Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan
94
merupakan perencana, pelaksana dan pengendali yang berperan aktif dalam melaksanakan operasional organisasi dalam mencapai tujuan organisasi.
Dalam aktivitas tersebut karyawan memberikan kontribusi kepada perusahaan berupa kemampuan, keahlian dan kompetensi yang dimilikinya. Karyawan
membutuhkan adanya program pelatihan dan pengembangan karyawan agar karyawan kemampuan, keahlian dan kompetensinya dapat ditingkatkan sesuai
dengan stuntutan pekerjaan di masa depan serta tetap berpegang pada nilai- nilai kerohanian.
Keberhasilan pelaksanaan pelatihan dan pengembangan dimulai dengan adanya persepsi yang baik dari karyawan. Hasil penelitian ini
diketahui sebagian besar karyawan 88,4 mempunyai persepsi baik terhadap program pelatihan dan pengembangan Spiritualitas Ignasian yang
dilaksanakan oleh Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Hasil ini dapat diartikan bahwa karyawan menilai bahwa pelatihan dan pengembangan
Spiritualitas Ignasian sangat penting dan dibutuhkan oleh karyawan sehingga perlu untuk dilakukan. Persepsi yang baik menjadi dasar bagi karyawan untuk
mengikuti program pelatihan dan pengembangan Spiritualitas Ignasian dengan penuh kesadaran sehingga akan diperoleh hasil yang lebih baik.
Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan persepsi karyawan pada program pelatihan dan pengembangan Spiritualitas Ignasian ditinjau dari jenis
kelamin. Hal ini dapat diartikan bahwa karyawan yang berjenis kelamin laki- laki mempunyai cara pandang atau penilaian yang berbeda terhadap
pelaksanaan program pelatihan dan pengembangan Spiritualitas Ignasian dibandingkan dengan karyawan wanita. Berdasarkan hasil analisis diketahui
95
perempuan mempunyai persepsi yang lebih baik dibandingkan dengan laki- laki. Nilai rerata persepsi karyawan laki-laki sebesar 80,62 sedangkan rerata
skor persepsi perempuan lebih tinggi yaitu sebesar 90,00. Perbedaan persepsi berdasarkan jenis kelamin dapat dijelaskan bahwa
karakteristik perempuan pada umumnya mempunyai kepribadian yang lebih halus dibandingkan laki-laki. Perempuan lebih mudah untuk menerima konsep
pelatihan dan pengembangan yang bersifat kerohanian. Perempuan juga mempunyai kecenderungan untuk lebih tekun dalam mendalami hal-hal yang
bersifat kerohanian. Dilihat dari sudut pandang laki-laki, mempunyai sifat yang lebih rasional. Laki-laki juga sering kali kurang mementingkan hal-hal
yang bersifat kerohanian. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya perbedaan persepsi terhadap program pelatihan dan pengembangan Spiritualitas Ignasian
antara karyawan yang berjenis kelamin laki-laki dan perempuan. Hasil penelitian juga diketahui terdapat perbedaan karyawan pada
program pelatihan dan pengembangan Spiritualitas Ignasian ditinjau dari pendidikan. Hasil ini menunjukkan bahwa adanya perbedaan persepsi antara
karyawan yang berpendidikan SMA, diploma dan sarjana. Berdasarkan hasil analisis diketahui karyawan yang berpendidikan SMA mempunyai nilai skor
rerata persepsi sebesar 79,87, skor rerata persepsi pada karyawan yang berpendidikan diploma lebih tinggi yaitu sebesar 86,14 dan persepsi yang
paling baik yaitu pada karyawan yang berpendidikan sarjana dengan nilai rerata skor persepsi sebesar 90,00.
Hasil tersebut di atas dapat dijelaskan bahwa perbedaan tingkat pendidikan seseorang akan menyebabkan adanya perbedaan cara pandang