Hubungan antara motivasi belajar dan lingkungan belajar dengan prestasi belajar studi kasus pada mahasiswa TA 2014 Program Studi Pendidikan Ekonomi BKK Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma.

(1)

ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BELAJAR DAN LINGKUNGAN BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR

Studi Kasus Pada Mahasiswa TA 2014 Program Studi Pendidikan Ekonomi BKK Pendidikan Akuntansi

Universitas Sanata Dharma Clara Chinta Imanda Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2015

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) hubungan motivasi belajar dengan prestasi belajar, 2) hubungan lingkungan belajar dengan prestasi belajar.

Penelitian ini merupakan penelitian studi kasus.Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Maret 2015. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi yang berjumlah 321. Sampel penelitian ini sebanyak 55 mahasiswa.Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling.Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner, wawancara dan dokumentasi.Teknik analisis data menggunakan korelasi Spearman.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) tidak ada hubungan motivasi belajar dengan prestasi belajar (sig. (2-tailed) = 0,232 > 0,05); 2) tidak ada hubungan lingkungan belajar dengan prestasi belajar (sig. (2-tailed) = 0,799 > 0,05).


(2)

ABSTRACT

THE RELATIONSHIP BETWEEN LEARNING MOTIVATION AND LEARNING ENVIRONMENT WITH LEARNING ACHIEVEMENT

A Study Case on The 2014 Batch Students of The Program of Economic Study Special Expertise in Accounting Education

Sanata Dharma University Clara Chinta Imanda Sanata Dharma University

Yogyakarta 2015

This research aims to find out: 1) the relationship between learning motivation and learning achievement, 2) the relationship between learning environment and learning achievement.

This research is a case study. This research was carried out in March 2015. The population on this research was all students of Study Program of Economic Education of Expertise Specific Accounting Education which consisted of 321. The samples in this research were 55 students. The technique of taking the samples was purposive sampling. The technique of gathering the data were questionnaire, interview, and documentation. The technique of analysis was spearmen correlation.

The results of research show that: 1) there isn’t any relation between learning

motivation and learning achievement (sig. (2 tailed) = 0,232 > 0,05); 2) there isn’t any relation between learning environment and learning achievement (sig. (2- tailed) = 0,799 > 0,05).


(3)

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BELAJAR

DAN LINGKUNGAN BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR

Studi Kasus Pada Mahasiswa TA 2014 Program Studi Pendidikan Ekonomi BKK Pendidikan Akuntansi

Universitas Sanata Dharma SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi

Oleh:

CLARA CHINTA IMANDA NIM : 11 1334 036

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2015


(4)

i

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BELAJAR

DAN LINGKUNGAN BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR

Studi Kasus Pada Mahasiswa TA 2014 Program Studi Pendidikan Ekonomi BKK Pendidikan Akuntansi

Universitas Sanata Dharma SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi

Oleh:

CLARA CHINTA IMANDA NIM: 11 1334 036

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2015


(5)

(6)

(7)

iv

PERSEMBAHAN

Dengan sepenuh hatiku persembahkan karya ini untuk:

TuhanYesus yang senantiasa memberikan perlindungan dan

kekuatan

Orang Tua dan keluarga yang telah memberikan motivasi,

doa, semangat dan kasih sayang

Sahabat sayaAngel, Rere, Bono, Junita dan teman-teman yang

sudah membantu dan selalu mendukung


(8)

v

MOTTO

Hanya orang yang memiliki mimpi dan

mau berusaha untuk mewujudkannya

yang memiliki peluang untuk menjadi

sukses.

Jika kamu hanya mendengarkan

apa yang dikatakan orang,

kamu akan gila, lakukanlah

apa yang kamu yakini benar.

Do your best

Give your best

Live your best

That is the real and authentic life

Seberat apapun

cobaan yang ku hadapi,

aku yakin

Engkau tidak akan pernah

meninggalkanku


(9)

(10)

(11)

viii

ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BELAJAR DAN LINGKUNGAN BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR

Studi Kasus Pada Mahasiswa TA 2014 Program Studi Pendidikan Ekonomi BKK Pendidikan Akuntansi

Universitas Sanata Dharma Clara Chinta Imanda Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2015

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) hubungan motivasi belajar dengan prestasi belajar, 2) hubungan lingkungan belajar dengan prestasi belajar.

Penelitian ini merupakan penelitian studi kasus.Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Maret 2015. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi yang berjumlah 321. Sampel penelitian ini sebanyak 55 mahasiswa.Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling.Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner, wawancara dan dokumentasi.Teknik analisis data menggunakan korelasi Spearman.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) tidak ada hubungan motivasi belajar dengan prestasi belajar (sig. (2-tailed) = 0,232 > 0,05); 2) tidak ada hubungan lingkungan belajar dengan prestasi belajar (sig. (2-tailed) = 0,799 > 0,05).


(12)

ix

ABSTRACT

THE RELATIONSHIP BETWEEN LEARNING MOTIVATION AND LEARNING ENVIRONMENT WITH LEARNING ACHIEVEMENT

A Study Case on The 2014 Batch Students of The Program of Economic Study Special Expertise in Accounting Education

Sanata Dharma University Clara Chinta Imanda Sanata Dharma University

Yogyakarta 2015

This research aims to find out: 1) the relationship between learning motivation and learning achievement, 2) the relationship between learning environment and learning achievement.

This research is a case study. This research was carried out in March 2015. The population on this research was all students of Study Program of Economic Education of Expertise Specific Accounting Education which consisted of 321. The samples in this research were 55 students. The technique of taking the samples was purposive sampling. The technique of gathering the data were questionnaire, interview, and documentation. The technique of analysis was spearmen correlation.

The results of research show that: 1) there isn’t any relation between learning motivation and learning achievement (sig. (2 tailed) = 0,232> 0,05); 2) there isn’t any relation between learning environment and learning achievement (sig. (2- tailed) = 0,799> 0,05).


(13)

x

KATA PENGANTAR

Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan karunia-NYA, sehingga skripsi yang berjudul Hubungan Motivasi Belajar Dan Lingkungan Belajar Dengan Prestasi Belajar studi kasus pada mahasiswa TA 2014 Program Studi Pendidikan Ekonomi BKK Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma ini dapat diselesaikan dengan baik.

Skripsi ini disusun guna memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan, Program Studi Pendidikan Akuntansi. Selain itu diharapkan dapat memberikan manfaat bagi mahasiswa Universitas Sanata Dharma, dan penulis sendiri.

Selama penulisan skripsi ini, penulis telah banyak mendapat dorongan dan bantuan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghormatan kepada:

1. Bapak Rohandi, Ph. D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma

2. Bapak Ignatius Bondan Suratno,S.Pd., M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial dan Ketua Program Studi Pendidikan Akuntansi 3. Bapak Agustus Heri Nugroho, S.Pd.,M.Pd selaku dosen pembimbing yang

telah berkenan memberikan bimbingan dan pengarahan selama penulisan skripsi ini.


(14)

(15)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan Masalah ... 5

C. Rumusan Masalah ... 5

D. Tujuan Penelitian ... 5

E. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Motivasi Belajar ... 7

B. Indikator Motivasi Belajar ... 13

C. Teori dan Kebutuhan Motivasi Belajar ... 17

D. Lingkungan Belajar ... 21

E. Macam-macam Lingkungan Belajar ... 23

F. Indikator Lingkungan Belajar ... 26

G. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Lingkungan Belajar ... 32

H. Prestasi Belajar ... 37

I. Kerangka Berpikir 1. Hubungan Motivasi Belajar Dengan Prestasi Belajar ... 43

2. Hubungan Lingkungan Belajar Dengan Prestasi Belajar ... 44

J. Hipotesis Penelitian ... 45

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 46

B. Waktu danTempat Penelitian ... 46

C. Subjek dan Objek Penelitian ... 47

D. Populasi dan Sampel Penelitian ... 47

E. Paradigma Penelitian ... 49


(16)

xiii

G. Teknik Pengumpulan data ... 54

H. Teknik Pengujian Instrumen 1. Pengujian Validitas... 55

2. Pengujian Reliabilitas ... 60

I. Teknik Analisis Data ... 62

BAB IV GAMBARAN UMUM A. Sejarah Universitas Sanata Dharma ... 65

B. Visi, Misi dan Tujuan Universitas Sanata Dharma ... 68

C. Struktur Organisasi ... 70

D. Sejarah Program Studi Pendidikan Ekonomi BKK Pendidikan Akuntansi ... 70

E. Sumber Daya Manusia ... 72

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ... 73

B. Pengujian Prasyarat Analisis Data 1. Pengujian Normalitas ... 76

2. Pengujian Hipotesis ... 79

C. Pembahasan ... 82

BAB VI KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN A. Kesimpulan ... 86

B. Keterbatasan ... 87

C. Saran ... 87

DAFTAR PUSTAKA ... 89 LAMPIRAN


(17)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Hasil Pra Penelitian ... 4

Tabel 3.1 Kisi-Kisi Indikator Variabel Penelitian Motivasi Belajar ... 51

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Indikator Variabel Penelitian Lingkungan Belajar ... 53

Tabel 3.3 Hasil Uji Validitas Variabel Motivasi Belajar (1) ... 56

Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas Variabel Motivasi Belajar (2) ... 57

Tabel 3.5 Hasil Uji Validitas Variabel Motivasi Belajar (3) ... 58

Tabel 3.6 Hasil Uji Validitas Variabel Lingkungan Belajar (1)... 58

Tabel 3.7 Hasil Uji Validitas Variabel Lingkungan Belajar (2)... 59

Tabel 3.8 Hasil Uji Validitas Variabel Lingkungan Belajar (3)... 60

Tabel 3.9 Hasil Uji Reliabilitas ... 61

Tabel 4.0 Tingkat Korelasi Dan Kekuatan Arah Hubungan ... 63

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Motivasi Belajar ... 73

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Lingkungan Belajar ... 74

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar ... 75

Tabel 5.4 Hasil Uji Normalitas Motivasi Belajar Dengan Prestasi Belajar ... 77

Tabel 5.5 Hasil Uji Normalitas Lingkungan Belajar Dengan Prestasi Belajar ... 78

Tabel 5.6 Hasil Uji Korelasi Motivasi Belajar Dengan Prestasi Belajar ... 79

Tabel 5.7 Hasil Uji Korelasi Lingkungan Belajar Dengan Prestasi Belajar ... 81


(18)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN I KUESIONER PENELITIAN ... 93

LAMPIRAN II DATA INDUK PENELITIAN ... 99

LAMPIRAN III UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS ... 106

LAMPIRAN IV UJI NORMALITAS ... 113

LAMPIRAN V PAP TIPE II ... 120

LAMPIRAN VI UJI KORELASI SPEARMAN ... 124

LAMPIRAN VII R TABEL ... 126


(19)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Masa kuliah adalah masa yang penuh dengan pengalaman dan kenangan. Setiap mahasiswa memiliki pengalaman, baik-buruk, susah-senang dan banyak macam lainnya. Setiap orang memiliki cara dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah saat kuliah. Jam kuliah yang kadang tidak teratur, praktikum dan sebagainya membuat mahasiswa kesulitan mengatur jadwal belajarnya.

