71
Gambar 4.4 Grafik Pretest, Posttest I, dan Posttest II Kemampuan Menginterpretasi
4.2 Pembahasan
4.2.1 Pengaruh Metode Inkuiri terhadap Kemampuan
Menjelaskan
Hipotesis I penelitian ini adalah penggunaan metode inkuiri berpengaruh terhadap kemampuan
menjelaskan
pada pelajaran IPA materi pencemaran air kelas V SD Kanisius Demangan Baru 1 semester gasal tahun ajaran 20142015.
Hasil penelitian mengafirmasi hipotesis I. Hasil analisis data menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan metode inkuiri berpengaruh secara signifikan
terhadap kemampuan
menjelaskan
. Hal tersebut dibuktikan dengan harga
Sig. 2-
tailed
sebesar 0,04
p
0,05 artinya H
null
ditolak dan H
i
diterima. Dengan kata lain ada perbedaan yang signifikan antara rerata selisih skor
pretest
dan
posttest I
pada kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol. Kesimpulannya adalah penggunaan metode inkuiri
berpengaruh secara signifikan terhadap kemampuan
menjelaskan
. Metode
inkuiri memberikan pengaruh menengah terhadap kemampuan
menjelaskan
yaitu dengan harga
r
= 0,26 atau 6. Metode inkuiri memberikan pengaruh sebesar 6 terhadap kemampuan
menjelaskan
, sedangkan yang 94 merupakan pengaruh dari variabel lain di luar variabel yang diteliti Kasmadi
Sunariah, 2013: 151. Pengaruh perlakuan terhadap tiap kelompok adalah sebagai berikut. 1 Metode inkuiri
pada kelompok eksperimen memberikan pengaruh
2.49 2.95
2.77 2.56
2.74 2.62
2.2 2.3
2.4 2.5
2.6 2.7
2.8 2.9
3
Pretest Posttest I
Posttest II
Grafik Pretest Posttest I dan Posttest II Kemampuan Menginterpretasi
Kel. Eksperimen Kel. Kontrol
72 besar terhadap kemampuan
menjelaskan
yaitu dengan harga
r
= 0,65 atau 42. 2 Metode ceramah pada kelompok kontrol memberikan pengaruh menengah yaitu
dengan harga
r
= 0,22 atau 4. Hali ini berarti bahwa metode inkuiri memberikan pengaruh sebesar 42 terhadap kemampuan
menjelaskan
, sedangkan yang 58 merupakan pengaruh dari variabel lain di luar variabel yang diteliti. Metode
ceramah memberikan pengaruh sebesar 4 terhadap kemampuan
menjelaskan
, sedangkan yang 96 merupakan pengaruh dari variabel lain di luar variabel yang
diteliti. Variabel lain tersebut dapat berasal dari faktor-faktor dalam diri siswa dan lingkungan. Faktor-faktor dalam diri siswa misalnya konsentrasi, minat, motivasi,
dan kesehatan tubuh. Faktor-faktor dari lingkungan misalnya latar belakang keluarga siswa.
Susanto 2013: 172 menyatakan bahwa metode inkuiri dianggap sebagai metode yang paling tepat dalam pembelajaran IPA. Susanto 2013: 167
menjelaskan
bahwa IPA adalah usaha manusia dalam memahami alam semesta melalui pengamatan, prosedur, dan penalaran sehingga mendapat kesimpulan.
Kegiatan dalam pembelajaran IPA memiliki kesesuaian dengan tujuh langkah metode inkuiri yaitu orientasi, merumuskan masalah, merumuskan hipotesis,
melakukan eksperimen, menarik kesimpulan, mempresentasikan hasil, dan melakukan refleksi.
Kegiatan pembelajaran pada kelompok eksperimen berbeda dengan kegiatan pembelajaran pada kelompok kontrol. Kegiatan pembelajaran pada kelompok
eksperimen menggunakan metode inkuiri, sedangkan pada kelompok kontrol menggunakan metode yang tradisional, yaitu ceramah. Siswa pada kelas
eksperimen mengikuti pembelajaran dengan aktif melakukan proses berpikir melalui kegiatan percobaan dan interaksi dengan guru, teman, serta lingkungan
Sanjaya, 2006: 197-199. Siswa pada kelas kontrol mengikuti kegiatan pembelajaran dengan mendengarkan penjelasan materi dari guru. Guru pada kelas
kontrol menggunakan metode ceramah, yaitu metode pembelajaran yang didominasi komunikasi lisan dari guru ke siswa Sani, 2013: 158. Sani 2013:
159 mengungkapkan bahwa pembelajaran dengan metode ceramah hanya menggunakan interaksi satu arah dari sumber belajar, yaitu guru.
73 Siswa pada kelas eksperimen memiliki kesempatan untuk mengembangkan
kemampuan
menjelaskan
lebih banyak dari pada kelas kontrol ketika kegiatan pembelajaran berlangsung. Siswa pada kelas eksperimen aktif mengajukan
pertanyaan tentang hal-hal yang ingin mereka ketahui. Setelah itu siswa mencoba untuk memberikan jawaban sementara hipotesis akan pertanyaan-pertanyaan
tersebut melalui diskusi dengan teman sekelompok. Lalu siswa melakukan interaksi aktif dengan guru, teman, dan lingkungan ketika melakukan percobaan.
Siswa mengamati hasil percobaan dan membandingkan dengan hipotesis yang telah dirumuskan. Selanjutnya siswa
menjelaskan
pada guru dan teman-teman tentang hipotesisnya yang tepat dan yang tidak tepat. Siswa
menjelaskan
dengan berdasarkan pada pengalaman yang diperoleh selama proses pembelajaran.
Sedangkan hasil observasi pembelajaran di kelompok eksperimen menunjukkan bahwa siswa mendengarkan penjelasan guru dan memiliki kesempatan
menjelaskan
hanya ketika mendapat pertanyaan dari guru. Siswa menjawab bukan berdasarkan dari pengalaman belajar tetapi dari teori-teori yang mereka ketahui
sebelumnya. Perbandingan rerata selisih skor
pretest
dan
posttest I
kemampuan
menjelaskan
pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dapat dilihat pada Gambar 4.1. Gambar tersebut adalah sebuah diagram yang menggambarkan
peningkatan rerata skor
pretest
ke
posttest I
pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Peningkatan rerata skor pada kelompok eksperimen lebih
signifikan daripada kelompok kontrol. Peningkatan rerata skor pada kelompok eksperimen sebesar 0,42, sedangkan pada kelompok kontrol sebesar 0,12.
Kelompok eksperimen mengalami peningkatan yang signifikan dengan harga
Sig. 2
-
tailed
sebesar 0,00 p 0,05, sedangkan kelompok kontrol tidak mengalami peningkatan signifikan dengan harga
Sig. 2
-
tailed
sebesar 0,22 p 0,05. Pengaruh penggunaan metode inkuiri dan metode ceramah masih sekuat
posttest I
sesudah satu bulan dilakukan perlakuan. Hal ini dibuktikan dengan harga
Sig. 2
-
tailed
sebesar 0,14 p 0,05 untuk kelompok eksperimen dan harga
Sig. 2
-
tailed
sebesar 0,49 p 0,05 untuk kelompok kontrol.
74
4.2.2 Pengaruh Metode