mungkin kegiatan pembangunan nasional Indonesia dapat dilaksanakan tanpa perencanaan.
Perencanaan itu dapat diartikan sebagai proses penyusunan berbagai keputusan yang akan dilaksanakan pada masa yang akan
datang untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Keputusan- keputusan itu disusun secara sistematis, rasional dan dapat
dibenarkan secara ilmiah karena menerapkan berbagai pengetahuan yang diperlukan. Perencanaan itu dapat pula diberi arti sebagai suatu
proses pembuatan serangkaian kebijakan untuk mengendalikan masa depan sesuai yang telah ditentukan. Kebijakan-kebijakan itu disusun
dengan memperhitungkan kepentingan masyarakat dan kemampuan masyarakat. Perencanaan dapat pula diartikan sebagai upaya untuk
memadukan antara cita-cita nasional dan resources yang tersedia yang diperlukan untuk mewujudkan cita-cita tersebut. Dalam proses
memadukan itu dipergunakan berbagai cara yang rasional dan ilmiah hingga dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Perencanaan
tidak berakhir hanya pada draft blue print tapi harus mencakup proses implementasinya. Karena itu segala sesuatu yang dimasukkan di
dalam putusan kebijakan tersebut perlu dipertimbangkan dengan secermat mungkin fasibilitas atau kelayakannya. Perencanaan yang
baik adalah perencanaan yang dapat dilaksanakan.
Dengan memahami arti atau definisi perencanaan seperti yang diuraikan di atas, dapat disimpulkan bahwa perencanaan itu
sebenarnya alat peubah dan alat pengendali perubahan. Pembangunan itu mengandung arti merubah untuk maju dan
berkembang menuju arah tertentu, dan perencanaan adalah rumusan yang mengandung semua perubahan itu serta petunjuk untuk
mewujudkannya. Karena itu pembangunan dan perencanaan dalam pengertian ini tidak dapat dipisahkan karena memang saling
melengkapi dan saling membutuhkan. Ini berarti setiap upaya pembangunan memerlukan perencanaan, dan setiap perencanaan
adalah untuk mewujudkan upaya pembangunan.
C. Mekanisme dan Prosedur Perencanaan Pendidikan
29
Perencanaan pendidikan terdiri dari beberapa jenis tergantung dari sisi melihatnya. Dari tinjauan cakupannya, perencanaan
pendidikan ada yang bersifat nasional atau makro, ada pula yang bersifat daerah atau regional, ada juga yang bersifat lokal dan ada
pula yang bersifat kelembagaan atau institusional.
Perencanaan pendidikan pada tingkat nasional mencakup seluruh usaha pendidikan untuk mencerdaskan atau membangun bangsa
termasuk seluruh jenjang, jenis, dan isinya. Pembangunan sektor pendidikan di Indonesia diatur dalam perencanaan pendidikan yang
bersifat nasional ini.
Perencanaan pendidikan regional adalah perencanaan pada tingkat daerah atau provinsi yang mencakup seluruh jenis dan jenjang
untuk daerah atau propinsi itu. Pada sistem penyelenggaraan pendidikan di Indonesia mungkin ini dikenal dengan sistem wilayah,
bilamana wilayah itu secara operasional mencakup suatu daerah atau provinsi tertentu. Perencanaan pendidikan lokal adalah perencanaan
pendidikan yang mencakup berbagai kegiatan untuk Kota atau Kabupaten tertentu saja.
Perencanaan pendidikan kelembagaan adalah perencanaan pendidikan yang mencakup satu institusi atau lembaga pendidikan
tertentu saja, seperti: perencanaan sekolah, atau perencanaan universitas tertentu.
Ditinjau dari posisi dan sifat serta karakteristik perencanaan, perencanaan pendidikan itu ada yang bersifat terpadu, dan yang
bersifat komprehensif, ada yang bersifat transaksional dan ada pula yang bersifat strategik.