Mahasiswa suatu universitas mempunyai satu tujuan yang sama yaitu menuntut ilmu, menjadi pribadi yang lebih baik, mendapatkan gelar sarjana, mempunyai keahlian di bidang pendidikan yang digeluti dan bisa melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi lagi atau bahkan bekerja. Dari tujuan itulah mahasiswa mempunyai dorongan untuk melakukan tindakan belajar.

Fenomena yang bisa penulis lihat saat ini adalah menurunnya motivasi belajar mahasiswa dalam menghadapi tugas- tugas kuliah. Tugas kuliah yang diberikan biasanya terdiri dari berbagai macam jenis seperti membuat makalah, presentasi, penelitian, dan lain-lain. Setiap tugas kuliah yang diberikan oleh dosen memiliki tingkat kesulitan masing-masing. Seharusnya dengan semakin berkembangnya teknologi, mahasiswa dapat lebih mudah dan cepat dalam mengerjakan tugas-tugas kuliahnya.


(20)

Namun pada kenyataannya tidak sedikit mahasiswa yang pada akhirnya dapat menyelesaikan tugas kuliahnya sampai pada hari terakhir tugas tersebut dikumpul. Sehingga tugas-tugas tersebut menjadi menumpuk dan mengerjakan tugas yang menumpuk bisa menjadi sangat melelahkan, terutama jika tidak memiliki waktu banyak atau dikejar deadline yang cukup singkat.

Dan sering kali jumlah waktu mereka untuk belajar atau mengerjakan tugas tugas hanya sedikit dari pada waktu diluar aktivitas belajarnya, sehingga mereka selalu berpacu dengan waktu dan berusaha secepat mungkin untuk menyelesaikan semua tugasnya. Hal tersebut membuat mahasiswa merasakan kecemasan yang semakin tinggi dan terjadilah stress. Terlebih jika tugas kuliah tersebut merupakan tugas yang harus menyertakan teori, yang artinya mahasiswa harus banyak membaca dan mencari buku. Hal ini membuat motivasi belajar mahasiswa dalam menghadapi tugas kuliah tersebut menjadi menurun dan malas untuk mengerjakannya.

Dampak dari motivasi belajar yang menurun akan terlihat pada prestasi belajarnya nanti. Jika tidak ada perubahan dalam perilaku belajarnya, maka prestasi belajarnya tidak akan mengalami peningkatan. Maka dari itu ketika motivasi mahasiswa menurun perlu peran orang-orang yang ada di sekitar mereka, seperti orang tua, teman ataupun dosen. Dengan adanya orang tua, teman ataupun dosen, mahasiswa bisa menceritakan segala kesulitan yang mereka hadapi saat mengerjakan tugas kuliah dan membuat perasaan cemas mereka menjadi berkurang.


(21)

Fenomena lain yang muncul adalah adanya teknologi yang semakin berkembang internet bisa diakses di mana saja, seperti fasilitas internet yang tersedia di kampus yaitu Universitas Sanata Dharma memberikan dampak yang besar bagi pencari informasi khususnya bagi kalangan mahasiswa. Mahasiswa merupakan pengguna internet yang sangat aktif saat ini dan mereka bisa menggunakannya 3 sampai 5 jam dalam satu hari. Mahasiswa dapat dengan mudah menggunakan dan mengakses informasi-informasi pada saat waktu luang bersama teman-teman. Cara mengaksesnya pun mudah mereka hanya tinggal

login dari alat gadget mereka baik menggunakan handphone, tablet atau laptop. Terkadang ada beberapa mahasiswa yang datang ke kampus bukan untuk kuliah saja, melainkan datang hanya untuk menggunakan fasilitas internet tersebut. Namun pada kenyataannya kebanyakan mahasiswa dalam menggunakan fasilitas internet bukan digunakan untuk mencari sumber belajar, tetapi digunakan untuk hal yang lain seperti facebook, youtube atau mendownload lagu atau film.

Oleh karena banyaknya pengguna, jaringan internet menjadi lambat dan susah. Dari pihak Universitas Sanata Dharma pun sempat menutup jaringan yang berhubungan dengan media sosial, dengan tujuan agar mahasiswa bisa memanfaatkan fasilitas internet tersebut dengan baik. Ketika mahasiswa sudah asyik dengan media sosialnya, seringkali mereka melupakan kewajiban utama yaitu belajar. Mahasiswa menjadi jarang dalam mengerjakan tugas.

Ketika sudah waktunya tugas dikumpul biasanya mahasiswa mencari teman yang sama dalam mengerjakan tugas dan biasanya pengerjaanya saat hari terakhir tugas tersebut diserahkan atau yang biasa dikenal dengan sistem kebut semalam.


(22)

Perilaku belajar mahasiswa dengan sambil bermain gadget seperti itu menyebabkan konsentrasi mereka dalam belajar menjadi tidak fokus. Jika mahasiswa tidak bisa mengatur kegiatan dan waktu untuk belajarnya sampai kapanpun belajarnya tidak ada peningkatan dan prestasi belajarnya juga ikut tidak mengalami peningkatan.

Namun berdasarkan hasil wawancara saya dengan 10 orang mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi TA 2014 dan 2011, semuanya mengatakan prestasi belajarnya termasuk dalam kriteria baik. Rata-rata IPK mereka termasuk dalam predikat yang baik atau sangat memuaskan. Hal tersebut dapat dibuktikan dari tabel berikut dibawah ini:

Tabel 1.1

Tabel Hasil Wawancara Pra Penelitian

No Nama IPK Keterangan

1. Angela Astri Purwanti 3,32 Baik

2. Lukas Willy D.K 3,07 Baik

3. Irwan 3,00 Baik

4. Junita Sidauruk 3,14 Baik

5. Agustinus Deya 3,14 Baik

6. Rosta Natalia 3,3 Baik

7. Aknes Suparyati 3,68 Baik

8. Yulia Mega Sari 3,32 Baik

9. Bernadetha Yasinta 3,5 Baik 10. Arum Pandan Wangi 3,14 Baik

Hal ini yang membuat saya tertarik untuk melakukan penelitian tersebut. Berdasarkan latar belakang di atas penulis ingin mengadakan penelitian mengenai “Hubungan Antara Motivasi Belajar dan Lingkungan Belajar dengan Prestasi Belajar”.


(23)

Penelitian ini merupakan studi kasus pada Mahasiswa TA 2014 Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma.

B. Batasan Masalah

Dalam penelitian ini penulis hanya membatasi permasalahan pada hubungan antara motivasi belajar dan lingkungan belajar dengan prestasi belajar. Studi kasus pada Mahasiswa TA 2014 Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas penulis mengambil rumusan masalah sebagai berikut:

1. Apakah ada hubungan motivasi belajar dengan prestasi belajar ? 2. Apakah ada hubungan lingkungan belajar dengan prestasi belajar ?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini yaitu:

1. Untuk mengetahui adanya hubungan motivasi belajar dengan prestasi belajar. 2. Untuk mengetahui adanya hubungan lingkungan belajar dengan prestasi


(24)

E. Manfaat Penelitian 1. Bagi Mahasiswa

Hasil penelitian diharapkan dapat sebagai masukan agar lebih mendorong mahasiswa untuk memiliki motivasi belajar yang tinggi. Selain itu mahasiswa juga harus lebih bisa memilah dan memilih mana lingkungan belajar yang baik dan yang tidak, sehingga prestasi belajar mahasiswa tetap baik.

2. Bagi penulis

Untuk dapat mengetahui secara nyata tentang hubungan antara motivasi belajar dan lingkungan belajar dengan prestasi belajar mahasiswa TA 2014 Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi.

3. Bagi Universitas Sanata Dharma

Sebagai tambahan sumber bacaan perpustakaan Universitas Sanata Dharma dan sebagai acuan bagi peneliti lebih lanjut.

4. Bagi Peneliti Lainnya

Hasil penelitian diharapkan akan banyak memberi bekal dan manfaat kepada peneliti lainnya agar lebih peduli terhadap dunia pendidikan, khususnya berkaitan dengan penelitian yang dilakukan.


(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Motivasi Belajar

Motivasi berasal dari kata “motif” diartikan sebagai daya upaya yang

mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan didalam subyek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Bahkan motif dapat diartikan sebagai suatu kondisi intern. Berawal dari kata motif itu, maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Motif menjadi aktif pada saat-saat tertentu, terutama bila mencapai tujuan sangat dirasakan atau mendesak.

Menurut Mc. Donald (Sardirman, 2011:73), motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Dari pengertian yang dikemukakan Mc. Donald ini mengandung tiga elemen penting.

1. Bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap individu manusia. Perkembangan motivasi akan membawa beberapa

perubahan energi didalam sistem “neurophysiological” yang ada pada manusia. Karena menyangkut perubahan energi manusia, penampakannya akan menyangkut kegiatan fisik manusia.


(26)

2. Motivasi ditandai dengan munculnya rasa atau “feeling” dan afeksi seseorang.

Dalam hal ini motivasi relevan dengan persoalan-persoalan kewajiban, afeksi dan emosi yang dapat menentukan tingkah laku.

3. Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Jadi motivasi dalam hal ini sebenarnya merupakan respons dari suatu aksi, yaitu tujuan. Motivasi memang muncul dari dalam diri manusia, tetapi kemunculannya karena terangsang atau terdorong oleh adanya unsur lain dalam hal ini tujuan. Tujuan ini akan menyangkut soal kebutuhan.

Dengan ketiga elemen di atas, maka dapat dikatakan bahwa motivasi itu sebagai sesuatu yang kompleks. Motivasi akan menyebabkan terjadinya suatu perubahan energi yang ada pada diri manusia, sehingga akan bergayut dengan persoalan gejala kejiwaan, perasaan dan juga emosi untuk kemudian bertindak atau melakukan sesuatu. Semua ini didorong karena adanya tujuan, kebutuhan atau keinginan.

Mahasiswa yang memiliki motivasi kuat akan mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar. Ibaratnya seseorang itu menghadiri ceramah, tetapi karena ia tidak tertarik pada materi yang diceramahkan maka tidak akan mencamkan apalagi mencatat isi ceramah tersebut. Seseorang tidak memiliki motivasi kecuali karena paksaan atau sekedar seremonial. Seseorang yang memiliki intelegensia cukup tinggi, boleh jadi gagal karena kekurangan motivasi. Hasil belajar akan optimal kalau ada motivasi yang tepat.


