menyebabkan kesiapannya untuk memulai serangkaian tingkah laku atau perbuatan. Sedangkan motivasi adalah suatu proses untuk
menggiatkan motif-motif menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan, atau keadaan dan kesiapan
dalam diri individu yang mendorong tingkah lakunya untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu Usman, 1995: 28-29.
Menurut Mc. Donald dalam Sardiman AM 1986: 73, motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan
munculnya “feeling“ dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan.
Sedangkan menurut W.S.Winkel 1996:150, motivasi adalah keseluruhan daya penggerak psikis di dalam diri siswa yang
menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan belajar demi tujuan tertentu.
Muhibbin Syah 1995: 137 membedakan motivasi menjadi dua macam, yaitu :
1. Motivasi Intrinsik Motivasi intrinsik adalah hal dan keadaan yang berasal dari
dalam diri siswa sendiri yang dapat mendorongnya melakukan tindakan belajar. Termasuk dalam motivasi intrinsik siswa adalah
perasaan menyenangi materi dan kebutuhannya terhadap materi tersebut, misalnya untuk kehidupan masa depan siswa yang
bersangkutan. 2. Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah hal dan keadaan yang datang dari luar individu siswa yang juga mendorongnya untuk melakukan
kegiatan belajar. Pujian dan hadiah, peraturantata tertib sekolah, suri teladan orang tua, guru, merupakan contoh-contoh konkret
motivasi ekstrinsik yang dapat menolong siswa untuk belajar. Kekurangan atau ketiadaan motivasi, baik yang bersifat internal
maupun yang bersifat eksternal, akan menyebabkan kurang bersemangatnya siswa dalam melakukan proses pembelajaran materi-
materi pelajaran baik di sekolah maupun di rumah. Hasil belajar akan menjadi optimal kalau ada motivasi. Makin tepat motivasi yang
diberikan akan makin berhasil pula pelajaran itu. Jadi motivasi akan senantiasa menentukan intensitas usaha belajar bagi para siswa
Sardiman, AM, 1986:84.
3. Sarana Belajar
Sarana adalah segala sesuatu yang dipergunakan sebagai alat untuk mencapai maksud atau tujuan Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer,
1991. Sarana dapat juga berarti fasilitas. Fasilitas adalah sesuatu yang dapat membantu memudahkan pekerjaan, tugas dan sebagainya.
Sarana belajar adalah alat yang digunakan untuk mempermudah pencapaian tujuan proses belajar. Hal tersebut berarti menyangkut
sarana yang dimiliki peserta didik dan lembaga pendidikan tempat mahasiswa belajar. Sarana yang dimiliki peserta didik misalnya buku-
buku, meja, komputer, kalkulator dan sebagainya. Sedangkan sarana yang dimiliki universitas adalah perpustakaan, laboratorium, media
pengajaran dan sebagainya.
4. Lingkungan Belajar
a. Lingkungan Keluarga Siswa yang mengalami proses belajar supaya berhasil sesuai
dengan tujuan yang harus dicapainya perlu memperhatikan beberapa faktor yang mempengaruhi hasil belajarnya. Patterson
dan Loeber 1984 dalam Muhibbin Syah mengatakan bahwa lingkungan sosial yang lebih banyak mempengaruhi kegiatan
belajar siswa adalah orang tua dan keluarga itu sendiri.
Menurut Roestiyah 1982:159 faktor-faktor yang datang dari keluarga yang mempengaruhi kegiatan belajar siswa, yaitu :
1 Cara mendidik Orang tua dalam mendidik anak seharusnya tidak
memanjakan atau menekan dengan keras si anak, karena hal itu dapat menjadikan anak kurang bertanggung jawab dan takut
menghadapi tantangan kesulitan. 2 Pengertian orang tua
Anak belajar perlu dorongan dan pengertian orang tua, karena dengan adanya dorongan dan pengertian dari orang tua
maka si anak akan merasa terbantu dan termotivasi dalam menentukan masa depannya.
3 Keadaan sosial ekonomi keluarga Bila keadaan ekonomi keluarga tidak memungkinkan
kadang kala menjadi penghambat anak belajar. Namun bila keadaan memungkinkan cukupkanlah sarana yang diperlukan
anak sehingga mereka dapat belajar dengan senang. 4 Latar belakang kebudayaan
Tingkat pendidikan atau kebiasaan di dalam keluarga mempengaruhi anak dalam bersikap. Perlu kepada anak
ditanamkan kebiasaan-kebiasaan yang baik, agar mendorong semangat anak untuk mewujudkan harapannya.