Perencanaan pendidikan terpadu atau Integrated Educational Planning mengandung arti bahwa perencanaan pendidikan itu
mencakup seluruh aspek esensial pembangunan pendidikan dalam pola dasar perencanaan pembangunan nasional. Ini berarti bahwa
perencanaan pendidikan pada tingkat makro atau nasional hanyalah merupakan bagian integral dari keseluruhan perencanaan
pembangunan nasional. Kedudukan perencanaan pendidikan ini sama dengan kedudukan perencanaan pembangunan ekonomi, atau
30
perencanaan pembangunan sektor pembangunan lainnya. Keterpaduan pola pikir yang diterangkan dalam perencanaan ini
menerapkan konsep General Systems Theory yang memandang upaya pembangunan sebagai suatu sistem yang terdiri dari berbagai
komponen yang dalam hal ini berbagai sektor pembangunan. Pembangunan setiap sektor haurs terpadu dan saling mempunyai
keterkaitan erat hingga sumber-sumber daya yang dipergunakan dapat secara optimal diatur dalam pemanfaatannya hingga efektif.
Perencanaan pendidikan komprehensif mengandung konsep keseluruhan yang disusun secara sistemik dan sistematik. Seluruh
aspek penting pendidikan mencakup dan disusun secara teratur dan rasional hingga membentuk satu keseluruhan yang lengkap dan
sempurna. Kelengkapan dan keteraturan dalam pola dasar yang sistemik inilah yang merupakan ciri utama perencanaan pendidikan
yang komprehensif.
Perencanaan strategik adalah perencanaan yang mengandung pendekatan Startegic Issues yang dihadapi dalam upaya membangun
pendidikan. Kalau isu pokok pembangunan pendidikan dewasa ini tentang Quality Declining, maka perencanaan pendidikan yang
mengambil fokus atau prioritas pembangunan kualitas pendidikan, maka perencanaan yang dikembangkan untuk mewujudkan prioritas
ini disebut perencanaan strategik pembangunan pendidikan. Perencanaan pendidikan strategik ini bertitik tolak dari gagasan untuk
menanggulangi National Emerging Issues dan bertitik tolak dari pikiran bahwa sumber-sumber daya itu amat langka, karena itu
penggunaannya harus diatur secermat dan seefisien mungkin hingga output yang diharapkan memang merupakan keluaran yang efektif.
Ditinjau dari sisi metodologi, perencanaan pendidikan itu dapat disebut Rational atau Systematic Planning, karena perencanaan ini
menggunakan prinsip-prinsip dan teknik-teknik berpikir sistematis dan rasional ilmiah. Comprehensive Planning Model Schiefelbein,
Integrated Planning menurut Asia Model umpamanya dapat disebut sebagai Systematic Planning atau Rational Planning yang bercirikan
keterikatan pada ketentuan dan peraturan perhitungan yang rasional
31
dan teliti dan sebagai hasil kalkulasi komputer umpamanya. Prinsip System dan Rational Decision Making jelas terlihat dalam planning
seperti di atas.
Planning yang mencoba menciptakan linkage yang kuat dan serasi antara rancangan yang telah ditetapkan dengan kenyataan
implementasi rancangan oleh administrator disebut dengan Transactional Planning. Transactional Planning menurut Warwick
1980 adalah: “To forge strong links between the planning and implementation of development programs. Transactional Planning is
chosen to highlight the essentially interactive and political nature of effective development planning and program implementation”.
Menurut survei Warwick, 1980 ternyata kebanyakan negara berkembang terdapat kesenjangan antara The Myth Planning dan
The Reality of The Plan. Kesenjangan ini terutama disebabkan terutama oleh keengganan administrator dan politisi untuk terlalu
terikat kepada planning yang sudah ada, karena Rational Planning ternyata terlalu ketat hingga planning kehilangan kemampuannya
untuk merespon terhadap berbagai tantangan yang muncul. Transactional Planning mencoba menampung aspirasi administrator
dan politisi untuk mencoba menciptakan hubungan yang nyata antara Planning Theory dan Planning Practice.