(27)

M. Dalyono (Udin, 2005) memaparkan bahwa “motivasi adalah daya penggerak atau pendorong untuk melakukan sesuatu pekerjaan yang berasal dari dalam diri dan juga dari luar". Sartain (Udin, 2005) mengatakan bahwa motivasi adalah suatu pernyataan yang kompleks didalam suatu organisme yang mengarahkan tingkah laku terhadap suatu tujuan. Tujuan adalah yang membatasi atau menentukan tingkah laku organism itu. Dengan demikian motivasi dalam proses pembelajaran sangat dibutuhkan untuk terjadinya percepatan dalam mencapai tujuan pendidikan dan pembelajaran secara khusus.

Motivasi dapat juga dikatakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka maka akan berusaha untuk meniadakan atau mengelakan perasaan tidak suka itu. Jadi motivasi dapat dirangsang oleh faktor dari luar tetapi motivasi itu adalah tumbuh didalam diri seseorang. Dalam kegiatan belajar motivasi dapat dikatakan sebagai daya penggerak didalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subyek belajar itu dapat tercapai. Dikatakan keseluruhan karena pada umumnya ada beberapa motif yang bersama-sama menggerakkan siswa untuk belajar. Menurut Maslow (Djamarah, 2011:149) sangat percaya bahwa tingkah laku manusia dibangkitkan dan diarahkan oleh kebutuhan-kebutuhan tertentu seperti kebutuhan fisiologis, rasa aman, rasa cinta, penghargaan, aktualisasi diri, mengetahui dan mengerti dan kebutuhan estetik.


(28)

Kebutuhan- kebutuhan inilah menurut Maslow yang mampu memotivasi tingkah laku individu. Oleh karena itu, apa yang seseorang lihat sudah tentu akan membangkitkan minatnya sejauh apa yang ia lihat itu mempunyai hubungan dengan kepentingan sendiri. Seseorang yang melakukan aktivitas belajar secara terus menerus tanpa motivasi dari luar dirinya merupakan motivasi intrinsik yang sangat penting dalam aktivitas belajarnya. Namun seseorang yang tidak mempunyai keinginan untuk belajar, dorongan dari luar dirinya merupakan motivasi esktrinsik yang diharapkan. Oleh karena itu motivasi ekstrinsik diperlukan bila motivasi intrinsik tidak ada dalam diri seseorang sebagai subyek belajar.

Menurut sadirman (1996 :73) motif yang sudah aktif disebut motivasi. Motivasi merupakan proses yang tidak dapat diamati, tetapi bisa ditafsirkan melalui tindakan individu yang bertingkah laku sehingga motivasi merupakan kontruksi jiwa. Kedudukan motivasi sejajar dengan isi jiwa sebagai cipta, karsa dan rasa yang merupakan tridaya. Apabila cipta, karsa dan rasa yang melekat pada diri seseorang, dikombinasikan dengan motivasi dapat menjadi catur daya atau empat dorongan kekuatan yang dapat mengarahkan individu mencapai tujuan dan memenuhi kebutuhan. Berawal dari arti motif maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Motivasi yang ada pada setiap orang memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Tekun menghadapi tugas 2. Ulet menghadapi kesulitan


(29)

4. Lebih senang bekerja mandiri 5. Cepat bosan pada tugas yang rutin 6. Dapat mempertahankan pendapatnya 7. Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini

8. Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal

James O Whittaker (soemanto, 1983:193) motivasi adalah kondisi-kondisi atau keadaan yang mengaktifkan atau memberi dorongan kepada makhluk untuk bertingkah laku mencapai tujuan yang ditimbulkan oleh motivasi tersebut. Sedangkan menurut Egsenck (Dzaki, 2009) motivasi merupakan suatu proses yang menentukan tingkatan kegiatan, intensitas, konsisten, serta arah umum dari tingkah laku manusia. Seseorang termotivasi atau terdorong untuk melakukan sesuatu karena adanya tujuan atau kebutuhan yang hendak dicapai.

Menurut Uno (Fauzi, 2012) motivasi yang berperan dalam mendorong individu untuk menyelesaikan tugas adalah motivasi beprestasi. Menurut MzClelland (Fauzi, 2012) mengungkapkan bahwa motivasi berprestasi merupakan motivasi yang berhubungan dengan pencapaian beberapa standar kepandaian atau standar keunggulan. Standar-standar itu akan memperngaruhi individu dalam usaha memperoleh pencapaian keberhasilan, termasuk dalam bidang pendidikan. Menurut Atkinson (Fauzi, 2012) menambahkan bahwa seseorang yang memiliki motivasi berprestasi akan cenderung berjuang untuk mencapai sukses atau memilih kegiatan yang berorientasi untuk tujuan suskes.


(30)

Kondisi tersebut akan menentukan individu dalam menyelesaikan setiap tugas akademik, sehingga individu akan cenderung untuk melakukan atau bahkan menghindari prokrastinasi akademik.

Istilah prokrastinasi berasal dari bahasa latin dengan awalan “pro” yang berarti mendorong maju atau bergerak maju. Dan akhiran “crastinus” yang berarti keputusan hari esok. Apabila kedua kata tersebut digabungkan, maka akan menjadi “menangguhkan” atau “menunda” sampai hari berikutnya. Istilah prokrastinasi pertama kali digunakan oleh Brown dan Holzman (Fauzi, 2012) untuk menunjukkan suatu kecenderungan menunda-nunda penyelesaian tugas atau pekerjaan. Menurut Ghufron (Fauzi, 2012) prokrastinasi digunakan untuk menunjukkan suatu kecenderungan menunda-nunda pekerjaan dan penyelesaian suatu tugas yang berhubungan dengan aktivitas akademik seperti tugas perkuliahan, belajar menghadapi ujian, dan lain-lain. Setiap penundaan tersebut dilakukan oleh individu secara berulang-ulang dengan sengaja dan menimbulkan perasaan tidak nyaman misalnya perasaan cemas, merasa bersalah, panik dan lain-lain. Individu yang melakukan prokrastinasi akademik mempunyai kesulitan untuk melakukan sesuatu batas waktu yang telah ditentukan, sering mengalami keterlambatan, mempersiapkan sesuatu dengan sangat berlebih dan gagal dalam menyelesaikan tugas akademik sesuai dengan batas waktu yang telah ditentukan.


(31)

B. Indikator Motivasi Belajar

Menurut Uno (Wahyono, 2014), indikator motivasi belajar dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Adanya hasrat dan keinginan berhasil

Hasrat dan keinginan untuk berhasil dalam belajar dan dalam kehidupan sehari-hari pada umumnya disebut motif berprestasi, yaitu motif untuk berhasil dalam melakukan suatu tugas dan pekerjaan atau motif untuk memperoleh kesempurnaan. Motif semacam ini merupakan unsur kepribadian dan perilaku manusia, sesuatu yang berasal dari dalam diri manusia yang bersangkutan. Motif berprestasi adalah motif yang dapat dipelajari, sehingga motif itu dapat diperbaiki dan dikembangkan melalui proses belajar. Seseorang yang mempunyai motif berprestasi tinggi cenderung untuk berusaha menyelesaikan tugasnya secara tuntas, tanpa menunda-nunda pekerjaanya. Penyelesaian tugas semacam ini bukanlah karena dorongan dari luar diri,melainkan upaya diri. 2. Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar

Penyelesaian suatu tugas tidak selamanya dilatar belakangi oleh motif berprestasi atau keinginan untuk berhasil, kadang kala seorang individu menyelesaikan suatu pekerjaan sebaik orang yang memiliki motif berprestasi tinggi, justru karena dorongan menghindari kegagalan yang bersumber pada ketakutan akan kegagalan itu.


(32)

Seorang anak didik mungkin tampak bekerja dengan tekun karena kalau tidak dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik, maka dia akan mendapat malu dari dosennya, atau di olok-olok temannya, atau bahkan dihukum oleh orang tua.

Dari keterangan di atas tampak bahwa ‘’keberhasilan’’ anak didik tersebut disebabkan oleh dorongan atau rangsangan dari luar dirinya.

3. Adanya Harapan dan Cita-cita Masa Depan

Harapan didasari pada keyakinan bahwa orang dipengaruhi oleh perasaan mereka tantang gambaran hasil tindakan mereka contohnya orang yang menginginkan kenaikan pangkat akan menunjukkan kinerja yang baik kalau mereka menganggap kinerja yang tinggi diakui dan dihargai dengan kenaikan pangkat.

4. Adanya Penghargaan Dalam Belajar

Pernyataan verbal atau penghargaan dalam bentuk lainnya terhadap prilaku yang baik atau hasil belajar anak didik yang baik merupakan cara paling mudah dan efektif untuk meningkatkan motif belajar anak didik kepada hasil belajar

yang lebih baik. Pernyataan seperti ‘’bagus’’, ‘’hebat’’ dan lain-lain disamping akan menyenangkan siswa, pernyataan verbal seperti itu juga mengandung makna interaksi dan pengalaman pribadi yang langsung antara siswa dan guru, dan penyampaiannya konkret, sehingga merupakan suatu persetujuan pengakuan sosial, apalagi kalau penghargaan verbal itu diberikan didepan orang banyak.


(33)

5. Adanya Kegiatan yang Menarik Dalam Belajar

Baik simulasi maupun permainan merupakan salah satu proses yang sangat menarik bagi siswa. Suasana yang menarik menyebabkan proses belajar menjadi bermakna. Sesuatu yang bermakna akan selalu diingat, dipahami, dan dihargai. Seperti kegiatan belajar seperti diskusi, brain storming, pengabdian masyarakat dan sebagainya.

6. Adanya Lingkungan Belajar yang Kondusif

Pada umumnya motif dasar yang bersifat pribadi muncul dalam tindakan individu setelah dibentuk oleh lingkungan. Oleh karena itu motif individu untuk melakukan sesuatu misalnya untuk belajar dengan baik, dapat dikembangkan, diperbaiki, atau diubah melalui belajar dan latihan, dengan perkataan lain melalui pengaruh lingkungan Lingkungan belajar yang kondusif salah satu faktor pendorong belajar anak didik, dengan demikian anak didik mampu memperoleh bantuan yang tepat dalam mengatasi kesulitan atau masalah dalam belajar.

Abin Syamsuddin Makmun (Mulyana, 2012) mengemukakan bahwa untuk memahami motivasi dapat dilihat dari beberapa indikator, diantaranya:

a. Durasi kegiatan (berapa lama penggunaan waktunya untuk melalukan kegiatan). b. Frekuensi kegiatan (berapa sering kegiatan dalam periode waktu tertentu). c. Presistensi (ketetapan dan kelekatannya) pada tujuan kegiatan.

d. Ketabahan, keuletan, dan kemampuan dalam menghadapi rintangan dan kesulitan.