Winkel 1989:108-109 berpendapat, keadaan sosial-ekonomis menunjukkan pada taraf kemampuan finansial keluarga yang dapat
bertaraf baik, cukup atau kurang. Keadaan ini tergantung sampai seberapa jauh keluarga dapat membekali siswa dengan pendidikan
yang akan ditempuh. Keadaan sosial-kultur menunjuk pada taraf kebudayaan yang dimiliki keluarga yang dapat tinggi, sedang atau
rendah. Dari keadaan ini tergantung kemampuan siswa dalam pergaulan antara orang tua dan anak serta pandangan keluarga
mengenai pendidikan. Sebenarnya yang penting disini bukanlah keadaan itu sendiri melainkan kondisi intern pada siswa yang
timbul sebagai akibat dari keadaan itu. Namun akibat itu tidak harus timbul secara otomatis dan dengan sendirinya. Sikap siswa
sendiri terhadap keadaan itu, kerap menentukan apakah kondisi intern akan membantu membentuk diri siswa atau menghambatnya.
Dari uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa dari keluarga dan bagaimana sikap anak menanggapi lingkungannya
dapat menentukan berhasil atau tidaknya pendidikan yang ditempuh. Agar anak dapat berhasil dalam pendidikan dan dapat
meneruskan harapannya, maka harus diperhatikan segala sesuatu yang dapat menunjang keberhasilan belajarnya.
b. Lingkungan Sekolah Kemampuan belajar yang dimiliki manusia merupakan bekal
yang membuka kesempatan luas untuk memperkaya diri dalam hal
pengetahuan dan berkebudayaan. Karena manusia mampu untuk belajar maka dia berkembang mulai dari saat lahir sampai
mencapai usia tua. Berdasarkan kesadaran tentang peranan proses belajar mengajar dalam kehidupan anak didik, masyarakat telah
mendirikan suatu institut yang mendampingi anak dalam belajarnya dan menyalurkan pengalaman-pengalaman belajar
sedemikian rupa, sehingga menghasilkan corak perkembangan yang diharapkan. Institut ini disebut sekolah W.S. Winkel, 1987:
2. Pendidikan di sekolah sebagai akibat dari pemenuhan akan
pentingnya pendidikan tidak hanya terdiri dari gedung saja melainkan adanya sarana dan prasarana lain yang dapat menunjang
pendidikan. Sekolah merupakan tempat anak didik belajar, mempelajari sejumlah materi pelajaran. Oleh karena itu harus
diciptakan lingkungan sekolah yang benar-benar dapat mendukung anak dalam belajar.
c. Lingkungan Masyarakat Siswa hidup di masyarakat. Hal demikian berarti siswa adalah
bagian dari masyarakat. Oleh karena itu siswa menjalin hubungan dengan anggota masyarakat yang lainnya. Hubungan tersebut
terjadi dengan teman sebaya, dengan orang yang lebih tua maupun dengan yang lebih muda. Menurut Roestiyah 1982: 162, anak
perlu bergaul dengan anak lain untuk mengembangkan
sosialisasinya, tetapi perlu dijaga jangan sampai mendapatkan teman bergaul yang buruk perangainya. Perbuatan yang tidak baik
mudah menular pada orang lain, maka perlu dikontrol dengan siapa mereka bergaul. Pergaulan yang salah dapat mengakibatkan siswa
lupa atas tanggung jawabnya sendiri sebagai seorang pelajar. Muhhibbin Syah 1995:44 mengatakan bahwa kondisi sebuah
kelompok masyarakat yang berdomisili di kawasan kumuh dengan kemampuan ekonomi di bawah garis rata-rata dan tanpa fasilitas
umum seperti sekolah dan lapangan olahraga telah terbukti menjadi lahan yang subur bagi pertumbuhan anak-anak nakal. Sementara
itu di masyarakat yang lingkungan anak-anaknya rajin belajar dapat menjadi daya dorong terhadap siswa yang lain untuk rajin
belajar. Roestiyah 1982: 163 mengatakan bahwa di lingkungan yang
anak-anaknya rajin belajar kemungkinan besar anak akan terpengaruh untuk rajin belajar tanpa disuruh. Anak akan merasa
malu jika mendapat prestasi yang rendah, jika teman-teman di sekitarnya mendapat prestasi belajar tinggi. Oleh karena itu, anak
akan berusaha belajar keras agar tidak ketinggalan dengan teman- temannya. Apabila teman-teman di sekitarnya itu teman
sekelasnya, anak dapat meningkatkan belajar agar ketinggalan dalam mengikuti mata pelajaran di kelas dapat diatasi.
B. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan
Suryantono dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh faktor lingkungan belajar dan sikap belajar terhadap prestasi belajar mata
pelajaran ekonomi akuntansi” 2004, menemukan adanya pengaruh positif dari lingkungan belajar dan prestasi belajar. Lingkungan belajar
sebagai lingkungan sosial yang lebih banyak mempengaruhi kegiatan belajar siswa adalah lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan
masyarakat. Lingkungan yang tenang, nyaman, kondusif dan ditunjang dengan fasilitas atau sarana belajar yang memadai akan membuat siswa
dapat mencurahkan perhatiannya atau dapat berkonsentrasi dengan baik untuk belajar, sehingga dapat mencapai prestasi belajar yang tinggi.
Sedangkan, Legiawati dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh kondisi sosial ekonomi orang tua dan motivasi terhadap
prestasi belajar siswa di sekolah” 2002, juga menemukan adanya pengaruh positif dari motivasi belajar dan prestasi belajar siswa. Menurut
Legiawati, hal ini berarti tinggi rendahnya prestasi dapat diprediksi dari tinggi rendahnya motivasi belajar yang dimiliki siswa. Pengaruh motivasi
belajar terhadap prestasi belajar siswa dapat terjadi karena siswa yang memiliki motivasi belajar akan merasa bersemangat dalam belajar
sehingga apa yang dilakukan dirasa senang dan tidak ada paksaan. Hal ini dapat ditunjukkan dalam kemauan mengikuti pelajaran, kerelaan untuk
menyediakan waktu belajar, ketekunan dan keinginan untuk menguasai
materi. Dengan demikian siswa yang mempunyai motivasi tinggi akan dapat mencapai prestasi yang baik.
Dari kedua hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang positif dan signifikan motivasi belajar dan
lingkungan belajar terhadap prestasi belajar siswa.
C. Kerangka Berpikir
1. Pengaruh Motivasi Belajar Terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa Motivasi dapat berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapaian
prestasi. Seseorang melakukan suatu usaha karena adanya motivasi. Adanya motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukkan hasil
yang baik. Dengan kata lain bahwa dengan adanya motivasi, maka seseorang yang belajar itu akan dapat melahirkan prestasi yang baik.
Intensitas motivasi seseorang mahasiswa akan sangat menentukan tingkat pencapaian prestasi belajarnya.
2. Pengaruh Sarana Belajar Terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa Belajar tanpa sarana sepertinya tidak akan dapat berjalan dengan
baik, karena sarana merupakan salah satu penunjang keberhasilan seseorang dalam belajar. Belajar yang ditunjang dengan pengoptimalan
penggunaaan sarana pembelajaran baik di lingkungan universitas maupun di lingkungan rumah akan mendasari pencapaian prestasi
belajar yang tinggi atau optimal. Sebaliknya belajar yang tidak ditunjang dengan pengoptimalan sarana atau fasilitas belajar di
lingkungan universitas atau lingkungan rumah akan memungkinkan pencapaian prestasi belajar mahasiswa rendah.
3. Pengaruh Lingkungan Belajar Terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa Manusia mempunyai lingkungan tempat tinggal, baik itu
lingkungan statis atau keadaan tempat, lingkungan dinamis atau lingkungan sosial. Lingkungan tersebut akan mempengaruhi orang-
orang yang tinggal di sekitarnya. Demikian pula dengan kegiatan belajar, setiap orang mempunyai lingkungan belajar yang berbeda.
Lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat yang saling mendukung dalam belajar akan mendorong mahasiswa untuk selalu belajar.
Suasana belajar yang kondusif dapat membantu mahasiswa dalam menangkap isi materi pelajaran yang dipelajari, sehingga mahasiswa
dapat menguasai materi-materi pelajaran yang dipelajari tersebut. Lingkungan belajar yang baik artinya fasilitas maupun suasana
atau keadaan dalam belajar terpenuhi dan menggairahkan dapat membuat siswa dengan tenang belajar dan menguasai materi pelajaran
yang dipelajari sehingga prestasi belajarnya tinggi. 4. Pengaruh Motivasi Belajar, Sarana Belajar dan Lingkungan Belajar
Terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa Menurut Ngalim Purwanto 1991:107, faktor-faktor yang
mempengaruhi proses dan hasil belajar terdiri dari faktor luar dan faktor dari dalam. Faktor luar terdiri dari lingkungan baik lingkungan
alam maupun sosial dan instrumental input yaitu faktor-faktor yang