Secara konseptual Transactional Planning terdiri dari tiga bagian, yaitu: Pertama, komponen environment yang juga terdiri dari remote
environment, proximate environment, operating environment. Kedua, plan formulation yang mencakup process dan contents. Dan Ketiga,
plan implementation yang mencakup facilitating conditiond dan impeding conditions. Keterkaitan antara ketiga komponen atau bagian
ini disajikan dalam gambar seperti berikut ini:
32
Gambar 3.1. Transactional Planning
Data dasar atau base line data untuk perencanaan pendidikan mempunyai fungsi yang amat penting, sebab tanpa data perencanaan
atau planners tidak mungkin dapat mengembangkan perencanaan pendidikan yang diperlukan. Data dasar ini mencakup berbagai aspek
bukan saja tentang pendidikan tetapi juga data di luar pendidikan yang mempunyai keterkaitan erat dengan pendidikan. Karateristik
data yang diperlukan untuk pengembangan perencanaan pendidikan ini sesuai dengan sifat perencanaan pendidikan yang multi disiplinair.
Adapun data dasar yang diperlukan dapat dikelompokkan seperti berikut ini:
1. Kependudukan mencakup struktur penduduk, distribusi penduduk menurut daerah, pertumbuhan penduduk, populasi
usia sekolah yang ada di dalam sistem persekolahan dan yang berada di luar sistem, dan struktur angkatan kerja
berdasarkan kategori kerja dan pendidikan. Data ini diperlukan untuk menentukan cakupan populasi yang perlu
memperoleh kesempatan pendidikan dalam kaitannya dengan kebutuhan pada berbagai sektor pembangunan.
33
Plan Environment
Remote Environm
ent Proximate
Environm ent
Operating Environm
ent
Plan Formulatio
n
Process Contents
Plan Implementati
on
Fasilitating Conditions
Impeding Conditions
Plan Evaluation
Monitoring Reporting
Evaluation
2.
Data ekonomi mencakup anggaran pendapatan dan belanja negara, GNP, Revenue Sources, tingkat pertumbuhan
ekonomi, dan pertumbuhan ekonomi per tahun serta jumlah dan kecenderungan investasi terhadap pendidikan. Data ini
diperlukan dalam kaitannya dengan kemampuan ekonomi pemerintah untuk memperluas kesempatan pendidikan dan
untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pendidikan dalam penggunaan sumber dana yang tersedia.
3. Kebijakan nasional yang merupakan keputusan politik mencakup falsafah dan tujuan nasional, keputusan badan
legeslatif negara yang harus menjadi pegangan upaya pembangunan untuk seluruh sektor, dan falsafah pendidikan
yang dianut.
4.
Data kependidikan mencakup enrollment untuk setiap jenjang dan jenis, personel pendidikan yang terlibat dalam
penyelenggaraan pendidikan, lulusan, drop out, perpindahan, kenaikan dari kelas atau tingkat yang satu ke tingkat yang
lain, kurikulum fasilitas pendidikan, dana pendidikan, manajemen, dan output pendidikan.
5.
Data ketenagakerjaan mencakup jumlah dan jenis Man Power yang diperlukan dalam setiap sektor pembangunan,
persyaratan kerjaan, kelompok jenis kerja yang langka tapi amat diperlukan, dan kemampuan pasaran kerja dalam
merespon terhadap lulusan untuk memberikan kesempatan kerja kepada mereka.
6. Nilai dan sosial budaya mencakup agama dengan pemeluknya, sistem nilai yang berlaku dan dipegang oleh
masyarakat, berbagai jenis dan bentuk kebudayaan yang ada
34
atau mungkin yang dapat digali dan dikembangkan. Data ini perlu sebagai imbangan terhadap data kuantitatif dalam
rangka pengembangan berbagai program akademik yang dijiwai oleh nilai kemanusiaan yang luhur.
Pengumpulan data yang diperlukan di atas, dilakukan melalui survei dengan kontrol yang ketat untuk memelihara kualitas data.
Kegiatan pengumpulan data ini dikaitkan dengan tahapan dalam proses perencanaan untuk menentukan titik berangkat perencanaan.
Dengan adanya data ini segala keberhasilan, kekuatan, kesulitan, kelemahan dapat ditelusuri sedemikian rupa hingga planner dapat
mengembangkan titik berangkat perencanaan sesuai dengan tahap yang telah dicapai. Kegiatan ini lazim disebut dengan Assessment of
Needs kegian mengkaji kebutuhan yang perlu dipenuhi dalam pembangunan pendidikan untuk periode berikutnya.