(34)

e. Devosi (pengabdian) dan pengorbanan (uang, tenaga, fikiran) untuk mencapai tujuan.

f. Tingkat aspirasinya (maksud, rencana, cita-cita, sasaran) yang hendak dicapai dengan kegiatan yang dilakukan.

g. Tingkat kualifikasi prestasi atau produk (output) yang dicapai dari kegiatan yang dilakukan (memuaskan atau tidak).

h. Arah sikap terhadap sasaran kegiatan (suka atau tidak, positif atau negatif). Menurut Martin Handoko (Nashif, 2012) untuk mengetahui kekuatan motivasi belajar siswa dapat dilihat dari beberapa indikator sebagai berikut:

a. adanya kemauan untuk berbuat.

b. Jumlah waktu yang disediakan untuk belajar. c. Kerelaan meninggalkan kewajiban/tugas yang lain. d. Ketekunan dalam mengerjakan tugas.

Sejalan dengan pendapat diatas, menurut Sardiman (Nashif, 2012) indikator motivasi belajar sebagai berikut:

a. Tekun menghadapi tugas.

b. Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa).

c. Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah orang dewasa. d. Lebih senang bekerja mandiri.

e. Dapat mempertahankan pendapatnya. f. Cepat bosan pada tugas – tugas rutin


(35)

C. Kebutuhan Dan Teori Motivasi

Dalam persoalan kebutuhan dan teori motivasi, Skinner (Rohmah, 2012:245) lebih cenderung merumuskan dalam bentuk mekanisme stimulus dan respons. Mekanisme hubungan stimulus dan respons inilah akan memunculkan suatu aktivitas. Kemudian dalam hubungannya dengan kegiatan belajar yang penting bagaimana menciptakan kondisi atau suatu proses yang mengarahkan si mahasiswa itu melakukan aktivitas belajar. Dalam hal ini peran dosen sangat penting. Bagaimana dosen melakukan usaha untuk dapat menumbuhkan dan memberikan motivasi agar mahasiswa melakukan aktivitas belajar dengan baik. Untuk dapat belajar dengan baik diperlukan proses dan motivasi yang baik pula. Itulah maka ahli psikologi pendidikan mulai memperhatikan soal motivasi yang baik. Dalam hal ini perlu ditegaskan bahwa motivasi tidak pernah dikatakan baik, apabila tujuan yang diinginkan juga tidak baik. Sebagai contoh kalau motif yang timbul untuk suatu perbuatan belajar, karena rasa takut atau hukuman maka faktor-faktor yang kurang enak dilibatkan ke dalam situasi belajar akan menyebabkan kegiatan belajar tersebut menjadi kurang efektif dan hasilnya kurang tahan lama, kalau dibandingkan perbuatan belajar yang didukung oleh motif yang menyenangkan. Sehingga dalam kegiatan belajar kalau tidak melalui proses dengan didasari motif yang baik atau mungkin karena rasa takut dan terpaksa jelas akan menghasilkan hasil belajar yang semu, tidak otentik dan tidak tahan lama.


(36)

Memberikan motivasi kepada seorang mahasiswa, berarti menggerakan mahasiswa untuk melakukan sesuatu atau ingin melakukan sesuatu. Pada tahap awalnya akan menyebabkan si subyek belajar merasa ada kebutuhan dan ingin melakukan sesuatu kegiatan belajar. Menurut Morgan (Rohmah, 2012:246), manusia hidup dengan memiliki berbagai kebutuhan.

1. Kebutuhan untuk berbuat sesuatu untuk suatu aktivitas

Hal ini sangat penting bagi anak karena perbuatan sendiri itu mengandung suatu kegembiraan baginya. Sesuai dengan konsep ini, bagi orang tua yang memaksa anak untuk diam di rumah saja adalah bertentangan dengan hakikat anak. Activities in it self is a pleasure. Hal ini dapat dihubungkan dengan suatu kegiatan belajar bahwa pekerjaan atau belajar itu akan berhasil kalau disertai dengan rasa gembira.

2. Kebutuhan untuk menyenangkan orang lain

Banyak orang yang dalam kehidupannya memiliki motivasi untuk banyak berbuat sesuatu demi kesenangan orang lain. Harga diri seseorang dapat dinilai dari berhasil tidaknya usaha memberikan kesenangan pada orang lain. Hal ini sudah barang tentu merupakan kepuasan dan kebahagiaan tersendiri bagi orang yang melakukan kegiatan tersebut. Konsep ini dapat diterapkan pada berbagai kegiatan, misalnya anak-anak itu rela bekerja atau para siswa itu rajin atau rela belajar apabila diberikan motivasi untuk melakukan sesuatu kegiatan belajar untuk orang yang disukainya (misalnya bekerja, belajar demi orang tua, atau orang yang sudah dewasa akan bekerja, belajar demi seseorang calon teman hidup.


(37)

3. Kebutuhan untuk mencapai hasil

Suatu pekerjaan atau kegiatan belajar itu akan berhasil baik, kalau disertai

dengan “pujian”. Aspek pujian ini merupakan dorongan bagi seseorang untuk

bekerja dan belajar dengan giat. Apabila hasil pekerjaan atau usaha belajar itu tidak dihiraukan orang lain atau guru atau orang tua misalnya boleh jadi kegiatan anak menjadi berkurang. Dalam kegiatan belajar mengajar istilahnya perlu dikembangkan unsur reinforcement. Pujian atau reinforcement ini harus selalu dikaitkan dengan prestasi yang baik. Anak-anak harus diberi kesempatan seluas-luasnya untuk melakukan sesuatu dengan hasil yang optimal, sehingga ada “sense of success”. Dalam kegiatan belajar mengajar, pekerjaan atau kegiatan ini harus dimulai dari yang mudah atau sederhana dan bertahap menuju sesuatu yang semakin sulit atau kompleks.

4. Kebutuhan untuk mengatasi kesulitan

Suatu kesulitan atau hambatan, mungkin cacat, mungkin menimbulkan rasa rendah diri tetapi hal ini menjadi dorongan untuk mencari kompensasi dengan uaha yang tekun dan luar biasa sehingga tercapai kelebihan atau keunggulan dalam bidang tertentu. Sikap anak terhadap kesulitan atau hambatan ini sebenarnya banyak bergantung pada keadaan dan sikap lingkungan. Sehubungan dengan ini maka peranan motivasi sangat penting dalam upaya menciptakan kondisi-kondisi tertentu yang lebih kondusif bagi mereka untuk berusaha agar memperoleh keunggulan. Kebutuhan manusia seperti telah dijelaskan diatas senantiasa akan selalu berubah.


(38)

Begitu juga motif, motivasi yang selalu berkait dengan kebutuhan tentu akan berubah-ubah atau bersifat dinamis sesuai dengan keinginan dan perhatian manusia. Relevan dengan soal kebutuhan itu maka timbulah teori tentang motivasi. Teori tentang motivasi ini lahir dan awal perkembanganya ada dikalangan para psikolog. Menurut ahli ilmu jiwa, dijelaskan bahwa dalam motivasi itu ada suatu hierarki. Maksudnya motivasi itu ada tingkatan-tingkatanya yakni dari bawah ke atas. Dalam hal ini ada beberapa teori tentang motivasi yang selalu bergayut dengan soal kebutuhan.

a. Kebutuhan fisiologis, seperti lapar, haus, kebutuhan untuk istirahat dan sebagainya.

b. Kebutuhan akan keamanan yakni rasa aman, bebas dari rasa takut dan kecemasan

c. Kebutuhan akan cinta dan kasih, rasa diterima dalam suatu masyarakat atau golongan

d. Kebutuhan untuk mewujudkan diri sendiri yakni mengembangkan bakat dengan usaha mencapai hasil dalam bidang pengetahuan, sosial, dan pembentukan pribadi.


(39)

D. Lingkungan Belajar

1. Pengertian Lingkungan Belajar

Dari perpaduan kata “lingkungan” dan “belajar”, secara sederhana dapat

dirumuskan pengertian lingkungan belajar yaitu suatu tempat atau suasana yang memengaruhi proses perubahan tingkah laku manusia.

Dari penjelasan tersebut dapat dilanjutkan bahwa perubahan-perubahan yang diakibatkan lingkungan dapat bersifat menetap dan relatif permanen. Semakin kuat pengaruh lingkungan tersebut maka perubahan akan terjadi pada subyek belajar diprediksikan akan semakin tinggi pula. Inilah kehebatan pengaruh lingkungan terhadap perilaku seseorang. Untuk akan sangat tidak bijak, apabila seseorang menampilkan saja peran lingkungan bagi perkembangan dan pertumbuhan individu.

Menurut Hadikusumo (Dhanalana, 1999) Lingkungan pendidikan adalah segala kondisi dan pengaruh dari luar terhadap kegiatan pendidikan. Sedangkan lingkungan pendidikan menurut Tirtarahardjadan La Sulo (Dhanalana, 1999) adalah latar tempat berlangsungnya pendidikan. Berdasarkan pengertian dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksudkan lingkungan belajar adalah tempat berlangsungnya kegiatan belajar yang mendapatkan pengaruh dari luar terhadap keberlangsungan kegiatan tersebut. Hutabarat (Martini, 2011) lingkungan belajar adalah segala sesuatu yang terdapat di tempat belajar. Sedangkan Nasution (Martini, 2011), lingkungan belajar yaitu lingkungan alami dan lingkungan sosial. Lingkungan alami seperti keadaan suhu, kelembapan udara.


(40)

Sedangkan lingkungan sosial dapat bewujud manusia dan representatifnya maupun berwujud hal-hal lain. Prestasi belajar itu salah satunya dipengaruhi oleh lingkungan belajar. Menurut Dunn (Martini, 2011) Lingkungan belajar adalah kondisi belajar yang dapat mempengaruhi konsentrasi, penyerapan, dan penerimaan informasi. Tempat belajar sebaiknya tenang tidak banyak gangguan suara bising dan gaduh. Suara bising dan gaduh dapat mengganggu konsentrasi belajar. Slameto (Martini, 2011) “Rumah yang bising dengan suara radio, tape recorder atau TV pada waktu belajar, juga mengganggu belajar anak, terutama untuk konsentrasi. Hal senada dikemukakan Sudarmanto (1995) suara-suara gaduh-radio, TV- membuat perhatian tidak sepenuhnya pada bahan yang dipelajari. Reaksi seseorang berbeda-beda terhadap pengaruh lingkungan, ada yang terganggu dengan suara-suara bising di sekitarnya, ada yang tidak menurut Dunn dan Dunn (Martini, 2011) seperti pengaruh kondisi lingkungan tempat belajar terhadap seseorang dapat mengakibatkan reaksi yang berbeda-beda.

Rachman (Martini, 2011) menyatakan lingkungan fisik tempat belajar mempunyai pengaruh penting terhadap hasil pembelajaran. Lingkungan belajar menurut Muhammad Saroni (Martini, 2011), adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan tempat proses pembelajaran dilaksanakan.


