dan penggunaan preservative tidak boleh mengubah rheologinya, ekonomis, membentuk gel yang tidak berwarna, menimbulkan sensasi dingin saat
digunakan di tempat aplikasi, dan bau yang menyenangkan Mahalingam, Li, dan Jasti, 2008.
Carbopol merupakan polimer sintetik dari asam akrilat dengan bobot molekul tinggi. Rantai polimernya terhubung silang-menyilang
crosslinked dengan alil sukrosa atau alil pentaeritriol. Carbopol terdiri dari 52 – 68 gugus asam karboksilat COOH. Secara teoritis bobot molekul
carbopol diperkirakan antara 7 x 10
5
sampai 4 x 10
9
. Carbopol dapat digunakan sebagai material bioadhesiv, controlled release agent, emulsifying
agent, rheology modifier, agen stabilisasi, agen pensuspensi, dan pengisi tablet Rowe, Sheskey, dan Quinn, 2009.
Gambar 5. Unit monomer asam akrilat dari polimer carbopol Rowe,
et al., 2009
Carbopol 940 merupakan tipe carbopol yang paling efisien karena viskositasnya yang tinggi yaitu 40.000-60.000 cps pada kadar 0,5 dengan
pH 7,5 dan menghasilkan gel dengan penampilan yang jernih Allen Jr, 1999.
3. Triethanolamin
Triethanolamin yang bersifat basa digunakan untuk netralisasi carbopol. Penambahan triethanolamin pada carbopol akan membentuk garam
yang larut. Sebelum netralisasi, carbopol di dalam air akan ada dalam bentuk tak terion pada pH sekitar 3. Pada pH ini, polimer sangat fleksibel dan
strukturnya random coil. Penambahan triethanolamin akan menggeser kesetimbangan ionik membentuk garam yang larut. Hasilnya adalah ion yang
tolak menolak dari gugus karboksilat dan polimer menjadi kaku dan rigid, sehingga meningkatkan viskositas Osborne, 1990.
Gambar 6. Triethanolamin Rowe, et al., 2009
4. Parafin cair
Nama lain dari parafin cair adalah nujol, mineral oil, bayol F. Parafin cair berbentuk cairan kental, dan tidak berwarna. Parafin cair bersifat
mengiritasi membran mukosa dan saluran pencernaan atas Dunlevy, 2001. Paraffin liquidum juga dapat berfungsi emolien, yang mencegah dehidrasi
pada saat sediaan diaplikasikan ke kulit Anonim, 2012.
5. Gliserin
Gambar 7. Gliserin Rowe, et al., 2009
Gliserin memiliki nama lain croderol, E422, glycerol, glycerolum, glycon
G-100, kemstrene,
optim, pricerine,
1,2,3-propanetriol;
trihydroxypropane glycerol. Gliserin berfungsi sebagai antimikroba, kosolven, emolien, humektan, plasticizer, sweetening agent, dan tonicity agent. Pada
formulasi sediaan topical dan kosmetika, gliserin digunakan sebagai humektan atau emolien. Gliserin digunakan sebagai humektan dengan konsentrasi
kurang dari 30. Gliserin bersifat higroskopis Rowe, et al., 2009.
6. Preservative
a. Metil paraben
Gambar 8. Metil paraben Rowe, et al., 2009
Metil paraben secara luas digunakan sebagai antimikroba pada kosmetik, produk makanan, dan sediaan farmasi. Paraben efektif pada
range pH yang luas dan memiliki aktivitas antimikroba spektrum luas, meskipun paraben paling efektif menghambat yeast dan fungi. Aktivitas
antimikroba meningkat seiring dengan peningkatan rantai gugus alkil, tetapi kelarutannya dalam air menjadi menurun. Oleh karena itu,
penggunaan campuran paraben sering digunakan untuk menghasilkan efek antimikroba yang lebih efektif. Konsentrasi penggunaan metil paraben
sebagai antimikroba pada sediaan topikal adalah 0,02-0,3. Metil paraben
bersifat nonmutagenik, nonteratogenik, dan nonkarsinogenik Rowe, et al., 2009.
b. Propil paraben
Gambar 9. Propil paraben Rowe, et al., 2009
Propil paraben
digunakan sebagai
antimikroba pada
penggunaan topikal dengan konsentrasi 0,01-0,6. Propil paraben menunjukkan aktivitas antimikroba pada pH 4-8. Aktivitas dapat
ditingkatkan dengan menggunakan kombinasi paraben. Propil paraben digunakan bersama dengan metil paraben pada formulasi topikal Rowe, et
al., 2009.
E. Pencampuran