Penerapan teknik-teknik untuk mengkaji berbagai aspek-aspek kuantitatif pendidikan dan untuk memproyeksi kecenderungan masa
depan tidak dapat dilakukan tanpa data dasar yang lengkap. Secara praktis tanpa data kegiatan untuk menyusun perencanaan yang baik
tidak dapat dilaksanakan. Uraian ini menunjukkan bahwa kedudukan data dasar dalam proses perencanaan begitu penting, hingga planner
tidak mempunyai piliahan lain kecuali memiliki data tersebut dalam mewujudkan tugasnya sebagai perencana.
Kegiatan perencanaan adalah kegiatan yang sistemik sequensial, dan karena itu kegiatan-kegiatan dalam proses penyusunan
perencanaan dan pelaksanaan perencanaan memerlukan tahapan- tahapan sesuai dengan karakteristik perencanaan yang sedang
35
dikembangkan. Banghart mengembangkan tahapan perencanaan sebagai berikut ini:
1.
Proloque: pendahuluan atau langkah persiapan untuk memulainya suatu kegiatan perencanaan.
2.
Identifying educational planning problems yang mencakup: a delineating the scope of educational problem atau
menentukan ruang lingkup permasalahan perencanaan, b studying what has been atau mengkaji apa yang telah
direncanakan, c determining what has been versus what should be artinya membandingkan apa yang telah dicapai
dengan apa yang seharusnya dicapai, d resources and contraints atau sumber-sumber daya yang tersedia dan
keterbatasannya, e estabilishing educational planning parts and priorities artinya mengembangkan bagian-bagian
perencanaan dan prioritas perencanaan.
3.
Analizing planning problem area artinya mengkaji
permasalahan perencanaan yang mencakup: a Study areas and systems of subareas artinya mengkaji permasalahan dan
sub permasalahan, b gathering date artinya pengumpulan data tabulating data atau tabulasi data, c for casting atau
proyeksi.
4.
Conceptualizing and designing plans, mengembangkan rencana yang mencakup: a identifying prevailing trends atau
identifikasi kecenderungan-kecenderungan yang ada, b estabilishing goals and objective atau merumuskan tujuan
umum dan tujuan khusus, c designing plans, menyusun rencana.
36
5.
Evaluasting plan, menilai rencana yang telah disusun tersebut yang mencakup: a planning through simulation, simulasi
rencana, b evaluating plan, evaluasi rencana, c selecting a plan, memilih rencana.
6.
Specifying the plan, menguraikan rencana yang mencakup: a problem formulation, merumuskan masalah, b reporting
result atau menysusun hasil rumusan dalam bentuk final plan draft atau rencana terakhir.
7.
Implementing the plan, melaksanakan rencana yang mencakup: a Program preparation, persiapan rencana
operasional, b plan approval, legaljustification, persetujuan dan pengesahan rencana, c organizing operational units,
mengatur aparat sekolah.
8.
Plan feedback, balikan pelaksanaan rencana yang mencakup: a monitoring the plan, memantau pelaksanaan rencana, b
evaluation the plan, evaluasi pelaksanaan rencana, c adjusting, altering or planning for what, how, and by whom
yang berarti mengadakan penyesuaian, mengadakan perubahan rencana atau merancang apa yang perlu
dirancang lagi bagaimana rancangannya, and oleh siapa Banghart Trull, 1973.
Gambaran tentang proses dan tahapan seperti berikut ini memberikan penjelasan yang lebih komprehensif bukan saja
keseluruhan proses dan komponen yang terlibat didalamnya, tapi juga keterkaitan antar kegiatan berbagai komponen dan unsur-unsur yang
ada dalam proses tersebut. Chesswas juga mengungkapkan proses dan tahapan perencanaan dalam bentuk yang lebih sederhana dan
37
logis. Proses dan tahapan tersebut adalah seperti tercantum berikut ini:
1.
Need assessment artinya kajian terhadap kebutuhan yang mencakup berbagai aspek pembangunan pendidikan yang
telah dilaksanakan, keberhasilan, kesulitan, kekuatan, kelemahan, sumber-sumber yang tersedia, sumber-sumber
yang perlu disediakan, aspirasi rakyat yang berkembang terhadap pendidikan, harapan, dan cita-cita yang merupakan
dambaan masyarakat. Kajian ini penting artinya karena membandingkan antara what has been dan should be, yang
merupakan pangkal tolak kegiatan perencanaan.