(41)

E. Macam-Macam Lingkungan Belajar

Menurut Ki Hajar Dewantara (Dhanalana, 1999), lingkungan belajar mencakup: a. Lingkungan Keluarga

Menurut Webster’s New Collegiate Dictionary (Hadikusumo, 1996:74) pengertian lingkungan adalah kumpulan segala kondisi dan pengaruh dari luar terhadap kehidupan dan perkembangan suatu organism. Sedangkan pengertian keluarga menurut Tirtarardjadan La Sulo (1994:173) adalah pengelompokan primer yang terdiri dari sejumlah kecil orang karena hubungan semenda (hubungan menurut garis ibu) dan sedarah. Keluarga itu dapat berbentuk keluarga inti (ayah, ibu dan anak) ataupun keluarga yang diperluas (disamping inti ada orang lain yaitu kakek dan nenek). Dari pengertian lingkungan dan keluarga diatas maka dapat disimpulkan pengertian lingkungan keluarga adalah segala kondisi dan pengaruh dari luar terhadap kehidupan dan perkembangan anggota keluarga.

Menurut Gunarsa (Manihai, 2013) bahwa lingkungan keluarga merupakan lingkungan pertama yang mula-mula memberikan pengaruh yang mendalam bagi anak. Dari anggota-anggota keluarganya anak memperoleh segala kemampuan dasar, baik intelektual maupun sosial. Setiap sikap, pandangan dan pendapat orang tua atau anggota keluarga lainnya akan dijadikan contoh oleh anak dalam berperilaku.

Dalam hal ini berarti lingkungan keluarga sebagai lingkungan pendidikan yang pertama ini sangat penting dalam membentuk pola


(42)

kepribadian anak. Karena didalam keluarga anak pertama kali mendapat pengetahuan tentang nilai dan norma.

Menurut Hasbullah (Manihai, 2013), lingkungan keluarga merupakan lingkungan pendidikan pertama dan utama bagi anak karena dalam keluarga inilah anak pertama-tama mendapat didikan dan bimbingan. Dan dikatakan sebagai lingkungan yang utama karena sebagian besar dari kehidupan anak adalah didalam keluarga.

Menurut Bernadib (Manihai, 2013), lingkungan keluarga yaitu lingkungan yang bertanggung jawab atas kelakuan, pembentukkan kepribadian, kasih sayang, perhatian, bimbingan, kesehatan dan suasana rumah. Dari lingkungan keluarga yang harmonis yang mampu memancarkan keteladanan kepada anak-anaknya akan lahir anak-anak yang memiliki kepribadian dengan pola yang mantap. Menurut Winkel (1989:108) berpendapat keadaan sosial-ekonomi menunjukkan pada taraf kemampuan finansial keluarga yang dapat bertaraf baik, cukup atau kurang. Keadaan ini tergantung sampai seberapa jauh keluarga dapat membekali mahasiswa dengan pendidikan yang akan ditempuh. Keadaan sosial kultur menunjukkan pada taraf kebudayaan yang dimiliki keluarga yang dapat tinggi, sedang atau rendah.

Dari keadaan ini tergantung kemampuan mahasiswa dalam pergaulan antara orang tua dan anak serta pandangan keluarga mengenai pendidikan. Sebenarnya yang penting disini bukanlah keadaan itu sendiri melainkan kondisi intern pada mahasiswa yang timbul akibat dari keadaan itu.


(43)

b. Lingkungan Sekolah

Menurut Tulus Tu’u (Dhanalana, 1999) Lingkungan sekolah dipahami sebagai lembaga pendidikan formal, dimana tempat inilah kegiatan belajar mengajar berlangsung, ilmu pengetahuan diajarkan, dan dikembangkan kepada anak didik. Sedangkan menurut Gerakan Disiplin Nasional lingkungan sekolah diartikan sebagai lingkungan dimana parasiswa dibiasakan dengan nilai-nilai tata tertib sekolah dan nilai-nilai kegiatan pembelajaran berbagai studi yang dapat meresap kedalam kesadaran hati nuraninya.

c. Lingkungan Masyarakat

Menurut Soemardjan dan Soemardi (Dhanalana, 1999) mengatakan bahwa lingkungan masyarakat adalah tempat orang-orang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Sedangkan menurut Muri Yusuf (Dhanalana, 1999) lingkungan masyarakat adalah lingkungan ketiga dalam proses pembentukan kepribadian anak-anak sesuai keberadaanya.


(44)

F. Indikator Lingkungan Belajar

Menurut Slameto (Hendrian, 2012) menggolongkan lingkungan belajar menjadi 3 yaitu: lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat. Guna memperjelas mengenai macam-macam lingkungan belajar akan dijabarkan satu per satu sebagai berikut di bawah ini.

1. Lingkungan Keluarga a. Cara Mendidik Anak

Cara orang tua mendidik anak sangat besar pengaruhnya terhadap proses belajar anak tersebut. Orang tua yang kurang memperhatikan pendidikan anaknya, acuh tak acuh dan tidak memperhatikan perkembangan anaknya akan menyebabkan kesulitan belajar bagi si anak. Sebaliknya orang tua yang perhatian pada pendidikan anaknya akan menjadi pendorong bagi anak untuk belajar lebih giat.

b. Hubungan antara Anggota Keluarga

Faktor hubungan antara anggota keluarga ini penting sekali dalam menentukan kemajuan belajar anak. Hubungan ini yang terpenting adalah hubungan antara orangtua dengan anak, selain itu hubungan antara anak dengan saudaranya atau dengan anggota keluarga yang lain. Demi kelancaran belajar anak kelancaran hubungan antar anggota keluarga perlu dijaga.


(45)

c. Bimbingan dari Orang tua

Orang tua merupakan contoh bagi anak-anaknya. Segala yang dilakukan Orang tua tanpa disadari akan ditiru oleh anak-anaknya. Karenanya sikap orang tua yang bermasalah perlu dihindari. Demikian belajar perlu bimbingan orang tua agar sikap dewasa dan tanggung jawab belajar tumbuh pada diri anak.

d. Suasana Rumah

Suasana rumah yang dimaksud adalah kegiatan-kegiatan yang sering terjadi dalam rumah dimana anak berada dan belajar. Suasana rumah yang sangat ramai atau gaduh tidak mungkin anak akan dapat belajar dengan baik. Anak-anak akan terganggu konsentrasinya, sehingga sukar untuk belajar. Untuk itu hendaknya suasana rumah selalu dibuat menyenangkan, tenteram, damai dan harmonis agar menguntungkan bagi kemajuan belajar anak.

e. Keadaan Ekonomi Keluarga

Keadaan ekonomi keluarga erat hubungannya dengan belajar anak. Anak yang sedang belajar selain terpenuhi kebutuhan pokok juga membutuhkan berbagai fasilitas belajar. Biaya merupakan hal yang sangat penting dalam pemenuhan berbagai fasilitas belajar, untuk itu biaya merupakan faktor yang sangat penting dalam proses keberhasilan belajar.


(46)

2. Lingkungan Sekolah

a. Hubungan antara dosen dengan mahaiswa

Proses belajar mengajar terjadi antara dosen dengan mahasiswa. Jika hubungan antar dosen dengan mahasiswa dapat terjalin dengan baik, maka mahasiswa akan memperhatikan materi yang diajarkan dosen. Sehingga ia akan mempelajari dengan sebaik-baiknya, dan sebaliknya jika hubungan antara dosen dengan siswa kurang baik maka akan menyebabkan proses belajar mengajar kurang lancar.

b. Hubungan antara mahasiswa dengan mahasiswa yang Lain

Hubungan yang baik antar mahasiswa merupakan hal yang penting, karena dapat memberikan pengaruh belajar mahasiswa. mahasiswa yang mempunyai hubungan kurang baik dengan teman yang lainnya akan diasingkan dari kelompoknya akibatnya hal tersebut dapat menggangu belajarnya, untuk itu hubungan antar teman perlu dijaga dengan baik. c. Alat Belajar

Alat merupakan sarana dalam belajar. Alat pelajaran yang kurang lengkap membuat penyajian materi pelajaran yang tidak baik. Terutama untuk pelajaran praktikum, kekurangan alat pelajaran akan menimbulkan kesulitan belajar bagi anak.


(47)

d. Kurikulum

Kurikulum merupakan sejumlah kegiatan yang diberikan kepada mahasiswa. Kegiatan itu menyajikan pelajaran agar mahasiswa menerima, menguasai dan mengembangkan bahan pelajaran. Jelas bahwa kurikulum mempengaruhi belajar mahasiswa.

e. Disiplin

Kedisiplinan erat kaitannya dengan ketertiban mahasiswa dalam mengikuti kegiatan belajar di kelas. Kedisiplinan di sekolah menyangkut kedisiplinan para dosen dalam mengajar maupun disiplin mahasiswa dalam universitas terutama dalam proses belajar mengajar untuk mengembangkan motivasi yang kuat.

f. Kondisi Gedung

Kondisi gedung ini terutama ditujukan pada ruang kelas atau ruang tempat belajar. Ruang kelas harus memenuhi syarat-syarat kebersihan, cukup cahaya dan udara, keadaan gedung jauh dari keramaian dan lain-lain. Apabila syarat-syarat tersebut tidak terpenuhi hal ini akan berpengaruh pada keberhasilan belajar mahasiswa.


(48)

3. Lingkungan Masyarakat a. Teman Bergaul

Teman bergaul pengaruhnya sangat besar dan lebih cepat masuk dalam jiwa anak. Teman bergaul yang baik akan berpengaruh baik terhadap belajar anak dan sebaliknya teman bergaul yang kurang baik akan berpengaruh kurang baik pula.

b. Lingkungan Tetangga

Corak kehidupan tetangga akan mempengaruhi anak-anak yang bersekolah. Misalnya: tetangga yang suka judi, menganggur, tidak suka belajar akan mempengaruhi anak yang bersekolah, minimal tidak ada motivasi bagi anak untuk bersekolah, begitu pula sebaliknya.

c. Aktivitas dalam Masyarakat

Kegiatan ini dapat menguntungkan dan pula merugikan terhadap perkembangan pribadi anak. mahasiswa harus benar-benar mampu memilih kegiatan yang mendukung kegiatan belajar, bukan malah menjadi penghambat.

d. Media Massa

Termasuk dalam mass media yaitu: radio, televisi, surat kabar dan lain-lain. Mass media yang baik akan memberikan pengaruh yang baik pula bagi anak, begitu pula sebaliknya


(49)

Berdasarkan pada beberapa pendapat dan uraian di atas, maka yang menjadi indikator lingkungan belajar mahasiswa menurut Slameto, (hendrian, 2012) dalam penelitian ini terdiri dari tiga yaitu lingkungan keluarga, lingkungan universitas dan lingkungan masyarakat yang masing-masing dijabarkan sebagai berikut:

1) Lingkungan keluarga terdiri atas: a) Cara orang tua mendidik anak. b) Hubungan antara anggota keluarga c) Suasana rumah

d) Keadaan ekonomi keluarga e) Pengertian orang tua

f) Latar belakang kebudayaan 2) Lingkungan universitas terdiri atas:

a) Kurikulum

b) Hubungan antara dosen dengan mahasiswa

c) Hubungan antara mahasiswa dengan mahasiswa yang lain d) Disiplin mahasiswa

e) Alat pelajaran f) Keadaan gedung 3) Lingkungan masyarakat

a) Kegiatan mahasiswa dalam masyarakat b) Media massa


(50)

G. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Lingkungan Belajar 1. Keluarga

Menurut Slameto (hendrian, 2012), mahasiswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa: cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaan.

Agar lebih jelas berikut akan penulis berikan sedikit uraian mengenai faktor-faktor keluarga yang mempengaruhi mahasiswa dalam prestasi belajar tersebut: a) Cara Orang Tua Mendidik

Cara orang tua mendidik anaknya besar pengaruhnya terhadap belajar anaknya. Orang tua yang kurang/tidak memperhatikan pendidikan anaknya dapat menyebabkan anak tidak / kurang berhasil dalam belajarnya. Mendidik dengan cara memanjakan adalah cara mendidik yang tidak baik, karena anak akan berbuat seenaknya saja, Begitu pula mendidik anak dengan cara memperlakukannya terlalu keras adalah cara mendidik yang juga salah. b) Relasi Antar anggota Keluarga

Relasi antar anggota keluarga yang terpenting adalah relasi orang tua dengan anaknya. Selain itu relasi anak dengan saudaranya atau dengan anggota keluarga yang lain pun turut mempengaruhi belajar anak. Demi kelancaran belajar serta keberhasilan anak, perlu diusahakan relasi yang baik di dalam keluarga anak tersebut.


(51)

c) Suasana Rumah

Suasana rumah dimaksudkan sebagai situasi atau kejadian-kajadian yang sering terjadi di dalam keluarga di mana anak berada dan belajar. Suasana rumah yang gaduh atau ramai dan semrawut tidak akan memberi ketenangan kepada anak yang belajar. Selanjutnya agar anak dapat belajar dengan baik perlulah diciptakan suasana rumah yang tenang dan tenteram.

d) Keadaan Ekonomi Keluarga

Keadaan ekonomi keluarga erat hubungannya dengan belajar anak. Anak yang sedang belajar membutuhkan fasilitas belajar seperti ruang belajar, meja, kursi, penerangan, alat tulis, buku, dll. Fasilitas belajar itu hanya dapat terpenuhi jika keluarga mempunyai cukup uang. Jika anak hidup dalam keluarga yang miskin bahkan harus bekerja untuk membantu orang tuanya, akan dapat mengganggu belajarnya. Sebaliknya keluarga yang kaya, orang tua sering cenderung untuk memanjakan anak, anak hanya bisa bersenang-senang saja dan akibatnya kurang dapat memusatkan perhatiannya kepada belajar.

e) Pengertian Orang Tua

Anak belajar perlu pengertian dari orang tua. Bila anak sedang belajar jangan diganggu dengan tugas-tugas di rumah. Kadang-kadang anak kurang bersemangat, orang tua wajib memberi pengertian dan mendorongnya, membantu kesulitan yang dialami anak di sekolah.


(52)

f) Latar Belakang Kebudayaan

Tingkat pendidikan atau kebiasaan di dalam keluarga mempengaruhi sikap anak dalam belajar. Perlu kepada anak ditanamkan kebiasaan-kebiasaan yang baik, agar mendorong semangat anak untuk belajar.

2. Faktor Masyarakat

Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap prestasi belajar mahasiswa. Pengaruh itu terjadi karena keberadaan mahasiswa dalam masyarakat. Pengaruh-pengaruh itu antara lain sebagai berikut:

a. Kegiatan mahasiswa dalam Masyarakat

Kegiatan mahasiswa dalam masyarakat dapat menguntungkan terhadap perkembangan pribadinya. Tetapi mahasiswa perlu membatasi kegiatan masyarakat yang diikutinya, kalau perlu memilih kegiatan yang mendukung belajarnya.

b. Media Massa

Yang termasuk dalam media massa adalah radio, TV, surat kabar, buku-buku, dll. Semuanya itu ada dan beredar dalam masyarakat. Media massa memberi pengaruh yang baik terhadap mahasiswa dan juga terhadap belajarnya. Sebaliknya media massa yang jelek juga berpengaruh jelek terhadap mahasiswa.


(53)

c. Teman Bergaul

Pengaruh-pengaruh dari teman bergaul mahasiswa lebih cepat masuk dalam jiwanya dari pada yang kita duga. Teman bergaul yang baik akan berpengaruh baik terhadap diri mahasiswa, begitu juga teman bergaul yang jelek pasti mempengaruhi yang bersifat buruk juga.

d. Bentuk Kehidupan Masyarakat

Masyarakat yang terdiri dari orang-orang yang tidak terpelajar, penjudi dan mempunyai kebiasaan yang tidak baik, akan berpengaruh jelek kepada anak yang berada di situ. Sebaliknya jika lingkungan anak adalah orang-orang yang terpelajar yang baik-baik mereka mendidik dan menyekolahkan anaknya akan membawa pengaruh yang baik bagi siswa. Pengaruh itu akan mendorong siswa untuk belajar lebih giat lagi. (Slameto, 2003:70)

e. Peranan Masyarakat dalam Pendidikan

Tanggung jawab masyarakat terhadap pendidikan sebenarnya masih belum jelas, tidak sejelas tanggung jawab pendidikan di lingkungan keluarga dan di lingkungan sekolah. Hai ini disebabkan faktor waktu, hubungan, sifat dan isi pergaulan yang terjadi di dalam masyarakat. Waktu pergaulan terbatas, hubungannya hanya pada waktu-waktu tertentu, sifat pergaulannya bebas, dan isinya sangat kompleks dan beraneka ragam.


(54)

Meskipun demikian, masyarakat mempunyai peran yang besar dalam pelaksanaan pendidikan nasional. Peran masyarakat itu antara lain menciptakan suasana yang dapat menunjang pelaksanaan pendidikan nasional, ikut menyelenggarakan pendidikan non pemerintah (swasta), membantu pengadaan tenaga, biaya, sarana dan prasarana, menyediakan lapangan kerja, membantu pengembangan profesi baik secara langsung maupun tidak langsung (Fuad Ihsan, 1997:59).


(55)

H. Prestasi Belajar

1. Pengertian Prestasi Belajar

Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai oleh seseorang setelah ia melakukan perubahan belajar, baik disekolah maupun diluar sekolah. Didalam webster’s New International Dictionary (Haryanto, 2010) mengungkapkan tentang prestasi yaitu:“achievement test a standardized test for measuring the skill or knowledge by person in one more lines of work a study”. Mempunyai arti kurang lebih prestasi adalah standard test untuk mengukur kecakapan atau pengetahuan bagi seseorang didalam satu atau lebih dari garis-garis pekerjaan atau belajar. Dalam purwodarminto (Haryanto, 2010) prestasi ialah hasil sesuatu yang telah dicapai.

Menurut Abu Ahmadi (Haryanto, 2010) menjelaskan pengertian prestasi belajar adalah secara teori bila sesuatu kegiatan dapat memuaskan suatu kebutuhan maka ada kecenderungan besar untuk mengulanginya. Definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian prestasi belajar ialah hasil usaha bekerja atau belajar yang menunjukan ukuran kecakapan yang dicapai dalam bentuk nilai.

Menurut Sutratinah Tirtonegoro (Azhar, 2012), mengemukakan bahwa

“prestasi belajar” adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang dinyatakan

dalam bentuk simbol angka, huruf maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak didik dalam periode tertentu”.


(56)

Menurut Siti Partini (Azhar, 2010), “ prestasi belajar adalah hasil yang dicapai oleh seseorang dalam kegiatan belajar”. Sejalan dengan pendapat dicapai

oleh seseorang dalam kegiatan belajar.

Sejalan dengan pendapat itu Sunarya (Azhar, 2010) menyatakan “

prestasi belajar merupakan perubahan tingkah laku yang meliputi ranah kognitif, afektif dan psikomotorik yang merupakan ukuran keberhasilan siswa”. Menurut Sukardi (Azhar, 2010), menyatakan untuk mengukur prestasi belajar menggunakan tes prestasi yang dimaksud sebagai alat untuk mengungkapkan kemampuan aktual sebagai hasil belajar.

Menurut Arif Gunarso (Septi, 2012) mengemukakan bahwa prestasi belajar adalah usaha maksimal yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar. Prestasi belajar di bidang pendidikan adalah hasil dari pengukuran terhadap peserta didik yang meliputi faktor kognitif, afektif, dan psikomotor setelah mengikuti proses pembelajaran yang diukur dengan menggunakan instrument tes atau instrument yang relevan. Menurut Hetika (Septi, 2012), prestasi belajar adalah pencapaian atau kecakapan yang dinampakan dalam keahlian atau kumpulan pengetahuan. Harjati (Septi, 2012), menyatakan bahwa prestasi belajar adalah hasil usaha yang dilakukan dalam menghasilkan perubahan yang dinyatakan dalam bentuk simbol untuk menunjukkan kemampuan pencapaian dalam hasil kerja dalam waktu tertentu.


(57)

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Menurut Syah (Arief, 2012), ada beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar yaitu:

a. Faktor internal mahasiswa 1) Aspek fisiologis

Kondisi umum jasmaniah yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendirinya dapat mempengaruhi semangat dan intensitas mahasiswa dalam mengikuti pelajaran. Untuk mempertahankan kondisi jasmaniah agar tetap bugar mahasiswa sangat dianjurkan mengkonsumsi makanan dan minuman yang bergizi. Selain mahasiswa dianjurkan memilih pola istirahat dan olah raga ringan, sedapat mungkin terjadwal secara tetap dan berkesinambungan. Kondisi organ tubuh mahasiswa yang sangat mempengaruhi kemampuan mahasiswa dalam menyerap informasi dan pengetahuan. Selain kondisi fisiologi umum, berfungsinya alat panca indera dengan baik merupakan yang memungkinkan belaajar itu berlangsung dengan baik. Dengan sistem pendidikan dewasa ini, diantara panca indera manusia yang paling memegang peranan penting dalam belajar adalah mata dan telinga. Hal ini penting karena sebagian besar hal yang dipelajari oleh manusia dipelajarinya melalui penglihatan dan pendengaran.