2.
Formulation of goals and objective: perumusan tujuan dan sasaran perencanaan yang merupakan arah perencanaan
serta merupakan penjabaran operasional dari aspirasi filosofis masyarakat.
3.
Policy and priority setting: penentuan dan penggarisan kebijakan dan prioritas dalam perencanaan pendidikan
sebagai muara need assessment.
4.
Program and project formulation: rumusan program dan proyek kegiatan yang merupakan komponen operasional
perencanaan pendidikan.
5.
Feasibility testing dengan melalui alokasi sumber-sumber yang tersedia dalam hal ini terutama sumber dana. Biaya
suatu rencana yang disusun secara logis dan logis dan akurat serta cermat merupakan petunjuk tingkat kelayakan rencana.
Rencana dengan alokasi biaya yang tidak akurat atau mengandalkan sumber daya luar negeri umpamanya,
38
dianggap tingkat feasibilitas yang kecil, karena tidak dibangun di atas dasar kekuatan sendiri.
6.
Plan implementation: pelaksanaan rencana untuk
mewujudkan rencana yang tertulis ke dalam perbuatan atau actions. Penjabaran rencana ke dalam perbuatan inilah yang
menentukan apakah suatu rencana itu feasible, baik dan efektif.
7.
Evaluation and revision for future plan: kegiatan untuk menilai tingkat keberhasilan pelaksanaan rencana yang merupakan
feedback untuk merevisi dan mengadakan penyesuaian rencana untuk periode rencana berikutnya. Dengan adanya
feedback seperti ini perencana memperoleh iniput yang berharga untuk meningkatkan rencana untuk tahun-tahun
berikutnya Chesswas, 1973.
Proses perencanaan yang diuraikan oleh Banghart lebih kompleks dan detail dibandingkan dengan proses perencanaan yang
dikembangkan oleh Chesswass. Yang tersebut terakhir ini lebih sederhana tapi menuju sasarannya.
Berdasarkan telaah terhadap tahapan dalam proses perencanaan yang dikemukakan oleh kedua ahli di atas tampaknya secara
sederhana proses perencanaan terdiri beberapa komponen utama yang esensial yang secara prinsipil tidak dapat ditinggalkan.
Komponen-komponen itu adalah sebagai berikut: 1. Kajian terhadap hasil perencanaan pembangunan pendidikan
periode sebelumnya sebagai titik berangkat perencanaan.
39
2. Rumusan tentang tujuan umum perencanaan pendidikan yang merupakan arah yang harus dapat dijadikan titik tumpu
kegiatan perencanaan. 3. Rumusan kebijakan atau posisi yang kemudian dapat
dijabarkan ke dalam strategi dasar perencanaan yang merupakan respon terhadap cara mewujudkan tujuan yang
ditentukan. 4. Pengembangan program dan proyek sebagai operasionalisasi
prioritas yang ditetapkan. 5. Schedulling dalam arti mengatur menemukan dua aspek yaitu
keseluruhan program dan prioritas secara teratur dan cermat karena penjadwalan ini secara makro mempunyai arti
tersendiri yang amat strategik bagi keseluruhan pelaksanaan perencanaan.
6. Implementasi rencana termasuk didalamnya proses legalisasi dan persiapan aparat pelaksana rencana, pengesahan
dimulainya suatu kegiatan, monitoring dan controlling untuk membatasi kemungkinan tindakan yang tidak terpuji yang
dapat merupakan hambatan dalam proses pelaksanaan rencana.
7. Evaluasi dan revisi yang merupakan kegiatan evaluasi untuk menentukan tingkat keberhasilan dan kegiatan untuk
mengadakan penyesuaian-penyesuaian terhadap tuntutan baru yang berkembang.
Bila ketiga model proses yang diuraikan di atas dibandingkan, maka terlihat dengan nyata adanya unsur-unsur esensial yang sama
dalam proses pengembangan rencana pembangunan pendidikan.
40
Dengan adanya unsur-unsur yang sama tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa peoses perencanaan adalah suatu proses yang
diakui perlu dijalani secara sistematik dan berurutan karena keteraturan itu merupakan proses rasional sebagai salah satu
property perencanaan pendidikan.
D. Evaluasi dan Monitoring dalam Perencanaan