(58)

2) Aspek psikologis

Belajar adalah pada hakikatnya proses psikologis. Oleh karena itu semua keadaan dan fungsi psikologis tentu saja mempengaruhi belajar seseorang. Faktor psikologis sebagai faktor dari dalam tentu saja merupakan hal yang utama dalam menentukan intensitas belajar seorang anak. Dimana faktor psikologis yang mempengaruhi proses dan hasil belajar anak didik, yaitu:

a) Intelegensi

Intelegensi pada umumnya dapat diartikan sebagai kemampuan psiki-fisik untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat. Sebagaimana diungkapkan oleh Syah (Arief, 2012), bahwa intelegensi sebenarnya bukan persoalan kualitas otak saja, melainkan juga kualitas organ-organ tubuh lainnya. Akan tetapi, memang harus diakui bahwa peran otak dalam hubungannya dengan intelegensi manusia lebih menonjol dari pada peran-peran anggota tubuh lainnya.

Intelegensi atau kecerdasan merupakan faktor yang besar peranannya dalam menentukan berhasil atau tidaknya mengikuti program pendidikan. Pada umumnya orang yang mempunyai taraf kecerdasan tinggi akan lebih baik prestasinya bila dibandingkan dengan orang yang mempunyai taraf kecerdasan yang sedang/rendah.


(59)

b) Sikap Mahasiswa

Menurut Syah (Arief, 2012) Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecendrungan untuk mereaksi/merespon dengan cara yang relatif tetap terhadap objek orang, barang, dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif.

c) Bakat Mahasiswa

Menurut Chaplin (Arief, 2012) bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Dengan demikian, sebetulnya setiap orang pasti memiliki bakat dalam arti berpotensi untuk mencapai prestasi sampai ke tingkat tertentu sesuai dengan kapasitas masing-masing. d) Minat Mahasiswa

Menurut Syah (Arief, 2012) Minat dapat mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar mahasiswa, sebab minat itu sendiri adalah kecendrungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Dalam konteks ini minat seseorang yang besar akan mempengaruhinya untuk selalu memperhatikan dan mengingat sesuatu tersebut secara terus-menerus. Pada situasi belajar mengajar di kampus, misalnya mahasiswa yang berminat terhadap suatu mata pelajaran tertentu akan cenderung untuk memusatkan perhatian secara terus-menerus selama belajar-mengajar berlangsung.


(60)

e) Motivasi Mahasiswa

Pengertian dasar Menurut Gleitmen (Arief, 2012) motivasi adalah keadaan internal organisme yang mendorong untuk berbuat sesuatu Syah. Dalam pengertian ini, motivasi berarti pemasok daya

(energizer) untuk bertingkah laku secara terarah. b. Faktor eksternal mahasiswa

1) Lingkungan Sosial

Lingkungan sosial yang mempengaruhi prestasi belajar meliputi lingkungan sosial di kampus adalah para dosen, para staf, administrasi dan teman sekelas. Selain itu yang termasuk lingkungan sosial mahasiswa adalah masyarakat, tetangga, teman-teman sepermainan disekitar tempat tinggal mahasiswa, dan lingkungan sosial yang lebih banyak mempengaruhi kegiatan belajar ialah orang tua dan keluarga mahasiswa itu sendiri.

2) Lingkungan Non-Sosial

Faktor-faktor yang termasuk lingkungan non-sosial adalah gedung kampus, rumah tempat tinggal keluarga, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan mahasiswa. Faktor-faktor ini dipandang turut menentukan tingkat keberhasilan belajar mahasiswa.


(61)

I. Kerangka Berpikir

1. Hubungan Motivasi Belajar Dengan Prestasi Belajar

Menurut Mc. Donald (Sardirman, 2011:73), motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Motivasi akan menyebabkan terjadinya suatu perubahan energi yang ada pada diri manusia, sehingga akan bergayut dengan persoalan gejala kejiwaan, perasaan dan juga emosi untuk kemudian bertindak atau melakukan sesuatu. Semua ini didorong karena adanya tujuan, kebutuhan atau keinginan. Dengan adanya tiga hal tersebut akan menimbulkan suatu kebiasaan yang baik dalam perilaku belajarnya sehingga dalam aktivitas belajarnya mahasiswa akan mendapatkan prestasi belajar yang baik pula.

Menurut Sutratinah Tirtonegoro (Azhar, 2012), mengemukakan bahwa

“prestasi belajar” adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang dinyatakan

dalam bentuk simbol angka, huruf maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak didik dalam periode tertentu”.

Lain halnya pada saat mahasiswa menjalankan aktivitas belajarnya dengan perasaan yang kurang baik atau menjalankannya tidak ada kemauan, hasil belajanya pun menjadi kurang maksimal. Sehingga dalam menjalankan aktivitas belajar harus disertai dengan adanya minat sehingga timbul suatu dorongan untuk melakukan tindakan belajar atau yang biasa disebut dengan motivasi belajar.


(62)

Oleh karena itu di dalam motivasi belajar seseorang pastinya sudah diawali terlebih dahulu dengan minat, sehingga anak merasa senang dalam melakukan aktivitas belajar dan prestasi belajar mahasiswa pun akan semakin meningkat.

2. Hubungan Lingkungan Belajar Dengan Prestasi Belajar

Menurut Dunn (Martini, 2011) Lingkungan belajar adalah kondisi belajar yang dapat mempengaruhi konsentrasi, penyerapan, dan penerimaan informasi. Dari penjelasan tersebut dapat dilanjutkan bahwa perubahan-perubahan yang diakibatkan lingkungan dapat bersifat menetap dan relatif permanen. Semakin kuat pengaruh lingkungan tersebut maka perubahan akan terjadi pada subyek belajar diprediksikan akan semakin tinggi pula. Inilah kehebatan pengaruh lingkungan terhadap perilaku seseorang.

Menurut Sutratinah Tirtonegoro (Azhar, 2012), mengemukakan bahwa

“prestasi belajar” adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang dinyatakan

dalam bentuk simbol angka, huruf maupun kalimat yang dapat mencerminkan

hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak didik dalam periode tertentu”.

Hal tersebut bagaimana dari mahasiswa itu sendiri harus benar-benar memilah dan memilih mana lingkungan yang baik atau tidak. Jika mahasiwa tidak bisa memilah dan memilih lingkungan yang baik, mahasiswa itu pastinya akan terjebak dengan suatu lingkungan yang akan membawanya ke suatu hal yang negatif dalam aktivitas belajarnya, sehingga prestasi belajarnya pun menjadi kurang baik. Namun sebaliknya jika mahasiswa bisa memilih dan


(63)

memilah mana yang baik dan tidak, sekalipun keadaan lingkungan belajarnya buruk mahasiswa itu tidak akan terjerumus ke dalam lingkungan yang buruk dan prestasi belajarnya akan tetap baik.

J. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang ada dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:

Ha 1 : Ada hubungan motivasi belajar dengan prestasi belajar Ha 2 : Ada hubungan lingkungan belajar dengan prestasi belajar


(64)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian studi kasus, yaitu penelitian yang dilakukan secara intensif, terinci dan mendalam terhadap suatu organisme, lembaga atau gejala tertentu (Arikunto, 1996:131). Studi kasus adalah penelitian yang berusaha untuk menggali suatu masalah dengan batasan yang jelas, data yang mendalam, disertai berbagai sumber informasi yang akurat (Mujahidin, 2014:126).

B. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitian

Penelitian direncanakan dimulai Bulan Maret 2015. 2. Tempat Penelitian

Lokasi penelitian di Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi TA 2014 Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.


(65)

C. Subyek Dan Obyek Penelitian 1. Subyek penelitian

Subyek penelitian adalah mahasiswa TA 2014 Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma.

2. Obyek Penelitian: a) Motivasi belajar b) Lingkungan belajar

c) Prestasi belajar mahasiswa

D. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi penelitian

Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Arikunto, 1996:115). Populasi yang akan diteliti dalam penelitian ini meliputi seluruh mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi yang berjumlah 321 mahasiswa.

2. Sampel Penelitian

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang ingin diteliti. Dinamakan penelitian sampel apabila kita bermaksud untuk menggeneralisasikan hasil penelitian sampel (Arikunto, 1996:117).

Sampel penelitian adalah mahasiswa TA 2014 Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma yang berjumlah 55 orang.


(66)

3. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah sampel bertujuan atau

purposive sampling. Sampel bertujuan atau purposive sampling adalah teknik sampling yang digunakan oleh peneliti jika peneliti mempunyai pertimbangan-pertimbangan tertentu didalam pengambilan sampelnya (Arikunto, 1990:128). Dalam penelitian ini sampel yang dipilih Mahasiswa TA 2014 Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma dengan pertimbangan mahasiswa tersebut baru akan memulai aktivitas di perkuliahan dan belum terbiasa dengan sistem perkuliahan yang ada.

Peneliti berasumsi Mahasiswa TA 2014 Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma memiliki motivasi dalam belajarnya yang masih terbawa dari kebiasaan mereka saat SMA dan masih terpengaruh oleh keadaan lingkungan sosial sehingga pemikiran mereka dalam hal menetapkan tujuan masih belum terarah.


(67)

E. Paradigma Penelitian

Hubungan motivasi belajar dan lingkungan belajar dengan prestasi belajar dalam penelitian ini dapat diilustrasikan paradigma sebagai berikut:

X1

Y

X2

Keterangan:

X1 : motivasi belajar X2 : lingkungan belajar Y1 : prestasi belajar

F. Variabel Penelitian dan Pengukuran 1. Variabel Penelitian

Variabel adalah obyek penelitian yang bervariasi atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian (Arikunto,1996:99).

Dalam penelitian ini variabel yang akan di teliti adalah a. Motivasi belajar (X1)

b. lingkugan belajar (X2) c. Prestasi belajar siswa (Y)


(68)

2. Pengukuran a. Motivasi Belajar

Yaitu serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka maka akan berusaha untuk meniadakan atau mengelakan perasaan tidak suka itu. Untuk mengukur motivasi belajar yang akan mereka pilih cara yang digunakan penulis adalah dengan kuesioner tipe pilihan yang disusun seperti model dengan lima alternatif jawaban. Skor bergerak dari satu sampai dengan lima. Adapun pedoman untuk memberikan skor pada alternatif jawaban adalah sebagai berikut:

Jawaban sangat tidak setuju diberi skor 1 Jawaban tidak setuju diberi skor 2 Jawaban kurang setuju diberi skor 3 Jawaban setuju diberi skor 4

Jawaban sangat setuju diberi skor 5

Skor tertinggi yang dicapai dari kuesioner motivasi belajar adalah 5 dan skor terendah 1.

Selanjutnya untuk menentukan tinggi rendahnya faktor yang paling berpengaruh dengan menghitung nilai mean dengan rumus sebagai berikut (Arikunto, 1996:183).

Mean = ∑�� � Keterangan: FX : Total skor N : Jumlah populasi


(69)

Kisi-kisi indikator yang penulis buat bersumber dari Nashif dan Restama Eka. Berikut ini merupakan tabel kisi-kisi indikator variabel penelitian mengenai motivasi belajar:

Tabel 3.1

Kisi-Kisi Indikator Variabel Penelitian Motivasi Belajar Variabel

No Item

Positif Negatif

 Motivasi Belajar

 Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar

 Orang Tua  Teman

 Perasaan senang  Kemauan  Dosen 2 3 4 5 1

 Jumlah waktu yang disediakan untuk belajar

 Terstruktur atau tidak 6

 Kerelaan meninggalkan tugas lain

 Sering mengikuti aktivitas di kampus

 Sering bermain

7 8

 Adanya kemauan untuk berbuat  Pemanfaatan waktu untuk

belajar

 Membuat catatan

 Menyediakan waktu untuk mengulang pelajaran

 Mencari sumber belajar lain  Bertanya kepada teman

tentang pelajaran

 Membentuk kelompok belajar 9 10 11 12 13 14

 Cepat bosan dengan tugas rutin 15


(70)

b. Lingkungan Belajar

Lingkungan belajar yaitu suatu tempat atau suasana yang dapat memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan seseorang.

Adapun pedoman untuk memberi skor pada alternatif jawaban adalah sebagai berikut:

Jawaban sangat buruk diberi skor 1 Jawaban buruk diberi skor 2

Jawaban cukup diberi skor 3 Jawaban baik diberi skor 4 Jawaban sangat baik diberi skor 5

Skor tertinggi yang dicapai dari kuesioner lingkungan belajar adalah 5 dan skor terendah 1.

Selanjutnya untuk menentukan tinggi rendahnya faktor yang paling berpengaruh dengan menghitung nilai mean dengan rumus sebagai berikut (Arikunto, 1996:183).

 Ketekunan mengerjakan tugas  Tepat waktu dalam

mengerjakan tugas

 Acuh tak acuh dalam memperbaiki

17

18

 Belajar secara mandiri 19


(71)

Mean = ∑�� � Keterangan: FX : Total skor N : Jumlah populasi

Berikut ini merupakan tabel kisi-kisi indikator variabel penelitian mengenai lingkungan belajar:

Tabel 3.2

Kisi-Kisi Indikator Variabel Penelitian Lingkungan Belajar

Variabel

No item

Positif Negatif Lingkungan Belajar

 Teman 1

 Orang tua

 Kedekatan mahasiswa dengan orang tua

 Sikap orang tua  Cara mendidik  Suasana  Perhatian 2 3 6 4 5

 Kondisi lingkungan tempat tinggal

7

 Media massa

 Belajar sambil main HP  Belajar sambil nonton TV

8

9

 Lingkungan universitas


(72)

c. Prestasi Belajar

Prestasi belajar adalah sejauh mana anak menguasai dan memahami materi pelajaran yang ditunjukkan dengan adanya nilai yang berhasil dicapai selama menjalani aktivitasnya di perkuliahan. Tingkat keberhasilan belajar mahasiswa dinyatakan dengan bilangan yang disebut indeks prestasi.

Besar IP dihitung dari jumlah hasil kali antara besar kredit (K) dan bobot nilai (N) dibagi dengan jumlah kredit yang direncanakan atau dinyatakan dengan rumus:

IP = ��

Σ�

Keterangan : K : Kredit N : Bobot Nilai

G. Teknik Pengumpulan Data 1. Kuesioner

Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui (Arikunto, 1996:139). Melalui cara ini dimaksudkan penulis memperoleh data primer yaitu motivasi belajar dan lingkungan belajar.


(73)

2. Wawancara

Wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara (Arikunto, 1996:144). Wawancara digunakan oleh peneliti untuk menilai keadaan seeorang seperti mencari data yang mendukung latar belakang masalah.

3. Dokumentasi

Pengumpulan data sekunder mengenai data yang ada di Universitas Sanata Dharma meliputi data prestasi belajar.

H. Teknik Pengujian Instrumen

Untuk mengetahui apakah setiap item dalam kuesioner yang dibuat sudah sahih atau dapat diandalkan, maka dilakukan uji statistik untuk mengukur kesahihan butir dan keandalan butir dengan menggunakan analisis validitas dan reliabilitas, seperti dibawah ini:

1. Pengujian Kesahihan Kuesioner (validitas)

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrument (Arikunto, 1996:158). Suatu instrument yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya instrument yang kurang valid berarti memliki validitas rendah. Sebuah instrument dikatakan valid apabila dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat.

Kevalidian atau kesahihan alat ukur tersebut akan diuji dengan menggunakan perhitungan korelasi product moment dari karl pearson (Arifin, 2009:254) dengan rumus sebagai berikut:


(74)

� = � ∑ − (∑∑ )

√{ �∑ − ∑ }{�∑ − ∑ }

Keterangan:

r = Koefisien korelasi

X = skor item Y = skor total

N = banyaknya subyek

Untuk mengetahui apakah instrumen penelitian tersebut valid atau tidak, maka ketentuannya sebagai berikut:

a. Jika �ℎ� ��≥ � �� dengan taraf keyakinan 95% maka instrumen penelitian dikatakan valid

b. Jika �ℎ� ��< � �� dengan taraf keyakinan 95% maka instrumen penelitian dikatakan tidak valid

Pengujian validitas digunakan untuk mengetahui apakah kuesioner yang dipakai sebagai bahan penelitian layak atau tidak dipakai.

a. Uji Validitas Motivasi Belajar

Hasil uji validitas berdasarkan hasil perhitungan item-item

kuesioner pada variabel motivasi belajar dengan menggunakan SPSS 16.0 terhadap 30 responden dari 20 butir pertanyaan dapat dilihat pada tabel 3.3 dibawah ini:


(75)

Tabel 3.3

Hasil Uji Validitas Motivasi Belajar (1)

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted Corrected Item-Total Correlation Squared Multiple Correlation Cronbach's Alpha if Item Deleted

soal1 68.20 39.890 .128 .809 .641 soal2 68.30 41.941 .125 .633 .629 soal3 68.20 39.200 .426 .827 .591 soal4 67.37 40.654 .415 .886 .599 soal5 67.67 43.126 .139 .791 .624 soal6 68.50 42.672 .123 .682 .627 soal7 67.90 43.334 .038 .832 .639 soal8 68.90 37.541 .459 .635 .580 soal9 68.60 37.903 .528 .797 .576 soal10 67.70 39.872 .468 .858 .592 soal11 67.90 39.541 .388 .807 .595 soal12 68.20 38.648 .410 .816 .590 soal13 67.30 43.597 .124 .763 .625 soal14 67.60 42.869 .097 .768 .630 soal15 68.70 42.286 .095 .745 .634 soal16 68.03 40.585 .193 .656 .621 soal17 68.03 42.102 .230 .717 .616 soal18 68.70 42.217 .055 .586 .645 soal19 68.17 42.971 .120 .351 .626 soal20 67.07 43.375 .146 .763 .624

Dari data di atas dapat diketahui pada kolom corrected item-total correlation merupakan r hitung. Sementara r tabel dapat dicari sebagai berikut: df = n – 2, 30 – 2 = 28 dan taraf signifikansi = 5% menunjukkan nilai r tabel = 0,3610. Ternyata diketahui corrected item-total masih ada r hitung yang bernilai negatif, maka untuk item tersebut harus dihilangkan kemudian diolah lagi, berikut akan ditampilkan output yang baru pada tabel 3.4 dibawah ini:


(1)

1.

Hasil Uji Korelasi Motivasi Belajar Dengan Prestasi Belajar

Correlations

MOTIVASI PRESTASI

Spearman's rho

MOTIVASI

Correlation Coefficient 1.000 .164

Sig. (2-tailed) . .232

N 55 55

PRESTASI

Correlation Coefficient .164 1.000

Sig. (2-tailed) .232 .

N 55 55

2.

Hasil Uji Korelasi Lingkungan Belajar Dengan Prestasi Belajar

Correlations

LINGKUNGAN PRESTASI

Spearman's rho

LINGKUNGAN

Correlation Coefficient 1.000 -.035

Sig. (2-tailed) . .799

N 55 55

PRESTASI

Correlation Coefficient -.035 1.000

Sig. (2-tailed) .799 .


(2)

126

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(3)

(4)

128

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(5)

(6)

130

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


Dokumen yang terkait

Hubungan antara motivasi belajar, keaktifan belajar dan fasilitas belajar terhadap prestasi belajar mahasiswa. Studi kasus mahasiswa pendidikan akuntansi angkatan 2015 Universitas Sanata Dharma.

0 0 124

Hubungan kinerja dosen, keaktifan mahasiswa, dan gaya belajar dengan prestasi belajar Akuntansi Keuangan Dasar II: studi kasus mahasiswa angkatan 2015 Program Studi Pendidikan Ekonomi BKK Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma.

0 0 186

Hubungan antara motivasi belajar, keaktifan belajar dan fasilitas belajar terhadap prestasi belajar mahasiswa. Studi kasus mahasiswa pendidikan akuntansi angkatan 2015 Universitas Sanata Dharma

0 0 122

Hubungan antara motivasi belajar, disiplin belajar dan lingkungan belajar dengan prestasi belajar mahasiswa Program Studi Pendidikan Akuntansi angkatan 2009 Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

0 1 145

Hubungan antara motivasi belajar dan status sosial ekonomi keluarga dengan prestasi belajar mahasiswa : studi kasus mahasiswa Program Studi Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta tahun ajaran 2009.

0 0 125

Hubungan antara sikap mahasiswa terhadap metode mengajar dosen dan lingkungan belajar mahasiswa dengan motivasi berprestasi belajar akuntansi : studi kasus : mahasiswa program studi Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma.

0 0 114

Pengaruh prioritas memilih program studi pendidikan akuntansi terhadap hubungan motivasi dengan prestasi belajar akuntansi keuangan : studi kasus mahasiswa program studi pendidikan akuntansi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

0 0 118

Hubungan antara lingkungan belajar, motivasi belajar dan disiplin belajar dengan prestasi belajar mahasiswa : studi kasus mahasiswa Prodi Pendidikan Akuntansi angkatan 2002-2003 Universitas Sanata Dharma.

0 0 135

Hubungan antara lingkungan belajar, motivasi belajar dan disiplin belajar dengan prestasi belajar mahasiswa : studi kasus mahasiswa Prodi Pendidikan Akuntansi angkatan 2002-2003 Universitas Sanata Dharma - USD Repository

0 0 133

Hubungan antara motivasi belajar, disiplin belajar dan lingkungan belajar dengan prestasi belajar mahasiswa Program Studi Pendidikan Akuntansi angkatan 2009 Universitas Sanata Dharma Yogyakarta - USD Repository

0 0 143